Euforia daging kurban di dapur ibu beranak tiga itu masih berlanjut. Sore hari, ketika dia sedang bersantai dengan bukunya, seseorang datang menyapa.
"Sedang santai, Bu Tum?"
"Embek, Bu," lanjut si tamu sambil menyerahkan sebungkus daging kambing.
Masyaallah! Mau dimasak apa lagi ini? batin Bu Tum usai mengucap terima kasih.
Kita tidak tidak pernah tahu daging mana yang berbuah berkah, batinnya lagi sambil membuka freezer.
Semalam Bu Tum tidur cukup nyenyak. Untuk sementara, dia terbebas dari aktivitas perdagingan.
Barulah lepas Subuh, "Bu, aku berangkat pagi," pamit suami Bu Tum. Aroma segar tercium dari secangkir kopi yang dibawanya.
"Sekarang?"
"Sebentar lagi, setelah ngopi."
"Terus? Dagingnya?" Bu Tum merespon spontan. Ingatannya melayang ke daging kurban kiriman yang belum sempat disentuh.
"Wis to, dibagi-bagi."