Mohon tunggu...
Abdurrafi Sahitya
Abdurrafi Sahitya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyalurkan menulis saya pada web Kompasiana ini.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Cara untuk Bangkit dari Masalah Hidup

26 November 2022   23:15 Diperbarui: 24 Februari 2024   14:07 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Cara untuk bangkit Dari Masalah Hidup 

Judul                   :FILOSOFI TERAS

Penulis               :Henry Manampiring

Penerbit             :Buku Kompas

Tahun Terbit    :2019

Ketebalan          :+310 halaman

Ukuran Buku    :13 cm x 19 cm

ISBN                     :978-602-412-518-9

Peresensi           :Abdurrafi Sahitya(jurusan Teknik Industri,Universitas Muhammadiyah Malang)

 

  Penulis memperkenalkan satu prinsip terkenal yang disebut dikotomi kontrol. Prinsip yang mengutamakan fokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan, bukan pada hal-hal di luar kendali. Hal-hal yang dapat dikendalikan adalah pikiran dan tindakan seseorang.

Sedangkan di luar kendali meliputi : Tindakan orang lain, pendapat orang lain, kondisi tubuh, dan segala sesuatu di luar tindakan dan pikiran orang. Seseorang tidak dapat memilih kondisi yang ingin dihadapinya. Namun, seseorang bisa menentukan respon apa dalam menghadapi setiap kondisi.

Kemudian pada bab 6, buku tersebut menjelaskan hal-hal tentang penguatan mental. Ketika manusia menghadapi kejadian apapun, itu bisa menjadi momentum untuk melatih diri. Cara kita menanggapi bencana adalah pelajaran untuk lebih siap. 

Ketika seseorang kehilangan uang karena jatuh di jalan, respon seseorang akan berhati-hati dalam menjaga uang.Mengubah sikap terhadap masalah merupakan kesempatan untuk belajar membentuk mental yang kuat, bukan hanya mengeluh atau memaki tanpa menghasilkan perubahan.

Jika manusia ingin menjalani kehidupan yang baik, seseorang harus hidup selaras dengan alam. Hidup selaras dengan alam berarti menggunakan akal dan akal sehat. Bukan saja cenderung seperti binatang ketika seseorang tidak berakal, seseorang juga cenderung merasa sengsara karena tidak selaras dengan alam. 

Misalkan membaca artikel provokatif di media sosial, langsung emosi, marah-marah di kolom komentar, dan langsung membagikan artikel tersebut ke banyak orang tanpa mengecek keasliannya. Dalam contoh di atas, Ujian hidup selalu ada. 

Bisa mengatasinya secara mental. Orang-orang mendambakan kedamaian dalam hidup. Banyak dari mereka mengalami ketakutan, kekhawatiran dan kekecewaan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Filosofi Teras tidak menjanjikan rahasia yang akan menghapus semua kesulitan dan cobaan hidup, tetapi menawarkan cara untuk mengembangkan kekuatan mental dan tetap tenang.

Seseorang tidak akan pernah bisa mengendalikan segala sesuatu di dunia ini harus mengingat hanya satu kutipan dari berbagai teks tentang Stoicisme, kutipan dari Epictetus. Pepatahnya adalah, "Ada hal-hal di bawah kendali kita dan ada hal-hal yang tidak di bawah kendali kita." Prinsip ini dikenal sebagai dikotomi kontrol

Hal-hal yang tidak dapat seseorang kendalikan meliputi: Tindakan dan pendapat orang lain, Popularitas Anda, kesehatan dan kekayaan, status kelahiran, Fenomena alam seperti cuaca, hujan, dan gempa bumi, Pikiran, pendapat, dan persepsi orang. Tuntutan, tujuan dan semua pikiran tindakan seseorang.

Semua peristiwa merpakan netral, dan persepsi oranglah yang memperburuknya. Dalam filosofi Teras, ada keterputusan antara apa yang dapat dilihat indera manusia (kesan) dan interpretasi dari apa yang seseorang lihat dan dengar (representasi). Orang sering tidak bisa membedakan keduanya.

Orang sering memberikan interpretasi atas peristiwa yang dialami banyak orang dan membuatnya terlihat buruk. Faktanya, semua ketakutan dan kekhawatiran tentang apa pun berasal dari hati seseorang. Suatu peristiwa dianggap buruk jika persepsi orang menyebutnya. 

Misalkan orang yakin peristiwa yang dipicu itu tidak menguntungkan. Dalam hal ini, "pemecatan" adalah kesan, fakta intuitif, sementara "nasib buruk" adalah ekspresi, penilaian subjektif. Tapi tetap tenang. Seseorang memiliki kekuatan untuk mengubah pikiran dan persepsi kapan pun juga. Yang harus disadari adalah perasaan susah, khawatir, cemas, iri hati dan lain-lain datangnya dari pikiran seseorang itu sendiri.

Buku yang terbit tahun 2019 ini secara khusus membahas tentang kematian. Kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan. Kematian adalah bagian dari alam, yang terus ada sepanjang zaman. Kematian menjadi menakutkan adalah gambaran manusia tentang kematian itu sendiri. Filsuf yang menganut Filosofi Teras menilai bukan seberapa panjang umur, tapi bagaimana menjalani hidup yang berkualitas.

"Keuletan dan ketangguhan sejati tidak datang dari otot atau uang yang dimiliki, tetapi dari pikiran seseorang sendiri. Inilah kekuatan pikiran seseorang yang dapat mengubah rintangan menjadi jalan itu sendiri." -- Henry Manampiring, Filosofi Teras

Kiat praktis dan pola pikir yang ditanamkan disajikan dalam bahasa yang mudah dipahami. Selain itu, setiap bab dilengkapi dengan ilustrasi kartun sehingga pembaca tidak merasa bosan. Meski ukuran font yang digunakan sedikit kecil, hal ini tidak membuat Filosofi Teras kehilangan maknanya dalam menyajikan setiap informasi. Agar lebih menarik, contoh kasus yang disajikan erat kaitannya dengan kegiatan yang mudah ditemukan.

Perjalanan menikmati buku Filosofi Teras membuka wawasan baru tentang aliran filsafat ini. Seperti ajaran filsafat lainnya, Filsafat Teras bukanlah ajaran yang sempurna. Kemauan untuk terus belajar menjadi lebih baik adalah sikap yang harus diambil dengan kerendahan hati. Buku setebal 310 halaman ini bisa menjadi buku pegangan bagi orang yang ingin menjalani "Kebahagiaan" hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun