"Bukan, perempuan itu bukan dia." Jawab Irwan tegas. Dengan mantab irwan menatap mata Pak Lurah.
Semua orang menatap Irwan curiga. Perempuan yang telah selesai diperiksa merapat kembali ke tengah lapangan dan perempuan yang masih dalam antrian membubarkan diri ikut berkerumun bersama dengan lainnya. Pak Lurah mendekati Irwan dan kemudian menatap matanya. "Kamu yakin dengan jawabanmu?"
Irwan tampak bingung. Matanya bergerak ke kanan kiri dan atas bawah. " Sudah delapan perempuan dia bilang yakin. Bagaimana aku bisa percaya omongan pemabuk itu?"
"Lantas apa solusinya?" Pak Lurah membelakangi Irwan.
"Sama seperti bapak, aku tidak ingin salah dalam memutuskan. Lebih baik kita hukum saja lelaki ini sendiri." Irwan merundukkan kepala.
Semua perempuan muda itu mengambil jarak dari tengah lapangan dan bergabung dengan penduduk yang telah berjejalan di dekat garis pembatas warna kuning. Akupun berjalan dengan lesu bersama perempuan lainnya. Ketika tepat berada di garis kuning, aku menerima pesan singkat dari Irwan. "Terima kasih telah menyelamatkanku sebelumnya."
Aku teringat SMSku pada Irwan ketika berjalan menyusuri sungai dan mengambil peran Frida. " Bekuk lelaki itu, lucuti dia dan cekoki dengan minumanmu!" Aku lemparkan senyum padanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H