Pandemi Covid-19 yang dialami hampir seluruh negara di dunia memberikan dampak yang signifikan dan masif, tidak hanya di bidang kesehatan, ekonomi, sosial, tetapi juga dunia pendidikan. Indonesia sebagai negara yang mengalami dampak bencana global pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) telah mengambil kebijakan khusus terkait pelaksanaan proses belajar mengajar di seluruh jenjang pendidikan. Kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim tentang pelaksanaan pendidikan dalam masa darurat Covid-19 (Mendikbud, 2020). Surat Edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan COVID-19 pada Satuan Pendidikan, dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19), serta Surat Edaran dan petunjuk dari Kepala Daerah.Berkaitan dengan adanya wabah Covid-19 pada awal tahun 2020, pemerintah kemudian mengeluarkan himbauan untuk melakukan kegiatan pembelajaran dari rumah.1 Pengalihkan pelaksanaan perkuliahan bagi mahasiswa menjadi perkuliahan daring, membutuhkan berbagai fasilitas dan sarana yang dapat diakses oleh perguruan tinggi dan mahasiswanya.Perkuliahan daring itu sendiri merupakan metode pembelajaran online yang dilakukan dengan menggunakan jaringan internet.2 Ada tiga hal yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan pembelajaran daring, yakni konten, kanal, infrastruktur atau teknologi informasi.
Disaat bersamaan perkembangan jaman Penerapan teknologi industri 4.0 memiliki dua sisi seperti halnya dua mata uang koin. Sisi pertama adalah sisi manfaat penerapan teknologi industri 4.0 diberbagai aspek kehidupan. Manfaat yang sangat terasa adalah terdapat berbagai aplikasi pendukung diberbagai konteks, seperti aplikasi keuangan (Finance Technology), aplikasi kesehatan (Healthcare Technology). Aplikasi pendidikan (Educational Technology), aplikasi marketplace (E-Commerce) dan aplikasi kursus online. Salah satu teknologi yang berkembang di era industri 4.0 adalah aplikasi pendidikan seperti ruangguru, google classroom, google meet, zoom meeting, edmodo, moodle dan lain-lain. Sama seperti aplikasi kesehatan, aplikasi teknologi di bidang pendidikan merupakan aplikasi yang lebih banyak manfaatnya dibandingkan dampak kerugian yang ditimbulkan.. Berkembangnya digital teknologi yang sangat pesat bukan berarti orang-orang masa kini tidak memiliki potensi ancaman.Â
Pandemi dan perkembangan teknologi bagi generasi milenial justru memiliki potensi yang lebih besar terhadap ancaman sosial. Mereka cenderung lebih individualis, kurang peduli, egois, ingin serba instan serta tergerusnya pola fikir untuk bertumbuh. Anak muda masa kini juga cenderung mengabaikan isu isu sosial yang ada di lingkungannya. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang memiliki adat budaya sopan santun, lebih bijaksana serta berpandangan kedepan. Pemuda dimasa lalu juga sangat empati dan tidak bersikap apatis terhadap masalah sosial (Mulyana, 2020).Â
mahasiswa merupakan yang merupakan bagiagian dari generasi milenial adalah salah satu entitas yang berdampak dalam perkembangan Industri 4.0 menuju era Digital Society 5.0. Mahasiswa dalam hal ini adalah manusia yang sangat berpotensi tergerus akan kecanggihan teknologi yang mengakibatkan timbulnya individualistik yang tinggi, kurang peduli dengan keadaan sosial serta keinginan yang serba instan dalam berbagai aspek. Mahasiswa harus menjadi garda terdepan perubahan yang memiliki kompetensi agar dapat menyelesaikan beberapa masalah sosial. Beberapa kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa pada era Digital Society 5.0 diantaranya 1) Leadership; 2) Language Skills; 3) IT Literacy; 4) Writing Skills dan 5) Soft Skills.Â
Langkah yang diperlukan dalam meraih kompetensi tersebut adalah yang pertama, mahasiswa harus merubah mindset ke e-grow mindset. Artinya mahasiswa harus memiliki pola fikir untuk bertumbuh ke arah digitalisasi sejalan dengan perubahan jaman. Kedua, mahasiswa harus bijaksana dan besar hati dalam memasuki era Digital Society 5.0. Ketiga, mahasiswa harus bersemangat dan memiliki daya juang yang tinggi dalam menghadapi Digital Society 5.0. Keempat, mahasiswa juga harus berkolaborasi dengan berbagai stakeholder. Selain itu memperlebar range jaringan dan melakukan improvisasi baik individu maupun kelompok merupakan salah satu langkah kesiapan individu di era Digital Society 5.0.
 Kompetensi, peluang, dan sikap inilah yang harus dimiliki oleh mahasiswa di Era Transformasi Digital Society 5.0. Sehingga mahasiswa siap dan mampu menghadapi tantangan serta dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Wisiatmaka, P., & Shofa, A. M. A. (2022). Strategi Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Dalam Membentuk Karakter Nasionalisme Mahasiswa do Era Society 5.0. Jurnal Civic Hukum, 7 (2).Â
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum
Kukira, C., Christina. s., Pranata S., & Supriyadi, A (2022). Peningkatan Kapasitas mahasiswa dalam Menghadapi peluang dan tantangan si era transformasi digital society 5.0.Juenal Abdi Insani, 9(3), 955-962.
http://abdiinsani.unram.ac.id.
Saragih, O., Sana yang, F. A. A., Sinaga, A. A. &Ridlo, M. R. (2020). Persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran daring selama pandemi COVID-19. Tarbiyah WA Ta'lim:Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, 178-191.