[caption caption="Sumber gambar: www.indonetwork.com"][/caption]
NOMOR 58 : Sahril bin abdul basit
Angin menyambar daun kelapa, ayuntemayun ia melambai-lambai. Menari eksotik diudara dengan suara gemercik saat saling menyentuh. Nada perlahan merintih lalu bergetar mengeram keras di udara. Sinar matahari menyengat, perlahan menusuk kulit lalu terasa panas. Keringat membasahi seluruh tubuh baju basah, kering, kemudian kering, basah lagi.
Diikuti ilalang yang kering menguning kecoklatan, gemercik suara gesekan saling hantam terbawa angin. Jengkrik berbunyi, bersembunyi dibatang dan reremputan yang tumbang berserakan ditanah. Tiga kawanan anak SMA bersembunyi didalam lubang, bekas galian tanah belakang sekolah. Seakan tak ada salah membuka baju sambil menghisap-isap. Suara dikecilkan sambil memejamkan mata ke enakan.
“ssssssssshhhhhh.......... uuuuuhhhhhhhhhhhhh” eraman Kifli siswa SMA Nusantara, perlahan hampir tak terdengar. Burung perkutut melintas diatas mereka, sebelum hinggap dibatang pohon. Bisikan-bisikan samar bercampur diudara bersama dengan angin yang bertiup menyambar ilalang dan daun kelapa.
Diantaranya tiga anak SMA, yang tubuhnya kering krontang tak terurus adalah Kifli, sementara yang satunya menggunakan kecamata adalah Dayat yang terkenal ganteng seperti idola para remaja yang histeris ketika melihatnya. Satunya lagi adalah Mursyid sianak pendek tapi besar omong.
“aku tak terbiasa” ujar Dayat perlahan berbisik.
“sudahlah, buka saja.” Ujar Mursyid memaksa Dayat.
“ahhh” desah Kifli, yang tak sabar ingin menyambung.
“sudahlah ini bukan satu atau dua kalinya bukan?.” Ujar Mursyid dengan nada mengejek Dayat.
“memang aku tak kuat jika sudah mulai masuk, terasa sesak”