Bukankah perencanaan sudah dilakukan?, pengorganisasian, pun rencana pelaksanaan bantuan sosial, sudah disiapkan? Maka, langkah logisnya adalah pengawasan. Dan, sebaik-baiknya pengawasan adalah dengan melihat kenyataan di lapangan, bukan? Belum lagi jika dipertimbangkan bahwa setiap Menteri sudah dapat arahan?: "Yang ada adalah visi Presiden'?
Ibarat ujaran bijak, dalam situasi rumit, sang Menteri selaku seorang pemimpin, langsung terjun ke lapangan! Atau, mau mengikuti saran sang mantan, sang Menteri "Duduklah diktr Anda'?, sambil menunggu laparon?Â
Lupakah sang pemberi saran, bahwa kebiasaan laporan ABS masih bercokol kuat?  Bisa jauh panggang dari api, yang akan terjadi.
Jika sudah begitu, ke manakah arah kritikan itu? Pertanyaan inilah yang menggelitik. Lebih lagi, ada kata-kata, Â "Wil kerjamu Indonesia." Meminjam panduan di konsep komunikasi, maka bolehlah bertanya, Â yang mana komunikasi verbal dan mana yang non-verbal? Yang terakhir ini membuat aku tersenyum: adakah yang terusik dengan cara kerja sang Menteri? Â Untuk mengakhiri, kupinjam ungkapan seorang guru, "Mari, berpikir jernih dengan hati bersih".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H