Seperti saya pernah baca katanya ada iPhone palsu kok gitu sih, yang saya tahu review dari iPhone bagus namun tidak bagi kompetitor iPhone mereka memanfaatkan momen tersebut agar brand iPhone jelek. iPhone palsu yang dirakit agar menyerupai yang asli digunakan untuk dapat mengelabuhi kompetitornya agar terlihat jelek.
Seperti halnya YouTuber yang memberikan review pada brand Eiger sehingga bernada negatif padahal influencernya tidak ada dibayar dan tidak ada di suruh oleh perusahaan eiger, Eiger ialah salah satu produk dari brand perlengakapan outdor yang berasal dari Indonesia di Kota Bandung. Banyak jenis review yang saya temukan tidak hanya dari market place saja ada juga review dari mulut ke mulut, misalnya saya mau pergi ke warung makan namanya warung makan B sedangkan Kompasianer/ Kompasiana tidak menyukai warung makan B tersebut karena pada awalnya sudah ada gosip/ mulut ke mulut dan sebelumnya sudah pernah mencicipi makanan di warung tersebut dikarenakan rasanya hambar atau kurang enak.Â
Sehingga Kompasianer menyarankan saya agar beralih pergi dan pindah ke warung nama warungnya A, jadi di warung A itu sudah banyak testimoni-testimoni bahkan review yang bagus, mereka juga sudah pernah mencicipi makanan warung A tersebut. Otomatis saya mau menuju B tidak jadi dikarenakan saya sudah mendengar review tersebut jelek dari Anda Kompasianer sehingga saya pindah haluan untuk makan ke warung A tersebut.
Selain itu masalah yang dihadapi Eiger masalah sepele yang akan dihadapi jangka panjang mengakibatkan brand lokal dulu imagenya baik di Indonesia menjadi rusak gegara kesalahpahaman terhadap public relitionship yang dibuat oleh YouTuber tersebut.Â
"Untuk pembelian suatu produk atau brands, Â hal utama yang diperhatikan yaitu Kualitas, pelayanan, harga. Kalau kita menghubungkan antara review brand dalam Public Relationship dengan kualitas dalam pembelian keduanya berkaitan agar image suatu produk di perusahaan dapat dibangun", tutur saya tentunya
Menurut saya yang membedakan review dalam PR dengan pembelian yaitu PR lebih ke eksternal sedangkan pembelian  yang dimaksud ada dua seperti ke internal dalam perusahaan saat mau di Import dari negara luar ke Indonesia agar brands tersebut dijualkan ke Konsumen sehingga tipe pembelian ini lebih ke lini bisnis sedangkan pembelian yang saya maksud tersebut yaitu seperti saya, masyarakat biasa ataupun Kompasianer/ Kompasiana yang ingin membeli produk tersebut namun tujuan untuk kedua hal ini sama yaitu agar image brands nya dapat review yang bagus baik di mata perusahaan ataupun di mata netizen sebagai pembeli dan memberikan kepercayaan terhadap produk.
Produk Eiger yang lagi viral sekarang menurut saya memiliki masalah karena kesalahan dalam me review brands tersebut salah satunya kerugian dalam Public Relationship serta kualitas dari masyarakat yang nantinya akan membeli secara langsung sehingga dapat menurunkan margin terhadap kualitas dan kepercayaan kita dalam menilai serta membeli produk Eiger contohnya.Â
Sikap kesalahpahaman kita terhadap review Eiger juga dapat mempengaruhi kita dalam membeli produk lokal dari Indonesia tersebut, seperti saya jadi malas membeli produk dari Eiger gegara reviewnya yang miring belakangan ini. Hal ini mempengaruhi Eiger jangka panjang, jika daya beli masyarkat Indonesia rendah terhadap kecintaannya terhadap produk lokal akan mengurangi deviden negara.
Saya beropini pada dasarnya pajak akan meningkatkan deviden negara sedangkan akan mempengaruhi perekonomian di Indonesia tentunya. Semoga review ini bukan tindakan dari beberapa oknum yang dengan sengaja membuatnya viral demi keuntungan bagi pribadinya sedangkan akan menurunkan margin pada perusahaan eiger milik Indonesia dengan Brand eiger yang tidak baik. Menurut saya sih sebagai pribadi produk Eiger sebenarnya merupakan produk unggulan di Indonesia.
Namun asal mula review tersebut saat ada cuitan dari Dian Widyanarko milik akun twiternya. Setelah saya membaca dari berbagai sumber maka Dian mencuitkan "Dian menyatakan kekecewaanya terhadap surat keberatanya  yang diberikan oleh PT Eigerindo Multi Produk Industri". Â
Mulai pukul 22.30 Â cuitan tersebut mendapat 29 ribu retweet dan 49 ribu menyebkan YouTuber lain ikut berpartisipasi dalam membagikan cuitan tersebut hal tersebut membuat Dian enggan dan tidak akan mau membeli produk Eiger dimanapun dan kapanpun.