Mohon tunggu...
sahila maila
sahila maila Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya merupakan anak pertama dari 2 bersaudara saya saat ini sedang Kuliah dengan jurusan Psikologi islam saya tidak terlalu pumya banyak pengalaman dan saya ingin mencoba hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Horor

Rumah Nenek

9 November 2024   11:44 Diperbarui: 9 November 2024   11:53 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah tiga hari Dinda tinggal sendirian di rumah peninggalan neneknya yang sudah hampir 5 tahun kosong. Rumah tua bergaya kolonial itu terletak di pinggiran kota, dikelilingi pepohonan rindang yang menjulang tinggi. Awalnya, dia merasa beruntung bisa tinggal di sana selama menyelesaikan skripsinya. Kesunyian tempat itu dirasa cocok untuk fokus mengerjakan tugas akhirnya.

Namun malam ini berbeda.

Jam dinding kuno di ruang tengah berdentang dua belas kali. Dinda masih terjaga di depan laptopnya, mencoba menyelesaikan bab terakhir skripsinya. Angin malam berhembus melalui celah jendela, membuat tirai tipis bergoyang pelan.

Tok... tok... tok...

Suara ketukan halus terdengar dari arah lemari kayu tua di sudut ruangan. Dinda menoleh, jantungnya berdebar kencang. Dia mencoba meyakinkan diri bahwa itu hanya suara kayu yang memuai karena perubahan suhu.

Tok... tok... tok...

Ketukan itu terdengar lagi, kali ini lebih keras. Dinda memberanikan diri mendekati lemari tersebut. Tangannya gemetar saat meraih pegangan pintunya.

"Siapa di sana?" bisiknya pelan.

Tidak ada jawaban. Hanya keheningan mencekam yang menyelimuti ruangan.

Dengan tekad yang dikumpulkan, Dinda membuka pintu lemari itu perlahan. Deritannya memecah kesunyian malam. Mata Dinda membelalak. Di dalam lemari, di antara tumpukan baju-baju tua, dia melihat sebuah boneka porselen yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Boneka itu tersenyum, matanya seolah menatap langsung ke arahnya.

Dinda hendak menutup pintu lemari ketika boneka itu perlahan menoleh.

"Akhirnya kau membukanya, cucuku," sebuah suara serak terdengar. Suara yang familiar... suara neneknya yang telah meninggal 4 tahun lalu lalu.

Dinda terhuyung mundur. Boneka itu bergerak, bangkit perlahan dari duduknya. "Nenek sudah lama menunggumu di sini..."

Jeritan Dinda memecah keheningan malam. Dia berlari keluar kamar, meninggalkan laptopnya yang masih menyala. Namun sebelum mencapai pintu depan, dia mendengar langkah-langkah kecil mengikutinya. Tap... tap... tap...

Suara tawa kecil menggema di belakangnya. "Mau ke mana, cucuku? Bukankah kau berjanji akan menemani nenek di sini?"

Dinda terbangun dengan napas tersengal. Dia mendapati dirinya tertidur di depan laptop. Jam menunjukkan pukul tiga pagi. "Syukurlah... hanya mimpi," gumamnya lega.

Namun ketika dia hendak melanjutkan mengerjakan skripsinya, matanya menangkap sesuatu yang membuat darahnya berdesir. Di layar laptopnya, ada sebuah file baru yang belum pernah dia buat sebelumnya.

Nama file itu: "Untuk cucuku tersayang.doc"

Dan di sudut ruangan, lemari kayu tua itu... pintunya sedikit terbuka menampilkan boneka porselen yang tersenyum ke arahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun