Mohon tunggu...
Agung Prasetyo
Agung Prasetyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

menulis adalah lentera jiwaku...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cyber-Cosmopolitanism Society

19 Januari 2012   16:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:40 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(KEMAJUAN TEKNOLOGI VS DISORIENTASI NILAI-NILAI KEINDONESIAAN)

Kita saat ini hidup di abad 21, abad dimana modernisasi terjadi di semua lini kehidupan, abad yang disebut sebagai abad teknologi, dimana teknologi berkembang sangat pesat, abad ini juga disebut sebagai Cyber-cosmopolitanisme society, yakni abad dimana seakan tiada batasan antara kehidupan di satu belahan dunia dan belahan dunia yang lain, manusia kini sudah terkoneksi VIA komunikasi virtu, baik itu electronic media, social network dan lain-lain. Tidak hanya itu, alat transportasi pun semakin berkenbang, sebagai pembanding, dahulu jarak antara jakarta jogjakarta ditempuh dengan waktu satu hari penuh menggunakan kereta, namun sekarang waktu tempuh antara jakarta dan jogjakarta hanya ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam. Kemajuan teknologi seperti ini tentunya membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat penghuni bumi umumnya, dan masyarakat indonesia khususnya.

Penduduk indonesia banyak diuntungkan dengan adanya kemajuan teknologi, terutama teknologi komunikasi, dahulu untuk berhubunngan satu sama lain, kita harus mengirim surat yang akan samapai ke tempat tujuan dalam waktu paling cepat satu hari, namun sekarang hanya buth waktu beberapa detik untuk menghubungkan seseorang yang ada di sabang dan yang ada di merauke, dengan menggunakan telepon genggam. Selain itu adanya media jejaring sosial, seperti twitter maupun facebook, memberi dampak sangat besar terhadap perubahan pola komunikasi masyarakat. Baru-baru ini saja di facebook terdapat gerakan sejuta dukungan bagi prita mulyasari yang kita ketahui. Dengan adanya jejaring sosialpun masyarakat kini semakin sadar dan kritis terhadap persoalan yang ada di negeri ini. Masalah politik contonya, sebelum adanya kemajuan teknologi baik telekomunikasi maupun jejaring sosial, hal-hal yang bersifat politis itu “hanya” bahan perbincangan pemerintah sebagai pemegang tampuk kekuasaan saja, namun sekarang, hal-hal yang bersifat politis dibahas oleh berbegai kalangan yang ada di masyarakat, mulai dari intelektual sampai tukang becak pun membicarakannya, mata masyarakat kini semankin terbuka dengan adanya jejaring sosial maupun media masa yang berkembang pesat. Disamping dampak-dampak positif dari berbagai kemajuan, namun kita tidak boleh larut dalam hegemoni kemajuan teknologi yang ada. Tentunya kita juga harus menilik dampak negatif dari berbagai kemajuan teknologi yang sudah dicapai.

Dengan majunya teknologi yang ada sekarang, hal ini memungkinkan bangsa ini kehilangan jati dirinya sebagai bangsa, isu-isu yang berkaitan dengan SARA akan mudah tersulut dan juga kemajuan teknologi akan meberikan ruang yang longgar bagi terjadinya disitegrasi bangsa.

Pertama, dengan adanya kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, secara otomatis, suka atau tidak suka, penduduk bangsa ini akan bersinggungan langsung dengan dunia luar yang memiliki budaya yang berbeda—jauh berbeda atau hanya sedikit berbeda. Dan akibat dari pesinggungan itu sedikit banyak masyarakat indonesia akan terpengaruh dengan budaya lain. Pengaruh itu ada yang berupa hal positif ataupun hal negatif, contohnya, dengan persinggungan itu, masyarakat indonesia seakan melupan budaya sopan santun asli timur yang termashyur di seluruh dunia, orang kini sudah tidak malu dalam mengungkapkan bahasa-bahasa kasar yang seyogyanya tidak diucapkan oleh orang yang memiliki budaya toto kromo ketimuran, orang-orang kini secara sadar mengumbar hal-hal yang berbau porno yang tidak sesuai dengan budaya timur. Tidak hanya itu, dengan persinggungan dengan budaya lain, seakan masyarakat indonesia sudah kebablasan dalam menggunakan berbagai jejaring sosial. Dan dampak yang cukup parah adalah bangsa ini akan melupakan jati diri nation nya, “PANCASILA” dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Pancasila seakan bukan menjadi tanda pengenal dan alat integrasi bangsa. Contohnya banyak terjadi konflik antar etnis yang berawal dari media jejaring sosial, masyarakat kini semakin apatis dengan budaya gotong royong yang merupakan falsafah asli milik Indonesia, kalaupun ada itupun hanya sekedar seremonial belaka.

Kedua, dengan kemajuan teknologi yang ada, maka secara tidak langsung juga akan membuka “jalur” konflik antar kelompok yang berbau SARA, tentunya kita belum lupa dengan kejadian di maluku beberapa waktu yang lalu, hampir saja konflik maluku akan berkobar kembali, menurut sebagian saksi, komflik yang hampir saja pecah itu disebabkan karena adanya informasi tentang terbunuhnya seorang tukang ojek yang dilakukan oleh kelompok etnis yang lain, informasi yang sama sekali tidak benar ini disebar melalui berbagai media komunikasi, baik itu SMS maupun jejaring sosial yang ada. Selain itu banyak lagi konflik-konflik lain baik itu bersifat individual maupun komunal.

Ketiga, kemajuan teknologipun memberikan “jalur” bagi terjadinya disintegrasi bangsa. Mengapa? Sebelum kita menjawab, mari kita renungkan sejenak tentang beberapa kejadian yang terjadi di negeri ini, pertama, seperti yang disebutkan diatas tentang kejadian maluku, kedua yakni, dengan kemajuan teknologi, masyarakat seakan mengalami disorientasi nilai-nilai “kebudayaan” bangsanya sendiri, hal ini terjadi akibat dari ke-AKU-an yang banyak disebutkan di media sosial. Dengan adanya keakuan suku-suku, seperti di berbagai media sosial muncul berbagai gerakan yang sporadis yang mengatasnamakan kelompok-kelompok tertentu, baik itu suku, agama, ras ataupun yang lainnya, masih segar dalam ingatan kita tetang kejadian konflik sampang madura, sekelompok orang yang menatasnamakan satu agama menyerang saudaranya sendiri yang dianggap berlainan aliran, menurut penuturan saksi, hal ini karena adanya salahnya pemahaman tentang suatu kelompok yang kemudian dimanfaatkan oleh beberapa oknum yang beratasnamakan dendam. Kita juga tidak lupa dengan kejadian di cikeusik, dan kejadian-kejadian yang menyebabkan disintegrasi yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi yang disalahgunakan dan (juga)  disalahartikan,

Pertanyaan yang muncul kemudian, bagaimana kita menyikapi kemajuan teknologi yang mau-tidak mau, suka tidak suka harus kita hadapi?

Sebagai masyarakat dunia yang sama-sama hidup dibumi, kita harus menggunakan dan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk berkomunikasi, mengenal, membangun rasa “kosmopolitanisme” sebagai satu dunia, one world, one unity dalam menjaga kelestaraian kehidupan dunia, seperti masalah pemanasan global, perubahan cuaca yang ekstrem, kekurangan pangan di suatu belahan dunia, dan membangun rasa solidaritas sebagai makhluk penghuni bumi, baik solidaritas terhadap sesama manusia, seperti pemecahan masalah kelaparan, kesetaraan, pendidikan dan lain-lain. Dan juga sesama makhluk penghuni bumi, seperti ancaman kehancuran ekosistem bumi, pembalakan liar, pembunuhan dan perdagangan hewan langka. Hal ini penting karena dengan adanya media-media yang memudahkan, masyarakat dunia diharapkan semakin sadar bahwa kita adalah makhluk yang hidup di satu bumi, dan sudah sepatutnya kita menjaga dan melestarikan bumi demi menjaga keharmonisan kehidupan di muka bumi,

Tetapi, kitapun harus bijak dan arif menggunakan kemajuan teknologi yang ada, terutama kemajuan telekomunikasi dan jejaring sosial. sebagai bangsa “PANCASILA” kita harus memiliki filter dalam menerima berbagai serangan budaya yang masuk melalui jejaring sosial maupun telekomunikasi. Kita boleh saja menerima budaya baru yang memiliki dampak positif bagi masyarakat indonesia, tetapi kita juga harus memiliki rasa ke-timuran yang menghargai sopan santun, kita harus memiliki standing point sebagai orang timur, sehingga kita tidak terbawa arus.  Selain itu, masyarakat juga membutuhkan peran pemerintah, baik dalam penguatan rasa “kepancasilaan” dan juga peran dalam membuat regulasi yang berdampak positif bagi masyarakat, Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu menebarkan dan menguatkan rasa kepancasilaan dan rasa keindonesiaan. Regulasi yang dibuat pemerintahpun harus menanamkan standing point sebagai warga negara Indonesia. Sehingga kelak dikemdian hari masyarakat indonesia tidak mengalami disorientasi terhadap jati dirinya sebagai “BANGSA INDONESIA.” Contoh kongkretnya, pemerintah harus membangkitkan kembali rasa dan nilai kepancasilaan terutama kepada kaum muda, dengan berbagai cara yang menarik tentunya, seperti, pengajaran tentang nilai-nilai pancasila baik di sekolah maupun ditempat-tempat umum melalui berbagai event yang menarik, seperti, pagelaran konser musik pop anak negeri yang dibalut dengan musik-musik serta kearifan budaya lokal, seperti kolaborasi pemusik indonesia dengan musik keroncong, atau yang lain-lain, pemerintah juga semestinya menggiatkan kegiatan-kegiatan sosial bagi pemuda dalam membangun budaya gotong-royong yang merupakan jati diri indonesia, kegiatan-kegiatan itu harus dikemas dan dipublikasikan dengan apik seperti melalui jejaring facebook contohnya, sehingga dengan sendirinya kesadaran masyarakat akan jati diri indonesia akan terbangun.

Selain itu, penguatan nilai-nilai pancasila sebagai alat pengintegrasi bangsa haruslah digalakkan kembali, agar tidak terjadi konflik-konflik yang menyebabkan disintegrasi bangsa.

Dan himbauan kepada orang tua, agar selalu mengikuti perkembangan teknologi yang ada, mengapa? Hal ini dikarenakan pentingnya peran orang tua dalam pengawasan dan edukasi bagi anaknya dalam menggunakan kemajuan teknologi, apabila orang tua memahami kemajuan teknologi yang ada, tentunya proses edukasi kepada anak akan effektif, orang tua dapat mengarajhkan mana yang baik dan mana yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa INDONESIA. bagaimanapun keluarga adalah tempat pertama pembangun karakter anak, dan dalam ruang lingkup yang besar, merupakan pembangun karakter bangsa.

SALAM SAHABAT,

AL FAQIR

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun