Pagi baru menyingsing, matahari pun baru seperempat perjalanannya menerangi bumi dengan cahayanya. Tapi Sofi sudah cemberut dan bermuram durja.........
"Kamu itu kenapa?? Pagi-pagi kok sudah ndak sedap begitu dilihatnya "tanya Komala teman sekantornya"
" Ndak papa"
"Ndak papa gimana, lihat tuch wajah kamu memancarkan aura yang tidak enak dipandang. Ada masalah di rumah? Kalau ndak keberatan aku siap kok mendengarkannya. Bukankah selama ini kita saling berbagi?? Sekalian kita sarapan bareng, kebetulan aku masak nasi goreng spesial pagi ini. Toch temen-temen juga masih belum datang."
"Iya.......gimana ndak marah coba hanya karena hal sepele saja, suamiku marah-marah dan kata-katanya kalau lagi marah itu lho yang bikin merah telingaku"
"Ada apa sebenarnya. Kalau suami marah, itukan biasa, mungkin itu ungkapan perhatian dan cintanya kepadamu agar kamu lebih baik melayaninya"
"Cinta............??? Benarkah suamiku cinta padaku "gumam Sofi lirih
"Ya iyalah Cinta. Gimana ndak cinta coba, dia telah mendampingimu sampai ada anak-anak lahir diantara kalian. Kamu itu gimana sich, kok masih tanya suamimu cinta apa ndak ke kamu???"
"Aku ndak pernah mendengar kata itu diucapkan oleh suamiku" bela Sofi
" Ndak pernah??? Tanya Komala dengan bingung. Ndak pernah sama sekali atau ndak pernah lagi???
" Tidak pernah sama sekali"
"Ach jangan bercanda kamu....bukankah kalian dulu menikah bukan karena perjodohan orang tua, tapi karena kalian mempunyai perasaan yang sama dan sehati"
"Mungkin.............."
"Mungkin.....?? Mungkin gimana "tanya Komala semakin bingun
" Iya mungkin, karena aku dulu menerima dan bersedia menikah dengannya karena aku mempunyai perasaan cinta kepadanya. Tapi aku tidak tahu apakah dia juga mempunyai perasaan cinta kepadaku atau tidak. Karena dia tidak pernah mengatakan dan mengungkapkannya kepadaku."
" Trus gimana dulu cara dia mengatakan kepadamu kalau tidak dengan menyatakan cinta" tanya Komala masih dengan kebingungannya.
" Dia hanya mengatakan "Sofi....maukah kamu menjadi ibu dari anak-anakku?? Dan karena aku mempunyai perasaan kepadanya maka aku menjawab "Ya". Dan setelah kami melalui pendekatan akhirnya kami menikah. Itu saja. Tidak pernah sekali pun Cinta dia ucapkan."
" Ach kamu....Ya itu tandanya dia cinta kepadamu. Toch setelah menikah suamimu memberikan nafkah dan perlindungan kepadamu. Apakah itu bukan tanda dia mencintaimu??"
" Entahlah......Yang pasti dia tidak pernah menyatakan dan mengatakan cinta kepadaku. Kalaupun dia memberiku nafkah dan perlindungan, hal itu aku anggap memang sudah menjadi kewajiban dan tanggungjawabnya sebagai seorang suami."
" Iya sich....Itu kewajiban dan tanggungjawab seorang suami, tapi itu juga perwujudan cinta yang diberikan suami kepada istri"
"Apakah kau yakin itu cinta, bukan hanya rasa memenuhi kewajiban dan tanggungjawab saja??"
" Entahlah aku bingung...Tapi yang pasti cinta juga perlu pembuktian bukan hanya kata-kata gombal saja."
" Iya aku juga setuju dengan kamu Komala. Tapi cinta juga butuh ungkapan".
" Oh...jadi itu yang membuat kamu pagi ini tidak sesedap biasanya??? Tanya Komala sambil bercanda
" Iya...Karena kadang-kadang kalau sedang marah suami ku tidak menandakan bahwa dia mencintaiku. Tapi sekarang aku sudah baikan kok dengan bercerita kepadamu."
" OK dech...Cinta memang perlu pembuktian, tapi cinta juga perlu pengungkapan" bukan begitu sahabatku"
" Ya" jawab mereka serentak sambil tersenyum.
Nah apakah anda, sudah mengungkapkan cinta anda kepada pasangan anda. Tapi awas ya jangan cinta gombal yang anda ungkapkan. Berbahaya..............
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H