[caption id="attachment_370965" align="aligncenter" width="620" caption="Sumber Foto: Rakhmat"][/caption]
Sepanjang tahun 2014 ini memang sangat banyak nama yang tiba-tiba tenar di dunia pemberitaan tanah air. Nama-nama yang mendadak popular ini bukannya karena prestasi yang dapat menginspirasi banyak orang malahan kabar-kabar buruk yang berupa sinyal penurunan etika dan bobroknya mental bangsa. Beberapa diantaranya adalah kasus Flo di Yogyakarta, Kasus penembak kucing yang sadis, dan yang paling hangat adalah kasus pembullyan Presiden Joko Widodo yang dilakukan oleh Tukang sate berusia 23 tahun, Muhammad Arsyad. Pria ini tiba-tiba menghiasi wajah media berita seantero tanah air karena dinilai telah keterlaluan menyebarkan foto editan yang berniat menghina Presiden Jokowi. Dramatisasi kasus ini melebar setelah Arsyad ditahan dengan tuntutan melanggar UU ITE dan pornografi.
[caption id="" align="aligncenter" width="288" caption="Huffingtonpost.com"]
Sama seperti kasus-kasus sebelumnya, Penahanan Arsyad juga menuai kontroversi di tengah masyarakat. Terlebih saat sang Ibu muncul ke media menyebutkan Arsyad tulang punggung keluarga dan sebenarnya anak yang baik, maka sontak sebagian masyarakatpun menaruh simpati kepada pria tersebut dan bermunculanlah petisi di berbagai media sosial yang mendukung agar Arsyad dibebaskan. Selanjutnya dapat ditebak, berbagai komentar miring langsung dialamatkan kepada Joko Widodo, terlebih dari mereka-mereka yang terlanjur membenci Jokowi sejak Pilpres lalu. Kasus Arsyad bagaikan senjata empuk bagi sebagian orang untuk kembali melancarkan kritik dan protes negative kepada Jokowi. Arsyadpun seolah-olah menjadi pahlawan yang tak patut disalahkan. Motif pembelaan sebagian orang kepada Arsyadpun menjadi buram bahkan Kabur. Antara simpatik atau dendam kesumat!
Jika terlalu berempati tentang kasus Arsyad memang tentu saja tindakan ini terlalu berlebihan. “SBY saja dulu banyak yang edit-edit foto untuk niatan menghina dia, toh tidak ada kasus seperti ini. Karena sudah jadi presiden, Welcome Orde baru” Begitu salah satu tanggapan yang rame di media sosial. Satu yang mungkin terlupa adalah Kasus ini sebenarnya sudah dilaporkan saat Kampanye ke Mabes Polri, namun baru saja ditindak lanjuti sekarang. Mengutip pernyataan tim Kuasa Hukum Jokowi, Henry Yosodiningrat di Merdeka.com:
"Jadi, ini perlu saya tegaskan. Kasus ini bukan delik aduan dan biarkan hukum yang berbicara. Saya laporkan ke Mabes Polri kira-kira pada dinihari saat kampanye pilpres atau sebelum pencoblosan. Kemudian, saya diperiksa sebagai saksi pelapor sebagai tim kuasa hukum Jokowi. Pak Jokowi juga sudah diperiksa oleh pihak Mabes Polri," cerita Henry. Jadi kemungkinan besar kasus ini memang telah menjadi salah satu penghinaan besar bagi Jokowi dan menghancurkan citranya saat Pemilihan Presiden di tengah banyaknya kasus lain seperti Tabloid Obor Rakyat dan lain sebagainya. Apalagi foto tersebut mengikutsertakan Megawati, jelas menjadi sangat memalukan dan keterlaluan. Jadi sepolos-polosnya Arsyad seperti perkataan Ibunya ke media (Tapi pintar edit foto loh!) harusnya bisa membedakan postingan yang benar layak dan tidak. Apalagi usianya yang sudah menginjak 23 tahun, jelas sudah dikategorikan dewasa yang dinilai sudah mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Tetapi apa tidak ada yang lebih buruk dari sekedar foto editan tersebut? Jawabannya kemungkinan besar ada mengingat masivenya kampanye hitam saat Pilpres lalu. Sayangnya Arsyad lagi ketiban sial saja mungkin!
Lalu perlukah kita meramaikan media membuat petisi dan lain sebagainya menuntut pembebasan Arsyad?
Menjawab pertanyaan tersebut mungkin tidak akan menemukan benang merah karena setiap orang pasti memiliki opini tersendiri apalagi menyangkut Presiden Jokowi yang memiliki Haters tak kalah fanatic dari Fans. Walaupun Mengatasnamakan demokrasi, bukan berarti beropini semena-mena tanpa batas. Apalagi di media sosial yang jangkauannya luas dan dapat mempengaruhi banyak orang. Jika mengembalikan kasus Arsyad ke diri kita masing-masing memang kita akan mendukung pembebasannya. Namun bukankah akan semakin memupuk kebiasaan buruk di tengah masyarakat? Tidak berempati? Makanya jangan sembarangan Membuat sesuatu di media sosial!. Sebaliknya lagi, bagaimana jika anda di posisi anak-anak Jokowi dan keluarganya? Benar, anda akan diam dan senyum-senyum saja? INgat, ketika telah masuk ke Internet data apapun bisa diakses di kemudian hari. Cucu atau cicit Jokowi akan bisa mengakses foto-foto tersebut nantinya! Jadi Ini bisa menjadi renungan untuk kita semuanya.
Mohammad Arsyad memang sudah muncul sebagai contoh kasus ke media yang secara tak sengaja terpilih untuk menjadi warming up bagi masyarakat terutama netizen agar lebih berhati-hati lagi dalam mempublish apapun ke media. dan rasanya tak perlu heboh akan hal ini, biarkan saja Polisi bekerja sesuai dengan hukum yang berlaku. Untuk masyarakat lainnya lebih baik menjadikan ini pelajaran saja tanpa harus berteriak-teriak membuat petisi dan lain sebagainya mendukung Arsyad. Jikapun Arsyad dibebaskan begitu saja akan menimbulkan pengaruh buruk bagi netizen lain yang akan semakin bebas sebebas-bebasnya. Jadi Arsyad biarkan saja menjadi guru bagi netizen semuanya!
Sebagai catatan, belalah Arsyad karena simpati jangan karena dendam!
#Edisi Kangen Kompasiana :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H