Mohon tunggu...
Sahari Enwe
Sahari Enwe Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 5 Sangatta Utara, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Mulai menekuni dunia kepenulisan sejak 2020. Telah menerbitkan 4 buku tunggal dan 22 buku antologi bersama.

Sahari Enwe adalah nama pena dari Sahari Nor Wakhid, guru di SMP Negeri 5 Sangatta Utara, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Dunia literasi ditekuninya dengan membina teater, menulis, dan videografi. Puluhan naskah drama dan pementasan sudah dilakukannya. Mulai menekuni dunia kepenulisan sejak 2020. Buku yang ditulisnya adalah kumpulan puisi 'Pesan Seorang Wanita' (2021), kumpulan cerpen 'Tanpa Nama Sekolah' (2021), kumpulan puisi 'Lidah Api' (2023), kumpulan cerpen 'Aku Saja yang Gila' (2023), dan 22 buku antologi bersama. Beberapa karya tulisnya pernah dimuat di media cetak, online, atau memenangkan perlombaan. Video praktik terbaiknya mendapat nominasi finalis pada kategori Kepala SMP Inspiratif dalam rangka Hari Guru Nasional tahun 2021 oleh Kemendikbudristek. Inovasi di bidang literasi juga mengantarkannya sebagai juara 2 pada ajang Teacher Literacy Award nasional tahun 2021 oleh Nyalanesia. Kiprah dalam literasi juga menjadikannya sebagai Sosialisator Program Literasi (SPL) Nasional dan Pengajar Praktik Tahun 2022, Narasumber berbagi praktik baik (NSBPB) tahun 2023, Fasilitator program pendidikan guru penggerak tahun 2023, Praktisi Mengajar tahun 2023. Selain itu, juga berperan sebagai ketua komunitas belajar ETAM tahun 2023. Ia berharap semua karyanya dapat bermanfaat sehingga bisa terus konsisten berbuat dan berkarya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pesan Seorang Janda

28 Desember 2023   12:17 Diperbarui: 28 Desember 2023   12:33 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

PESAN SEORANG JANDA
Sahari Enwe

https://youtu.be/L5ptzYc97zM?si=-J50XK6JMlQ5ZPXL

Kata siapa janda lebih menggoda?
Nyatanya tak seorang pun mendekatinya
nyalang pandang penuh kesinisan
nyinyir orang sudahlah biasa
sekelumit simpati
padanya digantungkan pengharapan

Siapa juga yang mau?
Lantaran suami tertipu rayu
berpaling meninggalkan rasa saling
istri beserta lima anaknya tak dipedulikannya
candu berahi menyelubungi
menjebol gawang hati

Bersama kobaran api cemburu ia hijrah tak tentu arah
Membawa bekal seadanya
Memeras keringat dan darah
Menapaki setiap jengkal tanah yang mulai merekah
Bermil-mil jauh meninggalkan rumah

Sampai kapan ia berhenti?
hanya kaki yang tahu saatnya
singgah rumah satu ke rumah lainnya
mengemis iba
sejenak kemudian melanjutkan langkah

Di sebuah gubuk reyot pematang sawah ia terhenti
Pandang resah menyelimuti
Rengekan kedua anaknya yang masih balita
Membuyarkan nalarnya
Bahasa tangis tak terbaca
Mengusir indahnya senja
Menuju kelam petang berbayang malam
Setelah terhenti tangisnya
Disadari kedua anaknya sudah tak bernapas lagi
Mati dalam pelukan
Lantaran tak cukup makan

Disenteri cahaya rembulan yang malu-malu
Ia menguburkan kedua anaknya
Ketiga anaknya yang lain tidur dalam dengkur
Bukan dari mulut
Tetapi dari perut
Ia bersihkan diri di kubangan air
Didekati ketiga anaknya
Diperhatikan napasnya satu-satu
Didekapinya
Dibelainya
Tiga anaknya yang masih tersisa

Sembari menunggu gelapnya malam yang sulit ditapaki
Ia berpesan pada rembulan,
“Jaga mereka dalam dekapanmu jika kau ingin memanggilku”

(2020)

*Kumpulan Puisi Pesan Seorang Wanita (2021)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun