[caption id="" align="aligncenter" width="518" caption="Exodus, Moses and Ramses (Image by screenrant.com)"][/caption]
Akhir tahun yang identik dengan nuansa liburan memang seringkali dipilih oleh produser perfilman dunia untuk melemparkan karyanya ke pasaran. Tak heran berderet judul film-film besar dengan budget fantastis menghiasi wajah bioskop di Bulan Desember ini. Tak hanya Hollywood, bahkan sejumlah film besar produksi domestikpun telah mengantri menunggu jadwal tayangnya. Sebut saja seperti Film Supernova dan Pendekar Tongkat Emas yang disebut-sebut sebagai salah satu film Indonesia dengan biaya Produksi termahal. Film yang akan dirilis pada tanggal 18 Desember 2014 mendatang ini menjadi salah satu film paling ditunggu. Sembari menanti tayangnya film yang dibintangi oleh Christine Hakim, Slamet Raharjo, Reza Rahadian dan Nicholas Saputra ini, saya akan mencoba mereview salah satu film Hollywood dengan biaya fantastis Exodus: Gods And Kings!
Plot:
Bagi para pecinta film biopik, jelas Exodus: Gods And Kings pasti menjadi salah satu judul yang wajib ditonton tahun ini. Film yang diangkat dari kitab suci atau Biblical story ini memvisualisasikan perjuangan Nabi Musa membebaskan Rakyat Israel yang dijajah selama kurang lebih 400 tahun oleh bangsa Mesir. Dua tokoh frontal yang menjadi pusat cerita tentu saja Nabi Musa yang diperankan oleh Christian Bale dan Raja Ramses yang diperankan oleh Joel Edgerton. Musa dan Ramses merupakan dua saudara yang dibesarkan di istana Firaun. Keduanya selalu bekerjasama dalam memenangkan perang untuk raja Firaun dan saling melindungi antar keduanya. Kepiawaian Musa dalam memainkan strategi perang seringkali membuatnya menjadi kesayangan raja Firaun. Permasalahan timbul ketika Musa berkunjung ke daerah Pytom, salah satu daerah kekuasaan Firaun untuk memeriksa gubernurnya atas perintah Raja Firaun. Dalam kunjungannya, Musa melihat bagaimana penderitaan bangsa Israel yang harus bekerja siang-malam dalam membangun kota. Ketika itu Musa belum berbuat apa-apa, hingga seorang Yahudi mengundangnya ke sebuah tempat doa di daerah tersebut dan selanjutnya disanalah Musa mengetahui dirinya adalah keturunan Yahudi yang selamat dari pembantaian anak-anak Yahudi dulu yang dilakukan oleh Firaun. Musa diselamatkan oleh kakaknya,Miriam (Tara Fitzgerald) dengan membuangnya ke sungai yang mengalir ke kastil Putri Firaun.Selama bertahun-tahun, Miriam menyamar menjadi pelayan di istana putri Firaun untuk merawat Musa bersama Ramses.
Desas-desus tersebut juga ternyata sampai di telinga Ramses yang saat itu telah menjadi raja pasca wafatnya Firaun. Musa yang kini bertindak sebagai penasehat Ramses akhirnya dipaksa mengaku oleh Ramses dengan mengancam akan memotong tangan Miriam di depan Musa. Tak ingin melihat saudarinya terluka, akhirnya Musa mengakui identitas aslinya. Hingga Ramses pun mengasingkan Musa ke padang gurun, walau ibunya meminta supaya Musa dibunuh saja. Dalam petualangannya di Pengasingan tersebut, Musa bertemu dengan seorang gadis dan selanjutnya menikahinya dan memiliki seorang putera bernama Garsom. Setelah hidup normal sebagai penggembala domba selama 9 tahun, Nabi Musa mendapatkan wahyu dari Tuhan melalui personifikasi seorang anak laki-laki yang memintanya untuk kembali ke Mesir dan membebaskan Rakyat Israel/Yahudi. Setelah bergumul dan melalui gejolak dalam dirinya, akhirnya Musa menuruti wahyu tersebut dan kembali ke tanah kelahirannya untuk membebaskan saudara-saudaranya sebangsa.
Review:
Mengangkat sebuah kisah biopik yang diketahui oleh senua orang memang bukan hal yang mudah. Apalagi kisah yang diangkat merupakan kisah seorang Nabi yang hampir ada di tiap kitab suci agama-agama besar dunia. Karena bagaiamanapun akan dilakukan perbandingan dengan kisah sebenarnya. Ini menjadi satu alasan mengapa film sejenis berjudul Noah yang gagal lulus sensor di Bioskop Indonesia beberapa bulan lalu. Jika dibandingkan dengan Kisah Nabi Musa di alkitab yang juga tertulis di Kitab Keluaran (Exodus), film Exodus ini memang cukup banyak menambah kisah baru yang mungkin ditujukan untuk mendapat nilai dramatisnya dan justru memangkas beberapa kisah aslinya. Contohnya pengasingan Musa, padahal dikisah asli Musa yang melarikan diri. Sisi humanis seorang Ramses dan bahkan Firaun (ayahnya). Penokohan Yosua dan Harun yang hanya ‘asal lewat’ saja di film tersebut, padahal keduanya sebenarnya mengambil andil besar dalam pembebasan bangsa Yahudi. Namun tujuan akhir yang tidak melenceng dari kisah asli sepertinya menjadi alasan lolosnya film ini. Jika melihat secara keseluruhanpun, sang sutradara tampaknya lebih mengarahkan film ini ke segi komersialisasi yang mengutamakan peperangan dan aksi heroik si tokoh sentral seperti kebanyakan film besar Hollywood saat ini.
Terlepas dari sisi historikal dan teologisnya yang mungkin akan lebih cocok di bahas oleh ahli agama dan yang bercokol didalamnya. Saya wajib memuji kekayaan visual effects hingga music scoring yang ditampilkan dalam film ini. Dengan menggunakan kamera berteknologi terbaru, CGI. Film yang disutradarai Ridley Scott ini benar-benar kaya akan gambar-gambar luar biasa yang sukses memvisualisasikan kondisi Mesir saat itu. Tata kota yang dihiasi oleh patung-patung Firaun, Piramida hingga istana megah Ramses benar-benar mampu memunculkan decak kagum. Visualisasi semakin luar biasa dengan presentasi tulah (hukuman Tuhan) untuk Mesir. Mulai dari air menjadi darah, penyakit sampar, banjir katak hingga serbuan lalat dan Belalang di seluruh penjuru Mesir. Tak hanya gambarnya yang menakjubkan, pengisian back sound pun cukup mampu mendramatisasi film. Walau berdurasi 150 menit, penonton mungkin tak akan bosan menikmati kekayaan visual di film ini.
Jika secara materi film ini bisa dikatakan sukses, dari segi kekuatan karakter pemainnyapun tak kalah menarik. Pemilihan Christian Bale untuk memerankan Nabi Musa di film ini benar-benar sangat tepat dan sangat brilian. Bale yang tampil secara heroik ditrilogi The Dark Night/Batman dan tampil apik dalam bertransformasi di American Hustle tahun lalu ini juga tampil sangat hebat di Exodus ini. Seperti di film American Hustle, dimana Bale mampu menunjukkan perubahan badannya yang sangat luar biasa. Di Exodus ini tak kalah Ekstrim, berperan sebagai Musa yang ahli perang Bale tampak perkasa dengan badannya yang tegap. Pasca menikah dan menjadi penggembala selama 9 tahun, Bale berhasil mengubah bobotnya menjadi kurus dengan jenggot tebal. Tak sampai di situ, memerankan Musa sebagai ‘pembuka jalan’ untuk Israel, Bale tampak makin kurus dan kelihatan sangat tua. Transformasi badannya yang luar biasa juga didukung oleh aktingnya yang kuat. Tapi saya ragu, orang mungkin akan susah mengenalinya sebagai Bale saat memerankan Musa di usia tua.. memerankan tokoh sentral, Bale juga mampu mempertahankan posisi sebagai pusat perhatian. Bravo Christian Bale!
Mengutip situs ImdB.com, Film Exodus ini sendiri menghabiskan biaya produksi sebesar USD 140 Juta atau sekitar Rp. 1.7 Triliun. Dengan biaya fantastis tersebut memang tak heran scene demi scene terlihat megah dan mewah. Jadi jika tertarik untuk menikmati visualisasi yang luar biasa ditambah akting apik seorang Christian Bale maka film ini akan menjadi sangat cocok untuk dinikmati akhir pekan ini. Adapun Scene terbaik menurut saya adalah menyatunya kembali laut Merah setelah sebelumnya terbelah untuk melancarkan perjalanan bangsa Israel. Epik!
Jadi selamat menonton dan jangan lupa membeli makanan ringan biar tidak kelaparan selama 2,5 jam duduk di bioskop!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H