[caption caption="sumber gambar : http://1.bp.blogspot.com/-m4E1w0nluxk/UEccX_dxHHI/AAAAAAAABA8/pMBpqo2DfNQ/s1600/Dukun.jpeg"][/caption]
Karya: Sahril
Kulit kriting, mengerut bagai lilitan, tubuh bungkuk dan gigi mulai kropos. Tak mengenal lelah dan tak pernah berharap sesuap balasan dari hasil kerjanya. Sudah hampir 50 tahun nenek Sando menjadi dukun beranak. Meski sudah ada bidan namun tetap saja masyarakat lebih percaya kepadanya, karena ia menjadi seorang pahlawan untuk melahirkan pahlawan-pahlawan baru tanpa berharap mendapatkan bayaran. Tak ubahnya seperti para Bidan yang mau merawat dan membantu orang jika ada bayaran atau jaminan dari pemerintah.
Jalannya mulai gontai lenggak-lenggok, rambut mulai memutih bukan menjadi alasan baginya, ketika ada panggilan untuk membantu orang melahirkan. Bukan hanya ketika orang melahirkan saja, namun setiap hari nenek Sando datang menjenguk dan memandikan bayi yang baru lahir hingga beberapa minggu.
Ketika hendak diberikah upah dengan senyum nenek Sando berujar:
“Tugasku adalah membantu orang, biarlah pengabdian anak cucu yang kubantu terlahir didunia ini membalas jasaku dengan mengorbankan diri untuk mengabdi kepada masyarakatnya.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H