Mohon tunggu...
Sahari Ramadhani
Sahari Ramadhani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, STAIN Batusangkar, Sumatera Barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

ada apa dengan 20 dan 21???

22 Juli 2012   13:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:43 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang yang menafsirkan makna dari angka-angka. Misalnya, angka 13 identik dengan angka sial, 87 identik dengan angka gila, angka 7 identik dengan symbol keberuntungan, 1 adalah angka super atau keberhasilan, dan banyak lagi penafsiran-penafsiran lainnya, apalagi jika itu hasil tafsiran berdasarkan zodiak. Zodiak menyulap pikiran pembaca untuk percaya 100% pada ramalan-ramalan berdasarkan pembagian tanggal kelahiran. Kemudian berbagai angka juga menempati posisi sebagai penanda suatu momentum penting oleh seseorangatau kelompok, contohnya peringatan hari-hari besar, peringatan ulang tahun, peringatan hari bersejarah, dan banyak lagi yang lainnya yang memakai angka-angka. Nah, 20 dan 21, ada apa ya dengan 20 dan 21 ????

Pada hari kamis lalu, seorang teman bertanya pada saya via-facebook kapan mulai puasa. Kemudian saya jawab, “lihat dulu senja ini perhitungan hisab dan rukiyatul hilalnya”. Kemudian saya tanya balik kapan ia puasa. Kemudian ia menjawab, “entahlah kawan, saya ragu, menurut kementrian agama tanggal 21, menurut hisab yang lain tanggal 20, di kampung saya beda juga. Yang makin bikin bingung, dalam keluarga juga beragam, ada yang 20 ada juga yang 21! Saya takut kalo berbeda-beda begini! Saya gak mau ada perpecah belahan dalam keluarga karena perbedaan mulai puasa ini”.

Duh, kedengarannya pelik juga. Namun, jika punya pemahaman yang lebih tepat barangkali tidak akan ada kebingungan seperti di atas.

Dalam sebuah wawancara di TVRI, seorang ustadz menyampaikan bahwa adanya perbedaan dalam penetapan 1 ramadhan tidak akan menghasilkan perpecahbelahan jika kita menyadari bahwa perbedaan adalah rahmat, apalagi dalam hal ini perbedaannya merupakan perbedaan ijtihad.

إذَاحَكَمَالحَاكِمُفَاجْتَهَدَ،ثُمَّأَصَابَفَلَهُأَجْرَان،وَإذَاحَكَمَفَاجْتَهَدَ،ثُمَّأَخْطَأَفََلهُأَجْرٌ

"Apabila seorang hakim berijtihad dan benar, maka baginya dua pahala, tetapi bila berijtihad lalu keliru maka baginya satu pahala." (HR Bukhari dan Muslim).

Jadi, inilah satu kuncinya. Dengan meyakini dan mengikuti salah satu dari beberapa ijtihad ulama bukan merupakan persoalan karena yang dijalani tersebut memang tidak ada hukum pastinya dalam dalil naqli (Al Quran dan Hadits) dan jika yang diikuti tersebut kurang tepat hasilnya juga tidak akan berdosa. Dan persoalan beda pendapat itu lumrah saja.

Dalam pepatah minangkabau juga disebutkan “nyalo tungku dek kayu nan basilang” (api tungku menyala karena ada kayu yang disilangkan).

Untuk temanku dan saudara-saudara lain yang mengalami persoalan seperti di atas, semoga ke depan tidak ada keraguan lagi. Amin!

Semoga Bermanfaat! :-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun