Diantara mereka berkomentar dan mengatakan seperti yang dilakukan oleh Lucette Valensi, dosen perempuan di sekolah tinggi ilmu sosial Paris mengatakan, “Perintah Al Quran untuk menjaga kemuliaan dan pakaian ditujukan baik kepada lelaki, maupun perempuan. Perintah ini sangat jelas tercantum dalam Al-Quran, dimana perempuan mukmin tidak dibenarkan untuk memperlihatkan perhiasannya kecuali beberapa bagian tertentu. Sementara itu, kaum laki-laki yang beriman juga diperintahkan untuk menahan pandangannya dan memelihara dirinya. Jilbab merupakan semacam pelindung bagi kaum perempuan untuk menjaga harga dirinya sendiri dan harga diri keluarganya.”
Seorang wanita bernama Fatimah Lensel, salah seorang pakar Islam Austria berkata, “Penggunaan jilbab bagi wanita muslimah merupakan sebuah nilai dan sebuah pilihan yang murni.” . Fatimah Harnesi, salah seorang wanita Austria yang baru memeluk agama Islam berkata, “Keterbatasan jilbab, merupakan nilai yang lebih tinggi dari kebebasan biasa manusia, karena pakaian agama merupakan kunci kebebasan dari penjara hawa nafsu bagi perempuan dan masyarakat.
Hari ini saya memahami bahwa jilbab merupakan pelindung perempuan. Jilbab menghalangi penjualan harga diri dan menghalangi diri dari tatapan atau perhatian orang asing. Kenyataannya, jilbab yang tidak memperdagangkan fisik perempuan, merupakan perhiasan nilai bagi jiwa dan kemanusiaan seseorang. Karena itu, jilbab sesungguhnya adalah pakaian yang mulia dan terpuji.”
Begitulah pujian mereka baik dari muslimah maupun non muslim tentang keberadaan jilbab yang menjadi perisai dan lambing bagi wanita muslimah.
Dibalik jilbabnya yang indah, anggun dan menawan ternyata mengadung banyak hikmah dan nilai moral yang tinggi walaupun para orientalis dan kaum sekuler yang anti islam menantangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H