Oleh Muklis Akbar
Staf Restorasi Forum Konservasi Leuser (FKL)
Hutan Leuser yang terbentang hampir di seluruh wilayah Aceh sangat penting untuk kita jaga dan lestarikan, baik itu hutannya dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Sebagai upaya dalam usaha  mencegah kerusakan menjadi semakin luas, pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang lingkungan dan konservasi  terus bekerja secara maksimal dalam upaya mencegah  luasnya kerusakan dan memperbaiki huta-hutan yang sudah dirambah dengan mengganti jenis dan pola tanaman yang mereka tanam di wilayah hutan konservasi.  Tanaman yang sudah ditentukan jenisna dengan ciri-ciri tanaman yang memiliki batang yang besar serta memiliki buah yang nilai ekonomis yang tak kalah menarik, sehingga dapat menguntungkan para petani yang sudah terlanjur merambah di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)  ataupun Hutan Lindung (HL) serta mengembalikan fungsi hutan denga tanaman yang tinggi dan besar.
Dalam hal mengubah dan mengembalikan hijaunya tutupan hutan, posisi staf  restorasi menjadi garda terdepan yang bergerak langsung sebagai pemandu dan pelaku langsung di lapangan, restorasi menjadi rumah penyedia bibit sedangkan  staf yang bekerja di restorasi sebagai pelaku utama dalam melakukan sosialisasi dan penanaman langsung di kebun-kebun petani sebagai langkah cepat dan sigap dalam menggembalikan fungsi hutan di wilayah yang sudah terlanjur di rambah dan di jadikan perkebunan.
Bekerja sebagai staf restorasi bukanlan menjadi hal yang mudah, perlunya kecakapan dalam berkomunikasi dan memiliki ilmu-ilmu dasar dalam pemahaman terkait konservasi, hutan, lingkungan, pertanian serta  yang paling penting ilmu kemasyarakatan dalam upaya mampu untuk berbaur dan melebur kedalam masyarakat agar terhindar dari kesalah fahaman yang cendrung biasanya meimbulkan konflik  antara petugas dan masyarakat, dengan adanya komunikasi yang baik  sehingga timbul kerja sama yang baik antara masyarakat dan staf Restorasi untuk bersama dalam melestarikan hutan dengan cara menanam bersama di kebun mereka serta  mengembalikan keaslian hutan yang sudah terlanjur rusak seperti sedia kala.
Disiniliah edukasi menjadi menjadi sangat penting untuk memberi pemahaman mendasar terkait konservasi  kepada petani,  mengapa fungsi hutan itu sangat penting dan mengubah pola tanaman masyarakat itu menjadi salah satu cara yang bijak dalam upaya pelestarian hutan serta akan mengubah  ekomoni para petani menjadi lebih baik dengan menanam tanaman-tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, seperti jengkol, durian, petai, matoa dan tanaman-tanaman tumpang sari yang bisa disandingkan dengan tanaman itu, seperti lada dan sirih.
Dalam hal memberikan edukasi terhadap petani terkadang memang di butuhkan ilmu kemasyarakatan serta komunikasi dan cara penyampaian dengan bahasa yang mudah di mengerti, hal ini menjadi tantanga tersediri bagi para staf di wilayah restoras seluruh Aceh dalam memilih kata dan bahasa  agar penyampaian kepada petani atau masyarakat mudah di fahami serta tidak salah dalam mengartikan maksud dan penyampaian para staf lapangan, hal ini memang harus kita lakukan karena tidak semua petani mendapatkan pendidikan dan edukasi di dalam kehidupannya.
Salah satu contoh kecilnya dalam hal memberima pemahaman kepada petani untuk mencegah para pemburu dan petani agar tidak memburu hewan seperti burung atau jenis- jenis lainnya, kita tidak bisa langsung melarang dan ber bicara tetang hukum atau ancaman apa yang kita dapatkan ketika melanggar peraturan  kepada mereka,  akan tetapi kita berikan pertanyaan yang mudah mereka pahami, dan biarkan mereka menjawab setelah itu baru kita buat perbandingan dari jawaban mereka, misalkan, "Mengapa pertanian di zaman sekarang seperti kurang mengalami kemajuan seakan layu sebelum berkembang alias gagal panen?  karena banyaknya tanaman kemiri dan tanaman lain yang mati mendadak itu disebabkan banyaknya ulat yang memakan pohon, sementara mengapa ulat semakin banyak itu disebabkan oleh banyaknya kegiatan perburuan yang mengakibatkan populasi burung menjadi sedikit, sehingga tidak ada lagi yang memangsa ulat pohon, sehinga ulat pohon semakin banyak karena rantai makanan tidak berjalan dengan baik. Demikianlah salah satu contoh yang kita sampaikan kepada masyarakat yang sudah lanjut usia dan awam bahkan tidak dekat dengan aktivitas  baca tulis.
Restorasi memang menjadi penting sebagai rumah penyedia bibit dalam mengembalikan fungsi hutan untuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat tampa bencana alam dan menghasilkan udara yang segar. Edukasi menjadi tak kalah penting dalam upaya memberikan pemahaman-pemahaman kepada orang tua di era sekarang untuk meminimalisir kegiatan-kegiatan yang merusak Alam dan lingkungan serta  yang paling terpenting edukasi mampu menanamkan ideoligi tentang konservasi kepada generasi-generasi yang akan datang untuk hidup lebih ramah lingkungan dan tidak merusak hutan.
Langkah terbaik dalam melestarikan Kawasan Ekosistem Leuser atau yang sering kita dengar dengan KEL, baiknya antara restorasi dan edukasi sejalan dalam melakukan kegiatannya yang mana restorasi fokus kepada mengembalikan fungsi hutan dengan cara menanami dan mensosialisasika dalan ruang lingkup restorasi, sedangkan edukasi fokus menanamkan ideologi koservasi dalam sekala yang lebih luas sebagai upaya mencerdaskan generasi yang pro lingkungan dan memutus mata rantai kegiatan-kegiatan merusak hutan dan lingkungan serta ikut dalam melestarikan flaura dan fauna di dalamnya untuk menciptakan keseimbangan di dalam dunia konservasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H