Desa Wonosari merupakan salah satu desa di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember. Berdasar data dari BPS, Desa Wonosari menjadi desa dengan produksi tahu dan tempe terbesar di Kecamatan Puger. Tahu dan tempe merupakan salah satu olahan berbahan dasar kedelai. Hingga saat ini, terdapat beberapa warga Desa Wonosari yang masih memproduksi tahu dan/atau tempe yang salah satunya yaitu produksi tahu dan tempe Pak Tono. Pak Tono telah melakukan produksi tahu dan tempe sejak lebih dari 25 tahun.Â
Menurut Pak Tono, ia mendirikan pabrik tahu dan tempe ini sejak masih menjadi pengantin baru dengan jumlah produksi yang masih kecil. Pak Tono mendapatkan ilmu mengenai pembuatan tahu dan tempe dari orang tuanya, sehingga dapat disebut juga bahwa ini merupakan ilmu turun temurun. Usaha tahu tempe Pak Tono merupakan usaha milik keluarga dengan 4 orang pegawai.
Proses pembuatan tahu dan tempe memerlukan bahan baku utama berupa kedelai. Kedelai yang digunakan oleh Pak Tono merupakan kedelai impor amerika. Kedelai ini termasuk kedelai dengan memiliki kualitas terbaik. Ciri kedelai yang berkualitas baik yaitu memiliki ukuran yang kecil dan ketika kering memiliki biji yang keras.Â
Penggunaan bahan baku dengan kualitas baik akan menghasilkan produk dengan kualitas baik pula. "Ketika harga kedelai mahal, kami tidak menaikkan harga tahu dan tempe, namun lebih memperkecil ukuran tahu dan tempe agar usaha ini tetap berjalan" ucap istri Pak Tono. Harga kedelai yang naik turun menjadi salah satu kendala dalam produksi tahu dan tempe.Â
Hal ini dikarenakan apabila harga jual ditingkatkan, maka akan menurunkan jumlah konsumen. Bahan baku lain yang dibutuhkan dalam pembuatan tahu yaitu cuka. Cuka yang digunakan pada pembuatan tahu pertama dapat pula digunakan untuk pembuatan tahu selanjutnya. Bahan baku lain yang digunakan dalam proses pembuatan tempe yaitu ragi tempe.
Produksi tahu tempe Pak Tono membutuhkan bahan baku utama berupa kedelai impor seberat 1 kuintal dalam sekali produksi. Kedelai tersebut digunakan untuk produksi tahu dan tempe. Pemasaran yang dilakukan oleh Pak Tono dibagi menjadi empat, yaitu dijual ke pasar, diambil oleh distributor, dijual ke toko kelontong, dan dapat pula dibeli langsung oleh konsumen. Menurut Pak Tono, laba yang didapat dari produksi tahu dan tempe yaitu Rp. 500.000/hari. Tidak hanya memproduksi tahu dan tempe, Pak Tono juga pernah mengembangkan usaha lain berbahan dasar tahu, yaitu tahu pong.Â
Tahu Pong merupakan jenis tahu khusus yang ketika digoreng akan kosong dibagian tengahnya. Namun, produksi tahu pong berhenti karena sepi peminat sehingga saat ini Pak Tono hanya memproduksi tahu tempe. Persaingan usaha tahu tempe yang terjadi di Desa Wonosari termasuk dalam persaingan sehat. Hal ini terlihat dari sasaran pemasaran yang berbeda di Desa Wonosari.Â
Apabila suatu toko kelontong telah dipasok tahu dan tempe produksi Pak Tono, maka produksi tahu tempe lain akan memasok ke toko kelontong yang lain. Persaingan secara sehat ini dipercaya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan UMKM di Desa Wonosari.
Desa Wonosari yang terkenal dengan produksi tahu dan tempe sering melaksanakan Festival Tahu Tempe setiap tahunnya. Namun, ketika pandemi, festival ini sempat berhenti dalam rangka mengurangi penyebaran Covid-19. Festival Tahu Tempe ini dapat diikuti oleh seluruh UMKM tahu tempe di Desa Wonosari. Dalam festival ini, masyarakat akan membuat berbagai bentuk olahan berbahan tahu tempe. Tidak hanya sebagai pengenalan produk tahu tempe, festival ini juga berfungsi untuk mengenalkan Desa Wonosari sebagai desa wisata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H