Mohon tunggu...
Sagita Purnomo
Sagita Purnomo Mohon Tunggu... -

Bagiku menulis sama pentingnya dengan Bernafas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Sang Satrio Piningit (?)

2 Juni 2014   21:02 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:48 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini nama calaon presiden RI Joko Widodo (Jokowi) paling banyak diperbincangkan seantero negeri, ketenaran namanya mampu menenggelamkan nama-nama politisi senior yang terlebih dahulu merasakan pahit manis berpolitik di Indonesia. Tegasnya sosok jendral bintang empat dan tiga SBY dan Prabowo mampu ia redupkan, kemilaunya kekayaan ARB dan JK mampu ia lunturkan, bahkan media milik Suryapaloh dan Harie Tano justru lebih banyak menampilkan sosok jokowi ketimbang bos mereka. Semua kelebihan tersebut mampu ditaklukan oleh Jokowi hanya dengan modal dengkul alias dengan belusukan langsung menyentuh hati masyarakat dalam menghadapi permasalahan.

Sebagaian bersar rakyat di Indonesia sudah terlanjur jartuh hati terhadap sesosok Jokowi, perawakannya yang sederhana, sedikit bicara banyak bekerja, keberhasilannya dalam memimpin Solo dan Jakarta serta metode blusukan yang kini paling banyak ditiru para politisi lainya merupakan nilai posotif dari seorang Jokowi. Karna kelebihanya itu banyak pihak yang mengatakan bahwa Jokowi merupakan sosok “Satrio Piningit” pemimpin yang paling ideal untuk membawa Indonesia keluar dari keterpurukan.

Keberhasilan PDIP memenengkan pileg 2014 dengan perolehan suara nasional sebesar 19 persen, tak terlepas dari pengaruh/popularitas Jokowi yang begitu kuatnya “menghipnots” negeri. Padahal sebagian besar masyarakat Indonesia baru satu setengah tahun mengenal pria kurus dengan logat jawanya ini. Sepak terjang Jokowi dalam dunia politik terlalu melejit dan terkesan tidak wajar. Kini nama Jokowi selalu menduduki puncak tertinggi hasil surve yang dilakukan oleh lembaga-lembaga surve sebagai calon presiden Republik Indonesia. lantas apakah pantas dengan segala sepak terjangnya yang terkesan karbitan ini, layakah Jokowi untuk menduduki kursi RI I?Dibandingkan dengan para pesaingnya, Jokowi adalah calon baru yang paling minim pengalaman.

Satrio Piningit?

Jokowi digandang-gandang sebagai sosok peminmin ideal bagi negeri ini, ia bakan sering dijuluki sebagai Satrio Piningit. Ya Satrio Piningit merupakan legenda masyarakat jawa yang mencerminkan sosok kesatria sederhana namun sangat berkarisma, disenangi kawan dan disegani oleh lawan. Jokowi sering disebut sebut sebagai pemimpin yang mampu mebawa Indonesia menjadi negera yang lebih baik lagi, pemimpin pro rakyat yang berkeinginan mesejahterakan rakyat. Bahkan salah satu pendiri Partai Golkar, Suhadirman mengungkapkan kriteria presiden Indonesia yang belum terpenuhi. Menurutnya, sosok presiden ke depan adalah yang disebut sebagai Satrio Piningit, siapa dia? "Begini, ada ramalan jauh-jauh hari, zaman dulu. Panjang lebar tapi saya singkat, bahwa yang bisa memajukan Indonesia itu adalah tiga, yang dua sudah pernah, yang ketiga ini kita tunggu," ungkap Suhadirman.

Pria yang rambutnya sudah memutih itu kemudian berkisah tentang sosok Soekarno dan Soeharto. Menurutnya, kedua presiden Indonesia itu sebagai dua tokoh yang sudah memenuhi kriteria presiden yang mumpuni. "Yang pertama Satrio Kinunjoro, Satria yang keluar masuk penjara itu Pak Karno. Kedua Satrio Muktiwibowo itu Pak Harto, yang ketiga Satrio Piningit. Gambaran secara singkat Satrio Piningit itu orang yang kesandung, itu berarti dari lapisan bawah, bukan dari atas. Jikalau lihat sejarah, sementara yang kita jumpai orang kesandung, itu adalah Jokowi. Kebetulan Jokowi ini dijagokan oleh PDIP. Sementara, hanya itu yang bisa saya sampaikan," tuturnya menjelaskan.

Meski begitu, Suhadirman belum secara terang-terangan menyatakan dukungannya kepada capres PDIP itu. Namun, menurutnya, sejauh ini Jokowi adalah sosok yang pas disebut sebagai Satrio Piningit. "Saya belum pernah mengucapkan dukung Jokowi. Satrio Piningit itu orang kesampar. Dia (Jokowi) itu kan dari bawah, dia tidak sekonyong-konyong jadi gubernur, merembet dari bawah, dari Solo. Itu perkiraan," pungkasnya. (detiknews.com)

Belum Waktunya

Terhitung sejak republik ini merdeka sampai sekarang ini, sangat jarang ada sosok yang mau belusukan menjumpai rakyatnya, baru Jokowi satu-satunya pemimpin yang merelakan dirinya untuk terjun ke got comberan berbau busuk demi mengetehui permasalahan secara langsung, bukan mendengarkan masalah dari mulut bawahanya. Hal ini lantas membuat masyarakat terpincut dengan sosok Jokowi.Jika dilihat dari rekam jejaknya. Penulis berpendapat sebenarnya Pilpres 2014 bukanlah waktu yang tepat bagi Jokowi untuk mengajukan diri.

Masih terlalu bagi Jokowi untuk menyandang gelar Presiden RI yang disebabkan oleh beberapa alasan seperti, pertama jokowi masih minim akan pengalaman politik, ia baru lima tahun menjabat sebagai Walikota dan satu setengah tahun menjadi Gubenur DKI, tentu saja pengalaman berpolitiknya masih sedikit, Jokowi belum kenyang mnerasakan pahit manisnya level politik tingkat tinggi. Kedua, Jokowi belum paham dan amat jarang mengumbar pidato maupun retorika politik seperti kebanyakan para pesaingnya, selama ini sosok Jokowi hanya berfokus pada realisasi janji dalam bentuk tindakan bukan kata-kata. Jadi kemampuan Jokowi untuk membujuk maupun meyakinkan para kaum borjuis masih kurang, karena kaum borjuis lebih percaya dengan kata-kata manis ketimbang tindakan nyata yang selama ini dilakukan oleh Jokowi. Kemampuan Jokowi dalam melobi rakyat kecil memang tidak diragukan lagi, lantas apakah cara sama juga mempan untuk elit politik tingkat atas?Seandainya Jokowi terpilih sebagai presiden, mau tak mau ia harus piawai dalam melakukan lobi dengan para kepala negara, anggota parleman dan elit politik lainya dalam melakoni hubungan diplomasi. Nah dalam bidang yang satu ini menurut penulis, Jokowi masih mninm akan pengalaman dan ia masih perlu untuk banyak belajar lagi

KetigaJokowi dikawatirkan menjadi ajang rong-rong ataupun dijadikan boneka oleh atasanya (partainya) sebagaimana kita ketahui Jokowi merupakan kader yang amat sangat patuh terhadap partainya, ia tidak pernah dan takan berani mengatakan tidak untuk menolak kepentingan partai. Nah pada suatau saat apabila Jokowi dihadapkan antara kepentingan partai dan kepentingan negara, mana keputusan yang akan ia pilih? Asumsi sebagain orang mengenai Jokowi sebagai presiden boneka, juga tak bisa dianggap sebagai isapan jempol belaka.

Oleh karena itu, sosok pendamping Jokowi harus mampu menguatkan dan menutupi kekuranganya tersebut, minimal (cawapres) pendampingnya harus ideal seperti wakilnya di DKI (Ahok). Sosok pendamping Jokowi akan menegaskan apa sebenarnya visi misi dalam membangun negara ini, misalkan jika kepeminpinan ditekankan untuk pembangunan ekonomi, maka sosok paling ideal sebagai pendamping Jokowi ialah mantan Wapres Jusuf Kalla (JK). Pengalamannya sebagai negarawan sudah tidak diragukan lagi, kemampuan lobinya juga cukup baik selain itu, usianyayang matangdan kemampuanya dalam membangun perekonomian menjadi nilai plus tersendiri.

Sebagaimana kita ketahui bersama, JK merupakan salah satu pengusaha paling sukses di Indonesia. Pengalaman bisnisnya sudah sangat banyak dan tidak diragukan, diprediksi JK akan mampu membantu Jokowi dalam membangun perekonomian nasional yang sehat dan baik. Namun, duet Jokowi-JK akan lemah pada ketegasan dan penegakan hukum kerena mereka terkesan buta akan bidang hukum yang menjadi masalah terbesar di republik ini. Cita-cita kita untuk memberantas KKN dan menciptakan pemerintahan yang bersih akan sulit terwujud pada duet ini.

Nama selanjutnya yang ideal untuk mendampingi Jokowi ialah mantan ketua MK, Mahfud MD, kemampuan Mahfud di bidang hukuum sudah tidak diragukan lagi, duet ini akan sangat memungkinkan untuk menciptakan pemerintahan yang bersih, pemberantasan KKN dan penegakan supremasi hukum. Sampai sekarang dua sosok ini belum terkontamionasi ooleh hal buruk apapun, mereka berdua terkenal akan kejujuran dan kesederhananya. Sangat ideal sebagai pemimpin idaman yang bersahaja Satrio Piningit. Namun duet ini lemah pada bidang pembangunan ekonomi, tapi amat baik untuk penegakan hukum sebagai panglma penggerak roda pemerintahan bangsa. Itulah asumsi penulis

Terepas dari itu semua, penulis berharap kepada siapapun yang akan terpilih menjadi presiden RI nantinya, harus dapat membawa negara ini kearah perubahann yang lebih baik. Rakyat Indonesia sudah muak dengan janji-janji manis, kami butuh pemimpin yang tegas, jujur, berwibawa yangmempu mewujudkan pemerintahan bersih bebas dari KKN dan pastinya mampu membawa kesejahteraan kepada bangsa, agar bangsa Indonesia bisa kembali meraum menjadi macan Asia yang disegani dunia.***

tulisan ini telah dimuat di Harian Analisa pada Senin 2 Juni 2014

http://analisadaily.com/news/read/jokowi-sang-satrio-piningit/34328/2014/06/02

Penulis adalah mahasiswa fakultas Hukum UMSU, Pimpinan Redaksi LPM Teropong tahun 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun