Tidaklah mengherankan kendaraan yang wara-wiri di Krayan banyak menggunakan nomor plat kendaraan Malaysia dengan kode SAB. Terkait urusan nomor plat kendaraan. Warga Krayan sepertinya tidak mau terlalu dipusingkan. Masyarakat Krayan lebih pusing dengan mahalnya harga BBM 60.000 perliter.
Hampir semua kondisi infrastruktur jalan yang menghubungkan antar Kecamatan Krayan dengan 65 desa, akses jalannya masih berupa jalan tanah. Sehingga pada saat musim hujan, jalan dengan mudah berubah menjadi becek dan berlumpur. Berbicara mengenai infrastruktur jalan di Krayan, memang kondisinya sangat memprihatinkan. Memasuki usia 71 kemerdekaan Indonesia. Kondisi infrastruktur jalan Krayan semua masih berupa jalan tanah. Bahkan masih ada berupa jalan setapak.
Jadi tidak sulit mengenal tapal batas antara Krayan dengan Sabah. Cukup dengan melihat permukaan jalan yang menghubungkan antara Krayan dengan Sabah atau Serawak. Ketika melihat akses jalan masih berupa jalan tanah, itulah wilayah Indonesia. Akan tetapi tatkala melihat permukaan jalan sudah mulus dilapisi perkerasan aspal lengkap dengan marka jalan, maka itulah wilayah Malaysia.
Pemerintah Indonesia semestinya berterima kasih kepada penduduk Krayan, terutama Suku Dayak Lundayeh. Berkat kegigihan dan keuletan suku dayak Lundayeh selama puluhan tahun. Tetap setia bertahan hidup di tapal batas walau harus didera keterbatasan. Sejatinya kehadiran warga Krayan di tapal batas, tanpa disadari telah menjadi pagar hidup penjaga perbatasan Indonesia dari caplokan negara tetangga.
Hasil temuan di lapangan oleh pasukan TNI penjaga Pengaman Perbatasan, selain patok batas bergeser, juga acapkali ditemukan adanya bekas alat berat milik negara tetangga yang dipergunakan untuk menjarah kayu log dari hutan Kalimantan.
Lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan dari NKRI kiranya menjadi pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia untuk tidak abai memperhatikan pulau-pulau terluarnya. Malaysia dengan cerdik memanfaatkan kelengahan Indonesia jauh sebelum berperkara dengan Indonesia di pengadilan Den Haag.
Negeri Jiran telah membangun kedua pulau ini dengan berbagai prasarana fasilitas resort pantai. Hal ini dilakukan Pemerintah Malaysia untuk menguatkan bukti bahwa Negeri Jiran adalah pemilih sah Pulau Sipadan dan Ligitan.
Beruntung era pemerintahan Presiden Jokowi paradigma pembangunan daerah perbatasan mengalami titik balik. Dengan jargon membangun Indonesia dari pinggir. Jokowi seolah ingin menegaskan betapa pentingnya memperhatikan pembangunan pulau-pulau terluar yang merupakan serambi depan Indonesia bukan halaman belakang.
Anak bangsa yang sudah puluhan tahun tinggal di perbatasan dengan kondisi yang memprihatinan. Hidup bergelut dengan keterbelakangan dan kemelaratan. Sudah saatnya diangkat martabatnya sebagai sebuah bangsa yang mandiri. Berdiri dengan kepala tegak seraya membusungkan dada berhadapan dengan negara tetangga. Bukan sebaliknya terus membiarkan anak bangsa di perbatasan, membungkuk tak berani mengangkat kepala, karena memohon belas kasihan dari negara tetangga. Tema sentral membangun Indonesia dari pinggir sudah menjadi isu strategis pembangunan nasional yang telah mengubah wajah pulau terluar Indonesia.
Sebut saja Kecamatan Krayan. Masyarakat Krayan telah merasakan begitu banyak perubahan akibat dampak dari kebijakan pembangunan perbatasan. Satu di antaranya, harga BBM, yang dulu harganya selangit dan diperoleh secara ilegal dari Sabah dan Serawak. Saat ini, di Krayan telah dibangun pangkalan Agen Premium dan Minyak Solar (APMS) yang menjual harga BBM sama dengan harga eceran BBM di seluruh tanah air. Setiap hari pihak PT. Pertamina Tarakan mengirim BBM 1000 liter ke Krayan dengan menggunakan pesawat pengangkut BBM jenis pesawat Air Tractor (AT802) Pelita Air Service.
Membuka Keterisolasian
Rencana pembukaan trase jalan darat yang akan menghubungkan Malinau-Krayan saat ini tengah diupayakan permohonan izinnya pihak Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sebab trase jalan yang akan direncanakan sepanjang puluhan kilometer, harus melewati belantara hutan Taman Nasional Kayan Mentarang. Sehingga memerlukan persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar tidak menimbulkan permasalahan hukum di kemudian.
Sebagai tahap awal, pembukaan trase jalan antara Kecamatan Krayan Long Bawang dengan Long Layu telah selesai pengerjaannya sepanjang 27 Km. Pembukaan trase jalan ini diharapkan akan menjadi embrio bagi pembukaan trase jalan Malinau-Krayan.
Untuk mengetahui kondisi daya dukung tanah dan menentukan berapa tebal perkerasan rencana jalan yang telah selesai dikerjakan. Beberapa waktu lalu pihak kontraktor menggandeng pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota Tarakan, untuk melakukan uji California Bearing Ratio (CBR) Lapangan.