Mohon tunggu...
Sagitha Ayu ramadianti
Sagitha Ayu ramadianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis dan Pertumbuhan, Eksplorasi Tahapan Psikososial Erik Erikson

1 November 2024   07:29 Diperbarui: 1 November 2024   07:31 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Krisis dan Pertumbuhan: Eksplorasi Tahapan Psikososial Erik Erikson

Erik Erikson adalah seorang psikolog perkembangan terkenal yang mengembangkan teori tahapan perkembangan psikososial. Teori ini memberikan pandangan mendalam mengenai perkembangan manusia sepanjang hidup, dengan menyoroti bagaimana setiap tahap kehidupan diwarnai oleh "krisis psikososial" tertentu. 

Krisis ini bukan dalam arti negatif, melainkan peluang bagi individu untuk menghadapi tantangan dan tumbuh lebih kuat secara emosional dan sosial. Dalam pandangan Erikson, proses krisis dan pertumbuhan ini membentuk identitas individu secara bertahap.

Memahami Teori Tahapan Psikososial Erikson
Teori psikososial Erikson terdiri dari delapan tahapan utama yang mencakup seluruh rentang kehidupan manusia, mulai dari bayi hingga usia lanjut. Setiap tahap diwarnai oleh konflik atau krisis tertentu yang harus dihadapi individu untuk mengembangkan kualitas psikososial yang sehat.

 Jika seseorang berhasil melewati krisis pada setiap tahap, mereka akan memperoleh kekuatan atau kualitas tertentu yang akan membantunya pada tahap perkembangan berikutnya.

Tahap Bayi (0-1 tahun): Kepercayaan vs Ketidakpercayaan
Pada tahap pertama, bayi bergantung pada pengasuhnya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Pengalaman positif, seperti kasih sayang dan perhatian yang konstan, akan menumbuhkan rasa kepercayaan terhadap dunia. 

Sebaliknya, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, bayi dapat mengalami ketidakpercayaan, yang memengaruhi kemampuan mereka dalam mempercayai orang lain di masa depan.


Tahap Anak Usia Dini (1-3 tahun): Kemandirian vs Rasa Malu dan Ragu
Pada masa ini, anak-anak mulai mengembangkan kemandirian dalam hal melakukan hal-hal sederhana seperti makan atau berpakaian sendiri. Jika didukung, mereka akan merasakan rasa percaya diri dan kemandirian. Namun, jika selalu dibatasi, mereka mungkin akan mengalami rasa malu dan keraguan terhadap kemampuan diri mereka sendiri.


Tahap Pra-Sekolah (3-6 tahun): Inisiatif vs Rasa Bersalah
Anak-anak pada usia pra-sekolah mulai menunjukkan inisiatif dalam bermain, bertanya, dan mengeksplorasi lingkungan sekitar. Jika orang dewasa merespons positif dan mendukung inisiatif ini, anak akan merasa didukung untuk terus bereksplorasi. Namun, jika sering dilarang, mereka dapat mengembangkan rasa bersalah yang membatasi kemampuan untuk bertindak.


Tahap Usia Sekolah (6-12 tahun): Keuletan vs Inferioritas
Pada tahap ini, anak-anak mulai masuk ke lingkungan sekolah di mana mereka belajar keterampilan baru dan menyelesaikan tugas-tugas yang menantang. Penghargaan dan pengakuan dari lingkungan akan memperkuat rasa keuletan dan kebanggaan. Namun, kegagalan atau kritik berlebihan dapat menimbulkan rasa inferioritas.


Tahap Remaja (12-18 tahun): Identitas vs Kebingungan Peran
Remaja mengalami periode eksplorasi identitas, di mana mereka mencari tahu siapa diri mereka dan apa yang mereka inginkan dalam hidup. Keberhasilan dalam menemukan identitas akan menciptakan rasa tujuan yang kuat, sedangkan kegagalan bisa menyebabkan kebingungan peran dan ketidakpastian mengenai tempat mereka di masyarakat.


Tahap Dewasa Awal (18-40 tahun): Keintiman vs Isolasi
Pada tahap ini, orang dewasa muda berusaha membangun hubungan yang intim dan mendalam, baik dalam persahabatan maupun hubungan romantis. Jika mereka mampu menjalin ikatan yang sehat, mereka akan merasa terhubung dengan orang lain. Namun, kegagalan dalam menjalin hubungan dapat menyebabkan isolasi dan rasa kesepian.


Tahap Dewasa Menengah (40-65 tahun): Generativitas vs Stagnasi
Pada usia dewasa menengah, individu lebih fokus pada kontribusi kepada masyarakat, seperti melalui pekerjaan atau peran sebagai orang tua. Kesuksesan dalam tahap ini membawa rasa kepuasan dan tujuan. Sebaliknya, perasaan stagnasi atau tidak berkontribusi dapat menyebabkan kebosanan atau kegelisahan.


Tahap Usia Lanjut (65 tahun ke atas): Integritas vs Keputusasaan
Pada masa ini, individu mengevaluasi hidup mereka dan mencoba menemukan makna dari pengalaman mereka. Jika mereka puas dengan hidup yang telah dijalani, mereka akan merasakan integritas dan kedamaian. Jika sebaliknya, mereka mungkin merasakan penyesalan dan keputusasaan.


Pengaruh Krisis dan Pertumbuhan Psikososial
Setiap krisis psikososial berfungsi sebagai peluang untuk perkembangan karakter. Ketika berhasil melalui setiap krisis, individu akan memperoleh kekuatan psikologis tertentu yang mempersiapkan mereka untuk tahap berikutnya. Namun, kegagalan dalam mengatasi krisis ini bisa meninggalkan luka emosional yang memengaruhi kesejahteraan psikologis.

Relevansi Teori Erikson di Era Modern
Teori psikososial Erikson tetap relevan dalam konteks modern. Misalnya, dalam perkembangan anak-anak dan remaja yang kini dihadapkan pada tantangan teknologi dan media sosial, teori Erikson dapat membantu memahami bagaimana tahap perkembangan psikososial ini berdampak pada pembentukan identitas dan hubungan sosial mereka. 

Demikian pula, pada dewasa menengah, pergeseran nilai kerja atau pilihan gaya hidup bisa memengaruhi perasaan generativitas atau stagnasi.

Kesimpulan
Tahapan psikososial Erik Erikson menunjukkan bagaimana krisis di setiap tahap kehidupan berfungsi sebagai pintu menuju pertumbuhan dan kematangan emosional. Dengan memahami dan mengatasi krisis ini, setiap individu mampu mencapai potensi terbaik mereka, memperoleh pemahaman mendalam tentang identitas diri, serta hubungan yang bermakna dengan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun