Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrat Penyebab PPP 'Tak Dianggap' di KMP?

8 Oktober 2014   10:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:56 1790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PPP dan KIH bergabung di Pemilihan Pimpinan MPR (image/Merdeka.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="469" caption="PPP dan KIH bergabung di Pemilihan Pimpinan MPR (image/Merdeka.com)"][/caption]

Memanasnya Paripurna pemilihan kursi Pimpinan MPR yang sedang dilangsungkan di Gedung Nusantara saat ini dimana telah dimulai sejak Selasa Siang (7/9) memang semakin memperpanjang drama perebutan kekuasaan di Parlemen oleh dua kubu yakni Koalisi merah Putih (Koalisi Prabowo) dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) ditambah DPD. Berbagai peristiwa muncul saat rapat berkepanjangan ini, mulai dari aksi Desmond, Politisi Gerindra yang mencoba menyela anggota fraksi PDI-P, perombakan susunan paket pimpinan yang diajukan kedua kubu, aksi Prabowo yang coba memecah belah suara anggota DPD dengan memunculkan sejumlah kandidat lain di luar hasil kesepakatan rapat pleno DPD pada Senin lalu (6/7) yang menetapkan Oesman Sapta sebagai wakil tunggal DPD untuk dicalonkan sebagai pemimpin MPR, hingga yang paling baru adalah aksi membelot PPP dari Koalisi Prabowo karena tidak kebagian ‘jatah’ di daftar calon yang diajukan KMP di rapat tersebut. Imbasnya, PPP lebih memilih untuk bergabung dengan Koalisi lawan dengan iming-iming satu tempat sebagai calon Wakil Ketua MPR bersanding bersama tiga wakil lain dari PDI-P, PKB dan Nasdem mengusung Oesman Sapta sebagai tampuk pimpinan.

Aksi berontak yang dilakoni oleh PPP ini ternyata sudah dipendam sejak pemilihan Pimpinan DPR pada 26 September lalu yang mana dimenangkan oleh KMP dengan kombinasi pimpinan Setya Novanto sebagai kader dari Golkar didampingi Wakil dari Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat yang mana merupakan bagian dari Koalisi bentukan Prabowo. Tak kebagian dalam tampuk kekuasaan di DPR, sepertinya PPP masih bersabar dan menunggu kemungkinan diberikan jatah sebagai pimpinan MPR. Nyatanya, dalam daftar calon yang diajukan oleh KMP hari ini juga diisi oleh Demokrat, Golkar, PAN dan PKS ditambah satu wakil DPD. Sekali lagi, PPP diacuhkan dan tak dimasukkan dalam daftar ini. Inilah yang membuat Partai berlambang ka’bah ini kemudian berang hingga akhirnya memilih untuk mendukung Koalisi Indonesia Hebat yang dinilai lebih menghargainya dengan jatah satu kursi. Kebetulan, KIH yang digawangi oleh Puan Maharani mengulurkan tangan selebar-lebarnya menyambut PPP dan tak masalah memberikan satu kursi walau harus menyingkirkan Hanura. Bersama PDI-P, NASDEM, PKB dan Hanura, PPP pun turut serta memperkuat Koalisi Indonesia Hebat agar proposalnya digolkan dengan memenangkan voting yang sudah tertulis dalam perjanjian politik yang dapat dibaca selengkapnya di KOMPAS.COM

Sebenarnya cukup heran juga melihat aksi KMP yang begitu mudahnya melupakan PPP dalam bagi-bagi ‘kuenya’ di Parlemen. Padahal jika diflashback, PPP menjadi parpol pertama yang menunjukkan dukungannya kepada Prabowo Subianto sebagai calon presiden 2014-2019. Masih ingat ketika Surya Dharma Ali yang menghadiri kampanye Gerindra pada 23 Maret 2014 lalu di GBK. Dukungan yang sempat menimbulkan konflik internal di Partai Ka’bah itu akhirnya diresmikan juga di Rapimnas III PPP pada bulan Mei menjelang Pilpres. Wajah sumringah SDA menjabat erat tangan prabowo saat itu seakan ingin menunjukkan bahwa PPP akan menjadi rekan penting bagi Prabowo. Namun kenyataannya, walau selama ini sangat getol membela Prabowo-Hatta dalam berbagai kesempatan saat masa Kampanye Pilpres lalu, PPP tak lebih hanya dijadikan pelengkap saja. Bahkan lebih kasar, Wakil Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hasrul Azwar menyebut partainya hanya menjadi peminta-minta selama ini bagi KMP. Mengutip pernyataannya yang dimuat di Kompas.com:

"Capek sudah kami dengan KMP seperti menjadi pengemis. Masa dari sembilan seat, tidak satu pun kami diberi. Di sini kami seperti pengemis, gelandangan, peminta-minta ke KMP," kata Hasrul di Kompleks Parlemen di sela sidang, Selasa (7/10/2014)

Luapan kekecewaan PPP memang sangat wajar mengingat apa yang telah dilakukannya selama ini kepada Prabowo. Sayangnya jasa saja nampaknya tak cukup agar menjadi ‘pihak penting’ yang diutamakan di kelompok KMP. Jika dianalisa lebih lanjut ada beberapa hal yang mungkin menjadi alasan betapa susahnya PPP mendapatkan jatah kursi Pimpinan di KMP. Pertama, persentase perolehan suara saat Pileg lalu yang otomatis juga mempengaruhi jumlah kursi di Parlemen. Dibandingkan Golkar, PAN dan PKS, PPP memang mengumpulkan suara paling kecil di jajaran koalisinya dengan hanya 6.63% suara Nasional (Gerindra 11,81%, Golkar 14,75%, PAN 7,59%, PKS 6,79%). Tentu saja anggota koalisinya ini tak mau melepaskan kesempatan menjadi pimpinan MPR/DPR karena bukan rahasia lagi bagi-bagi kursi dan jabatan di KMP sangat blak-blakan bahkan sebelum Pilpres saja sudah direncanakan jatah masing-masing anggota. Sehingga mau tak mau, PPP dengan ‘modal terkecil’ harus diacuhkan.

[caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="SDA pendukung pertama Prabowo (Image/Kompas.com)"]

SDA pendukung pertama Prabowo (Image/Kompas.com)
SDA pendukung pertama Prabowo (Image/Kompas.com)
[/caption]

Kedua , Kehadiran Partai Demokrat menjadi anggota baru KMP. Lupakan tentang ceramah semu SBY yang menyebut Demokrat sebagai partai Penyeimbang. Setelah bergabung dalam paket pimpinan DPR ala KMP, kini Demokrat juga didapuk oleh KMP sebagai salah satu calon wakil ketua MPR. Demokrat memang benar-benar diistimewakan oleh Prabowo dan kawan-kawan, tak heran melihat potensi besar Demokrat di parlemen. Selain sebagai pemenang keempat Pemilu lalu, Figur SBY masih bisa dimanfaatkan apalagi besanan sama Hatta Rajasa. Jadi rasanya tak salah menyebut Demokrat sudah menjadi anggota Prabowo dan secara tak langsung telah menggeser posisi PPP di KMP. Singkatnya kehadiran Demokrat menjadikan PPP bukan apa-apa lagi di KMP. Dan hanya menempatkan PPP sebagai ‘kacung’ di koalisi yang disebut permanen tersebut. Sehingga mengemis berkali-kalipun tak akan digubris. Jika PPP keluar dari Koalisi pun rasanya tak masalah bagi Prabowo karena telah digantikan oleh Demokrat.

Inilah wajah politik Indonesia yang sangat dinamis dan bergerak sangat cepat. Apapun bisa terjadi. Cukup mengapresiasi langkah Partai Hanura yang merelakan porsinya sebagai wakil Pimpinan MPR dari KIH untuk PPP demi memenangkan voting malam ini bagi Koalisinya. Kini PPP yang tercampakkan kembali diangkat kehormatannya oleh Koalisi Indonesia Hebat. Semoga saja tidak berkaki dua dan KIH tidak dikadali lagi sebagaimana yang telah dilakukan Parpol lainnya. Semoga KIH lebih hati-hati mengingat pintarnya Politikus sekarang bersandiwara.

Sekarang mari menanti drama-drama lainnya yang akan segera menyusul.

Berita terkait:

Paripurna pemilihan ketua MPR panas, Desmond ribut dengan PDIP

Suryadharma Ali Bangga PPP Jadi Partai Pertama yang Dukung Prabowo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun