Medan, sebuah kota metropolitan dengan keanekaragaman manusianya ternyata menyimpan sejuta kisah usang yang layak dijadikan kajian utama para petinggi negeri berdasi. Masih banyak yang perlu diperbaiki, baik itu dari infrastruktur, perilaku masyarakatnya, maupun fasilitas umun yang belum terlalu diperhatikan keberadaannya.
Mungkin anda pernah mengenal sebutan "negeri sejuta lubang" nah itulah julukan yang sering dinikmati oleh warga Medan. Sedih memang mengetahui keadaan kota Medan yang sangat memperhatikan. Jalan yang seharusnya bisa dinikmati tanpa khawatir kini harus memerlukan 'minyak rem' lebih untuk memastikan keselamatan mereka.
Jika anda orang yang memiliki kesenangan dalam kegiatan off road tapi tidak ingin pergi terlalu jauh, mungkin anda bisa mencoba melakukannya di salah satu jalan di kota Medan. Lebih tepatnya ada di Jl. Dr Mansyur, gang Sehat. Lokasi ini memang bukan diperuntukkan untuk kegiatan off road.
Namun berkat ulah beberapa 'orang berdasi' pemilik proyek pembangunan perumahan. Penimbunan rawa yang akan dijadikan perumahan ternyata membentuk arena off road yang dapat dinikmati para pecinta off road, bahkan bisa dijadikan arena perlombaan mengingat luasnya areal tersebut.
 Pembangunan terus berjalan, tanpa sadar infrastruktur ikut tergerus dengan berlalunya kendaraan berat yang membawa bahan-bahan pembangunan yang sangat dibanggakan oleh pihak pembangun.
Jalan tanpa ampun dipaksa bertelut dan alhasil kubangan-kubangan di jalan pun terbentuk. Air hujan dan air rawa yang berusaha mencari tempat tinggal pun memilh mengisi kubangan tersebut, kubangan tersebut memiliki panjang kurang lebih 20 meter dan lebar 3 meter lebih luas dari lebar jalan, dan tentu dengan lumpur sebagai pelengkap.
Bagaimana jika kita mulai berandai-andai, jika rawa dengan luas 1,3 ha dengan jumlah volume air yang tentu saja terbilang sangat besar ditimbun, akan ke mana air itu pergi? sepertinya pertanyaan itu dapat terjawab dengan cepat, buktinya adalah jalan tersebut sudah tergenang air lumayan tinggi (kira-kira 5 cm di bawah betis orang dewasa).Â
Terbentuk cekungan yang diakibatkan oleh kendaraan besar memperparah keadaan. Banyak kendaraan yang memutar balik dan tidak berani mengambil resiko, tentu saja itu sangat mengganggu. Bagi pejalan kaki tidak ada pilihan lain selain berbasah-basahan, seolah menyeberangi sungai.
Selain itu rumah di sekitar jalan tersebut pun menjadi korban kerakusan beberapa orang. Meluapnya air parit membuat masyarakat menjadi resah, ditambah lagi sampah yang selama ini bersembunyi di dalam tenangnya air parit ikut mencuat. Seolah melakukan serangan balik tanpa ampun. Baunya sungguh mengganggu, tidur yang nikmat pun berujung tragis (sesak nafas).
Mau mengadu sama siapa mereka? Mereka layak menerima keadilan, layaklah pemerintah melakukan pengkajian ulang mengenai kegiatan pembangunan yang merugikan, terutama bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H