Mohon tunggu...
SAHRIL
SAHRIL Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Sebatang pena yang lahir di pulau terpencil pagerungan besar-Sumenep Madura. "Biarkan nama tercatat bukan hanya dibatu Nisan yang akan pudar oleh masa" @SahrilPGB

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wayang Pendidikan

2 Maret 2015   19:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:16 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

pendidikan hadap masalah”senantiasa membuka rahasia realitas yang menantang manusia dan kemudian menuntut jawaban terhadap tantangan itudan jawaban terhadap tantangan membawa manusia kepada dedaksi yang utuh .pengetahuan adalah keterlibatan.”...(Paulo Fraire)

Suara-suara yang membentang mengikis badan dengan keraguan yang berpaling, kini jejak langkah yang terkikis oleh waktu yang kelam. Melihat burung terbang di ladang sawah yang penuh dengan pohon padi yang tak berisyarat, Hanya pesan semata yang ia sampaikan lewat tingkah lakunya. Layang-layang yang tak bernyawa kini bertarung atas penggerak yang mengendalikannya pada angin yang bertiup dan mebrak layang-layang. Anak kecil yang hanya menerima saja hidup yang diatur oleh penguasa. Mereka tersenyum dan bahagia seperti jalan hidup ini tak ada masalah, ketika mereka bermain disawah-sawah yang berhembuskan angin senja, burung-burung yang berkicau menyambut senja.

Mimi adalah seorang Mahasiswi yang berusia 18 tahun dan sudah duduk dibangku kuliah semester dua. Ini adalah perjalanan hidupnya yang baru, jauh dari orang tuanya. Ia harus menata hidup, dan menentukan jalannya tampa harus dikendalikan oleh orang tuanya, merasa bebasdiatara cerita awam yang menggeluti pikirannya. Ia berjalan dan menelusuri jalan-jalan kecil ditengah-tengah pohon padi yang semakin menunduk. Bersama rika seorang teman yang baru ia kenal, mereka berjalan melihat keindahan gunung-gunung yang tampak samar-samar dari kejauhan. Kemudian ia duduk disuatu rerumputan, disemak-semak belukar yang mulai mengering diatas tanah yang penuh cerita kelam.

“rika. Bagaimana keindahan ini. Reremputan yang bergoyang melambaikan kehidupan seperti halnya menari-nari dalam kehidupan, yang terombang ambing.”

Dengan gaya has penuh arti dan senyuman bibir yang paras.

“memang sungguh indah, dibalik keindahan itu tercerminkan sebuah teka-teki” dengan sedikit murum seperti otaknya terganggu oleh beberapa permasalahan.

Mimi terdiam sejenak. Sebelum ia berbicara dan menatap pandangan yang lurus kedepan. “Allah SWT berfirman dalam surat ana’am 32. Kehidupan dunia ini adalah sebuah permainan dan sendau gurau. Jadi setiap permainan kita mengerti ketidak mengertian kita.”

“justru aku tak bisa mengerti tentang kehidupan ini.” Dengan nada yang agak keras.

“ jangankan kamu, terkadang walaupun manusia penglihatannya setajam penglihatan Elang, perkataannya seperti dewa. Pendengarannya seindah alunan musik yang selalu terisi, akan tetapi ia takkan mampu menebak kehidupan dunia ini. Seorang kutu bukupun tak mampu untuk menerapkan apa yang ia tahu untuk masa depan. Itu hanya jaga-jaga saja. Ingatkah kamu ketika laron dan kutu buku berdialog. Apa yang sedang kau lakukan dalam buku bertahun-tahun. Kutu buku itu menjawab, aku telah bertahun-tahun ingin mengerti kehidupan. Aku mempelajari kehidupan dari tulisan-tulisan al-farabi dan ibnu sina, akan tetapi aku tak mengerti. Bisa kamu memahami itu,” dengan kegagahan penuh arti

“justru aku merasakehidupan ini tak adil”

“mengapa kau mengatakan itu tak adil. Justru inilah teka-teki kehidupan rik.”

“lihat anak kecil itu, mereka berlari disuatu tempat. Mereka terbatas oleh ruang dan waktu, dan tak pernah mereka rasakan tempat-tempat indah yang lain. Mereka hanya semata bersemanyang dalam ruangan kecil mereka. kehidupan ini banyak yang memiliki perbedaan ada yang kaya, ada yang kuat, lantas kenapa semuanya tak diratakan saja biar semuanya adil.”

“ apakah karena perbedaan itu.” Dengan suara yang lembut

“iya, lantas apa lagi, yang akan membuat kita merasa bahagia kalau bukan kemampuan kita. Kalau bukan kita punyak keunggulan juga, sama seperti orang-orang lain.”

“ingatkah kamu dalam buku Allahpun tersenyum ketika Muhammad Iqbal menceritakan dialog anatara pohon dan burung.”

“bagaimana ceritanya lantas apa hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaanku ini.”

“ suatu hari, sebatang pohon berbicara kepada seekor burung yang bersarang di dahannya, “ kau berungtung karena kau dapat terbang, kau memiliki sarang didahanku, tetapi kau tak terbatas oleh ruang. Kau dapat melompat tinggi dengan leluasa. Aku merasa sedih karena tidak dapat terbang sepertimu. Bagiku, dunia, warna dan keharuman ini tampaknya didasarka pada ketidak adilan. Tidak ada keadilan dalam menancapnya diriku kedalam tanah. Jika tuhan menyempurnakanku dengan kemampuan terbang, dunia ini akan menjadi lebih adil daripada keadaan sekarang.”

Burung menjawab, “Maaf, kau memiliki pandangan yang keliru. Apa yang kau sangka sebagai ketidak adilan sesungguhnya adalah keadilan. Kau mengambil sari makananmu dari dalam tanah, dan karenanya kau tertancap dalam tanah. Jika kau terbang. Kau akan kehilanag hubungan dengan tanah. Itu akan menghambat saluran-salauran tempat kau mengambil makanan.” Tahu kah kamu rik, pesan apa yang disampaikan iqbal. Caba kita lihat apa yang telah dilakukan oleh pohon. Selalu mengkritisi posisi rendah dan iri kepada orang lain yang lebih baik darinya. Mungkin apa yang kamu juga samapaikan ini, mengatakan ketidak adilan karena suatu perbedaan.Dan dari perbedaan itu kamu punyak pandangan tentang ketidak adilannya.”

“kalau bukan karena perbedaan apa lagi, coba semuanya disama ratakan, maka takkan ada kecemburuan.”

“perlu kamu juga ketahui. Dalam kenyataannya tidak seperti apa yang kamu kira. Walaupun anak-anak kecil itu memiliki posisi yang sederhana dalam kehidupan. Mereka punyak peran menjadi ahli kritis seperti itu. Dan harus mengembangkan dirinya dan memperbaiki keadaannya.

Jika kamu bertanya tentang keadilan tuhan. Justru tuhan sangat adil rik, Maka maknailah hidup ini, banyangkan jika kita terlalau terpesona oleh berbagai hal yang bersifat keduniaan dengan keindahan-keindahan yang dipacarkan, maka kita tidak dapat bercita-cita meraih tingkat seperitual yang tinggi. Dari kisah itu juga ada sebuah hal bahwa setiap perbedaan memiliki kemampuan masing-masing. Terkadang sering mengagumi seseorang maka kita lupa pada potensi kita bahwa kita memiliki suatu kelebihan. Begitupun sebaliknya. Dari perbedaan ini maka kita saling mengeisi, pernah juga ibuku bertanya kepadaku, mi coba kau bayangkan bagaimana seandainya semua orang ini sama, lantas takkan ada yang mau menjadi nelayan. Dan mau membeli ikan saja. Lantas siapa yang mau menjual. Walaupun banyak uang untuk membeli, apa yang akan dia beli. Karena semua orang ingin menjadi pembeli.”

“ jadi, pada dasarnya kita saling mengisi.” Dengan santunan bibir yang mulai tersenyum

“mungkin, seperti itulah, rik”

“ hebat kamu mi. Kamu bisa menafsirkan hidup ini.”

“ ah. Kamu ini rik. Selalu memuji saja. Tidakkah kau ingat pesan yang diatas, baru berapa detik.”

“ bukannya seperti itu mi. Akan tetapi, aku ingin bisa sepertimu belajar bicara. Mendeskipsikan sesuatu begitu jelas.”

“ aku bisa, bukan karena aku mencari cela untuk mendefinisikanya, itu semua karena aku menacari informasi, selalu membaca buku, dengan sendirinya perkataan kita tertata.”

“ tapi aku tak bisa sepertimu mi. Aku sudah mulai mencoba. Akan tetapi apa hasilnya. Akademikku yang hancur.”

“ hanya berbicara tidak akan bisa. Lihat kakakku. Dulunya dia adalah seorang pemabuk akan tetapi setelah ia berusaha merubah hidupnya ia menjadi seorang dosen yang hebat. Dan perlu diketahui jangan hanya berharap, akan tetapi berusahalah. Hanya. Tetap pada komitmen untuk mencapai sebuah cita-cita. Dan satu hal tidak mudah untuk mendapatkan sesuatu yang berharga akan tetapi ada pengorbanan. Tapi yakinlah. Allah SWT akan mengangkat derajat manusia, yang berakhalak dan berilmu pengetahuan.”

“itu yang membuat aku sulit mi. Aku tak bisa mengatur waktu. Kamu tahukan kita ada berapa SKS. 24 dengan 11 mata kuliah dalam 1 minggu. Jadi waktuku untuk belajar ilmu yang lain tak ada. Aku harus menghafalkan rumus-rumus. Dan membuat latihan soal-soal. Apakah cukup waktuku. Bahkan berbaur dengan sosial tak pernah bisa aku lakukan. Maksimal juga aku baca buku 1jam. Bisakan tiap pertemuan itu aku hafalkan materinya.”

“apakah kau yakin dengan beberapa rumus yang kau hafalkan. Dengan Ilmu yang tinggi akan membawamu pada kesuksesan hidupmu. Tidakkah kau tahu banyak orang-orang hebat tetapi dulunya akademiknya anjlok ketika masih dibangku kuliah, bukan karena mereka bodoh akan tetapi mereka langsung belajar kepada alam. Banyak DPR yang berasal dari fakultas keguruan dan bahasa inggris. Akan tetapi mereka bekerja bukan sesuai dengan jurusan mereka.”

“iya yah, aku pernah bertanya kepada sepupuku. Mba’ indah. Ko’ dia nilainya tinggi, akan tetapi tak dihargai oleh masyarakat. Alasanya ilmu yang dia bawa ilmu yang selalu menjadi hafalan. Tak patut digunakan lagi dimasnyarakat. Karena masyarakat sudah berbicara prakteknya. Dan dia belum diangkat menjadi PNS setelah 10 tahun sudah menjadi sarjana.”

“itulah dia. Kita takkan tahu bagaimana masyarakat. Jika kita tak mau belajar dan berhubungan dengan masyarakat. Buat apa nilai tinggi jika hanya sebagai formalitas semata.”

“baiklah mulai saat ini aku harus komitmen, untuk merubah keadaan.”

“ah, kamu ini. Ikan juga sudah komitmen tak mau makan. Takutnya kena pancing. Akan tetapi mereka lapar, justru mereka menjadi korban. Seorang pelacurpun tak mau mereka dicampakkan dan dinikmati oleh semua orang. Tapi itu urusan perut.”

Sinar mentari berwajah merah. Gambaran wajah bumi kini telah samar-samar mereka melangkahkan kaki. Layang-layang yang digerakkan mulai perlahan diturunkan. Dan tak lagi kelihatan hidup. Ia tak seindah lagi ketika dipandangdiantara awan-awan yang menghiasi atap langit. Langit yang biru kini gelap gulita menantinya bersama kegelapan.

*****

Dipagi yang cerah cahaya yang berbinar-binar mimi bergegas mandi, waktu telah menunjukkan 06:45 WIB. Dimana kesepakatan dengan dosen minimal terlambat 5 Menit. Ia pun tergesah gesah mandi. Dan tak menghiraukan apapun, seluruh tubuhnya ia hanya membasahi beberapa kali saja, dengan suara air yang mengalir deras.

Sepatu yang berada didekat pintu. Mimi mulai memamasangnya dan mulai melangkah. Langkah yang begitu cepat. Kucing yang ada dijalan berlari karena mimi akan melewati jalan tersebut. Kodok-kodok melompat.

Setibanya dikampus. Dosen sudah ada, mimi masuk kedalam kelas dan mulai mendengarkan penjelasan dosen. Pak darto itulah nama, dia dosen yang biasanya ditakuti oleh semua mahasiswa. Yang dianggap dosen miler. Usai menjelaskan seperti orang yang berpidato. Ia pun bertanya kepada salah seorang mahasiswa.

“ fredi, apakah kamu paham.”

Nampaknya, fredi kelihatan gemetaran karena diapun sendiri bingung mau jawab apa. Apakah dia paham atau tidak. Jika ia bilang tidak paham maka akan dimahari oleh pak darto. Dengan nada yang gemetaran fredi menjawabnya “paham pak.”

“bisakah kamu jelaskan bagaimana sebuah denudasional”

Fredy sambil menoleh kesamping kananya den meminjam catatan teman disebalhnya.

“denudasional adalah proses penelanjangan, atau dekradasi dan agredasi”

“bagus. Sekarang mimi. Sebutkan proses bentuk lahan asal denudasional.”

“ proses denudasional adalah proses dimana bukit-bukit dan bebatuan terjadi suatu proses agredasi ataupun degradasi. Disini juga dapat diketahui akibat dari erosi, ataupun pelapukan dapat mempengaruhi menipisnya massa batuan.

“ bukan seperti itu. Itu tidak sama dengan apa yang saya jelaskan.Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua proses pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan abrasi, tersangkut ke daerah yang lebih landai menuju lereng yang kemudian terendapkan. Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief.”

“apanya yang salah pak. Bukankah kah sama penjelasan saya pak. Karena jika kita melihat proses penelanjanagan. Apa yang terjadi massa batuan akan berkurang sehingga adanya penelanjangan. Bisa diakaibatkan oleh suhu. Jelas apa yang saya katakan sesuai.”

“ memang sesuai. Akan tetapi itu pendapatmu.”

“trus, saya harus bagaimana pak. Apakah saya disini tak boleh berpendapat.”

“tapi jawabanmu tidak sesui dengan buku.”

“wah. Kalau seperti itu berarti kami disini disuruh menghafal dong pak. Apakah salah jika kami juga mencari penjelasan sendiri yang lebih mudah dimengerti. Yang penting intinya sama.”

“kamu ini. Membantah sama saya ya. Sudah merasa lebih pintar dari saya. Kamu ini belum lulus dari S1. Saya sebentar lagi sudah mau diwisuda S3.

“lantas apa hubungannya pak. Bapak boleh mengaggap bapak lebih pintar. Akan tetapi kita disini sama-sama belajar pak.”

“saya, disini hanya mengajari kalian. Tentu kalian ini, mau saya buat pintar.”

“jika. Mau dibuat pintar lantas atas unsur apa bapak. Hanya menyuruh kami menghafal teori saja. Apakah kami tidak punyak kesempatan untuk menyimpulkan dan membuat pendapat sendiri asalkan sesuai.”

“belum waktunya, nanti kalau kamu sudah jadi guru. Kamu ini menentang terus. Ya sudah kamu saja yang mengajar teman-temanmu.”

“ini bukan tugas saya pak. Saya disini untuk belajar pak.”

“lantas kamu kenapa menentang saya. Keluar kamu dari kelas saya.”

“ baik pak.”

Mimipun meninggalkan kelas. Dan berjalan menuju depan kampus yang berjejeran pepohon. Suara-suara burung yang menyelimuti suasana. Dan terik matahari yang mulai menusuk kulit bumi. Dengan radiasinya. Alam semesta seakan tertawa kepadanya.

Dari jauh tampak sekilas bayangan sosok seorang yang tak asing lagi baginya. Bayanga itu semakin dekat tampak begitu jelas, bayanag itu menuju tempat dimana mimi duduk, Dengan senyuman simpul diwajahnya.

“pagi, mi.”

“pagi juga.”

“apa kamu tidak kuliah.”

“tadi si kuliah. Tapi disuruh keluar oleh dosen.”

“kenapa. Ada masalah lagi sama dosen.”

“tidak ada, hanya perbedaan pendapat saja. Maka aku dikeluarkan.”

“ kamu ini, kamu tidak takut nilai kamu terancam apa.”

“buat apa takut, nilai bukan ukuran kesuksesan rik. Orang miskinpun mereka bisa merasa sukses. Hidup kaya. Akademik bagus itu bukan ukuran kesuksesan. Akan tetapi kebijaksanalah yang akan menghampiri kesuksesan.”

“terserah kamu lah. Aku tak menegrti jalan pikiranmu.”

“ ingat rik. Kebenaran didunia ini adalah sifatnya elastis. Kecuali itu datangnya dari tuhan. latas aku mengerti sekarang. Mengapa Ivan Illich, sebagaimana dituangkan magnum opusnya Deschooling Society (masyarakat Bebas Sekolah) dalam karya masyhurnya tersebut, secara terang-terang Ivan Illich, mengutuk lembaga pendidikan dalam sekolah. Sebagai mana pendapatnya bahwa sekolah-sekolah dengan sendirinya menjadi tidak memadai , dan hanya akan mengasingkan siswa dari hidup dan realiatas sosiokultur masyarakat.”

“ Ah. Itukan hanya pendapatnya saja mi.”

“ tahukah kamu rik. Para kaum humanis romantik, dengan tokohnya seperti john Holt, William Glasser, Neil Postman, George Leornad, Dan Ivan Illich. Bahkan kaum pragmatikpun seperti john Dewey, cendrung mendifinisikan pendidikan dalam arti luas, dan mereka mengecam peraktek pendidikan disekolah.”

“ itukan sudah sewajarya.”

“mengapa kamu mengatakan itu wajar rik. Tahukah kamu. Bukan kah kita dibatasi untuk belajar. Yang boleh kita ketahui hanyalah pengetahuan yang diberikan oleh dosen. Terkadangpun mereka kurang membaca dan tak mau menganalisa sosial. Sehingga perkembangan ilmu pengetahuan mereka sendiri tidak tahu. Apakah ini justru tidak membodohi kita. Asalkan kamu tahu rik. Jika kita membandingkan seorang dosen yang hafal banyak teori. Dengan tukang becak yang banyak praktek maka. Kamu akan percaya yang mana.”

“saya percaya pada dosen saja.”

“justru kamu keliru rik, pikirkan. Ketika berbicara pernikahan. Tukan becah sudah memiliki istri. Dan dia bercerita tentang kehidupan rumah tangga orang miskin. Apakah itu tidak benar. Jelas itu benar. Sedangkan dosen yang paham teori apakah dia mampu menjelaskannya. Orang tidak akan percaya kepadanya. Karena dia belum pengalaman. Bisa saja yang dia tahu adalah informasi sosial dulu. Lantas apakah kamu mau membentukan teori dulu sedangkan sudah tidak sesui dengan sekarang.”

“terus bagaimana tawaranmu.”

“ya, sudah belajar sendiri saja. Ingatkah kamu dalam bukunya paulo fraire :pendidikan kaum tertindas. Bukankah nampak yang sekarang yang terlihat dalam proses belajar yaitu. 1. Guru belajar murid di ajar, 2. Guru mengetahui segala sesuatu murid tidak tahu apa-apa, 3.guru berfikir murid dipikirkan, 4. Guru bercerita murid patuh mendengarkan. 5. Guru menentukan peraturan, murid diatur. 6. Guru memilih dan menentukan pilihannya, murid menyetujuinya. 7. Guru berbuat, murid membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya. 8.Guru memilih bahan dan isi pelajaran, murid (tampa diminta pendapatnya) menyusuikan diri dengan pelajaran itu. 9.Guru mencampur adukkan kewenangan ilmu pengetahuan, dan kewenangan jabatannya, yang dia lakukan untuk menghalangi kebebasan murid. 9. Guru adalah subjek dalam proses belajar, murid adalah objek belaka.”

“lanatas, apakah itu menyimpan mi.”

“tunggu dulu biar saya selesaikan menjelaskan. Dan kamu boleh kritisi benar atau tidak apa kata paulo freire. Ia mengatakan hal tersebut sebagai teori bank.dan tidakkah mengherankan jika konsep pendidikan gaya bank memandang manusia adalah mahluk yang disamakan dengan sebuah benda. Dan gampang diatur. Dan perlu juga kita ketahui rik. Semakin banyak murid menyimpan tabungan yang dititipkan oleh guru. Maka daya tahan kritis mereka akan semakin berkurang. Hal ini apa yang menyebabkan karena kita hanya disuruh menghafal saja. Tanpa disuruh untuk kritis terhadap dunia pendidikan. Berpendapat sedikitpun tak boleh.”

“lantas itu alasanmu kenapa kamu selalu membantah kepada gurumu.”

“mungkin itu salah satunya. Rik, dari pada aku menjadi tabungan lebih baik. Aku keluar dari kelas dan mulai berfikir tentang tantangan dunia. Dan menciptakan sejarah bukan hanya sebagai penikmat sejarah saja.”

“trus guru harus bagaimana.”

“ingatlah proses ilmu pengetahuan. Bukankah setiap manusia berhak untuk menciptakan sejarah. Bukankah para pakar teori kebenaran yang mereka paparkan adalah kebenaran yang elastis. Bisa saja benar untuk saat ini. Akan tetapi dialain sisi akan ada yang menyimpang.”

“wah, aku jadi teringat, perkataannya soe ho gie. Guru bukanlah dewa. Yang selalu benar.”

“tahu gak rik, kenapa guru bisa seperti itu.” Sambil tersenyum kecil.

“mangnya kenapa.”

“itu karena guru malu jika muridnya pintar. Guru tak mahu muridnya lebih pintar dari mereka,”

“bahaya itu mi,” terkejut ia mendengar perkataan mimi.

“kenapa rik. Kok tiba-tiba terkejut. Biasalah rik. Hanya orang-orang tertentu saja yang ikhlas memberikan ilmunya.”

“bahaya itu mi. Bagaimana nasib umat manusia. Jika pendidikan seperti itu. Jika guru tak mau mencetak murid yang kritis. Dan mencetak murid yang lebih pandai dari mereka. Bukankah pendidikan itu perkembangan. Jika kita dituntuk untuk menghafal apa yang akan berkembang. Dan parahnya lagi jika guru tak mau mencetak muridnya yang lebih pintar dari mereka. Maka setiap generasi apa yang terjadi malah tambah bodoh.”

“ itulah tugas kita sekarang rik. Sebagai revolusioner. Yang harus merubah tatanan yang tak sesuai dengan sistem yang harus berjalan semestinya.”

“ aku, tahu sekarang. Orang yang akdemiknya tinggi, kebanyakan adalah orang yang bodoh. Karena tidak mau berkembang, dan dibodohi oleh guru-guru mereka.”

“bukan seperti itu rik. Akan tetapi mereka mendapatkan nilai tinggi aku sepakat juga atas kerja keras mereka dalam menghafal. Akan tetapi mereka tidak tahu kritis. Mereka itu sebenarnya bukan diberikan nilai oleh gurunya. Akan tetapi itu bunga atas apa yang telah mereka jaga. Yaitu tabungan guru.”

Mereka berdua sambil tertawa. Atas apa yang telah terjadi dalam dunia pendidikan selama ini.

“ mi, aku masuk dulu ya, aku ada kuliah.”

“iya, kuliah dah, jangan jadi celengan ya. Tinggal milih saja kamu mau jadi celengan atau mau jadi bank.”

“ ah.., kamu mi, lebih baik bank saja, masih dihargaikan kalau celengan kalu tiba waktunya pasti dipecahkan.”

“ itukan memang benar, otak kita dipecahkan, terasa pusing karena kebanyakan menghafal. Ingit rik, kita ini wanita tapi tak boleh kalah oleh laki-laki. Kita harus ikut serta mewarnai sejarah dunia.”

Langkah rikapun perlahan menulis tapak tilas, yang secara perlahan mimi memandanginya. Yang semakin jauh darinya. Didepannya banyak segerombolan mahasiswa yang lari keluar pintu gerbang karena keresahan tugas mereka yang belum selesai.

Mimi berbisik pada dirinya sendiri, “ Nikmati saja nasib kalian pecandu sekolah.”

Hari mulai membisu dan cahaya-cahaya rentang terhalang oleh sinar radiasi matahari. Panas yang menusuk kulit-kulit manusia. Membuat mereka menyebar luas mencari perteduhan. Seakan-akan semua akan musnah.

Ketika itu mimi pergi tanpa jejak yang tertulis hanyalah sebuah ilusi. Tak ada satupun orang tahu kemanakah mimi. Dan darimakah mimi. Orang hanya tahu bahwa ia tertulis dalam sajak, dari seorang penyair malam, dari seorang yang resah. Mimi adalah seorang wanita yang harus membuat sejarah baru. Membuktikan warna kepada sejarah. Dunia ini bukan hanya milik penguasa. Bahkan wanita yang tak mampupun memiliki kesempatan menciptakan sejarah.

******

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun