Seorang ibu dan bapak konsultasi, mereka mengatakan bahwa anaknya mengalami Kleptomania. Namun, setelah mendengar seluruh ceritanya, unfortunately saya katakan kepada mereka bahwa ini bukan Kleptomania melainkan kebiasaan buruk mengambil barang yang bukan miliknya di toko berlabel terkenal.
Mamanya dengan bingung mengatakan, "Kebutuhan anak saya tercukupi. Setiap ke mall saya kasih uang Rp 200.0000-Rp 250.000. Bagaimana mungkin, kenapa dia melakukan hal itu?"
Yuk kita bahas. Kalau saya analisa lebih jauh (belum konseling dengan anaknya), kebiasaan tersebut sangat besar kemungkinan berakar dari keinginan yang selalu terpenuhi selama ini. Tidak ada pembentukan kontrol diri dan menanam kebiasaan menunda kesenangan diri. Di sisi lain, stimulasi dan gaya hidup hedonisme, konsumerisme begitu menggoda. Sehingga, tanpa adanya kontrol diri yang kuat, kemampuan menunda kesenangan diri, serta memilah keinginan vs kebutuhan, maka anak dapat terjerumus ke dalam kebiasaan buruk tersebut. Anak menghalalkan segala cara agar dapat dengan CEPAT mendapatkan keinginannya dan pemuasan kesenangan diri SEGERA.
Parents, yuk kita bantu anak kita mempunyai kemampuan mengontrol diri dan menunda kesenangan diri, serta membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan sedini mungkin, bahkan sejak batita. Dengan demikian, anak akan bertumbuh dengan kedewasaan dan kebijaksanaannya menghadapi banyaknya godaan dan tawaran kenikmatan yang belum tentu baik dalam kehidupannya, seperti: cyber, pornografi, dll. Lihatlah, para koruptor di negeri ini, yang sering kita lihat di media, mereka bukanlah orang-orang yang miskin harta bukan?
Salam Pendidikan,
Hanlie Muliani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H