"Bukan karena Budi?" Sari mengambil sebatang rokok dan menempelkannya di bibir.
"Mas dia kemarin melecehkanku. Aku ingin mereka di pecat. Atau memang benar Sari ini adalah selingkuhanmu. Anak haram pasti akan menjadi sundal juga seperti ibunya." Â Budi mendesak.
"Aku memang ingin melakukan itu." Kang imam menatap  Budi. "Aku harap besok kalian kemasi barang-barang kalian." Perintah kang Imam pada Sari.
"Apa kau mengusir kami?" Sari segera menarik botol minuman yang ada di tengah meja. "Aku telah membesarkan warungmu yang sebelumnya hanya warung biasa, hingga seterkenal ini. " Sari marah, air matanya tiba-tiba mengalir deras.
"Mbak, sabar!" Terdengar suara Siti dari dalam kamar. Dia berjalan ke depan dengan masih mengenakan kembennya dan mata merah. Sari menata kursi ketika mengetahui Siti telah sampai di sebelahnya. "Mas Bud, Aku hamil anakmu."
Warung itu berubah menjadi sepi. Hanya suara jangkrik yang terdengar jelas mengisi kebingungan semua orang yang ada di sana. Tampak mata Kang Imam menatap Sari dengan rasa bersalah.