Dokter sebagai pemimpin masyarakat
Pendidikan kedokteran saat ini perlu beradaptasi terhadap kemajuan pesat teknologi, health literacy masyarakat dan kesibukan aktifitas para klinisi. Untuk mengantisipasi kondisi ini perlu dilakukan standarisasi dan personalisasi luaran pembelajaran, integrasi pengetahuan dan pengalaman klinik, pengembangan inovasi serta pembentukan identitas profesional. Dokter menjadi garda terdepan dalam memimpin masyarakat untuk kualitas hidup dan kesehatan yang lebih baik, Perannya dalam mengkampanyekan hidup sehat berlangsung sepanjang masa, layaknya guru bagi masyarakat.
Pengembangan sistem jaminan kesehatan nasional di Indonesia mengubah pola pembiayaan kesehatan menjadi pre-service atau kapitasi. Kondisi ini perlu diantisipasi dalam sistem pendidikan kedokteran kita terutama terkait dengan perilaku profesionalisme dalam menghadapi pasien.
Sebagai "generasi Z" mahasiswa kedokteran saat ini memiliki kemampuan dalam penguasaan teknologi digital yang dapat memberikan manfaat dalam proses pendidikan. Kondisi jauh berbeda ditemui pada sebagian besar dosen yang merupakan generasi baby boomers sehingga kerap kali memiliki masalah dalam penguasaan teknologi digital dan membatasi komunikasi teknologi antara mahasiswa dan dosen. Untuk mengatasi kelemahan ini, pelatihan serta pendampingan penguasan teknologi digital untuk dosen perlu dilakukan.Â
Pengembangan modul inovasi, kepemimpinan, entrepreneurship dan ilmuwanÂ
Dokter perlu memiliki jiwa kepemimpinan, inovasi dan entrepreneur yang kuat guna mendukung pencapaiannya dalam memberdayakan masyarakat. Modul pembentukan karakter terpadu (MPKT) perlu mengakomodir pentingnya hal tersebut di atas. Disamping itu, penerimaan mahasiswa baru merupakan salah satu aspek penting untuk mendapatkan calon mahasiswa dengan karakter yang kuat karena itu perlu dilakukan penambahan proses wawancara dalam seleksi kandidat mahasiswa FKUI.Â
Kebutuhan dokter sebagai ilmuwan diperlukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran. Paling tidak 25-30% lulusan FKUI diharapkan akan menjadi tulang punggung dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Indonesia membutuhkan penguatan dan pembangunan ilmu dan teknologi kedokteran sebagai bagian ketahanan dan kemandirian bangsa di tengah era globalisasi dan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).
Kepemimpinan FKUI perlu berkomitmen untuk meningkatkan peran FKUI dalam percaturan tingkat nasional dan internasional. Hal ini akan dilakukan melalui keterlibatan staf FKUI sebagai pembicara dalam forum resmi organisasi profesi atau kedokteran internasional, keterlibatan staf FKUI dalam organisasi nasional, regional maupun internasional, seperti IDI, WHO atau organisasi profesi internasional, serta meningkatkan produksi usulan kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan.
Kiprah FKUI dalam berkomitmen untuk membangun ketahanan dan kemandirian bangsa di bidang kesehatan akan ditunjukkan melalui penelitian pengembangan obat dan alat kesehatan buatan dalam negeri, pembangunan AHS UI -- IMERI sebagai kekuatan industri kesehatan Indonesia dan peran serta dalam penempatan tenaga dokter profesional di seluruh wilayah Indonesia.
Untuk itu, diperlukan pembangunan sistem organisasi FKUI yang efisien dan efektif, re-branding dan re-packaging program studi FKUI, serta pembangunan sistem administrasi keuangan terpadu FKUI (SAKTI). Sudah tidak bisa ditawar lagi bahwa pengembangan program dan proses pendidikan harus jeli membaca kebutuhan serta perkembangan masyarakat yang sangat dinamis. Oleh karena itu FKUI harus menjadi organisasi yang sensitif serta cepat tanggap merespons (SENSE AND RESPONSE ORGANIZATION) setiap perubahan di tengah masyarakat.
Kita tidak punya pilihan lain, selain maju bersama, melalui kepemimpinan yang efektif dan efisien untuk mewujudkan cita-cita : MEMBANGUN INDONESIA, DARI FKUI, sebuah kampus perjuangan yang akan bertransformasi menjadi Pusat Inovasi Kesehatan Indonesia.Â