•Penyalahgunaan Informasi: Dalam beberapa kasus, informasi yang dibagikan secara terbuka dapat digunakan untuk menyakiti atau memanipulasi individu tersebut.
•Stigma atau Penilaian Negatif: Keterbukaan mengenai isu sensitif, seperti gangguan kesehatan mental atau pengalaman traumatis, dapat memicu stigma sosial atau pandangan negatif dari orang lain.
Bagaimana Mempraktikkan Self-Disclosure yang Sehat?
1.Pilih Orang yang Tepat:
Tidak semua orang dapat dipercaya untuk mendengar atau menangani informasi pribadi dengan bijaksana. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa orang yang diajak berbicara memiliki rasa empati dan niat baik.
2.Mulai dari Hal Kecil:
Self-disclosure tidak harus langsung mendalam. Mulailah dengan informasi ringan untuk membangun kepercayaan secara bertahap.
3.Perhatikan Respons Orang Lain:
Jika orang yang diajak berbicara menunjukkan minat dan empati, maka ini adalah indikasi bahwa mereka dapat diandalkan untuk mendengar cerita yang lebih mendalam.
4.Hindari Keterpaksaan:
Keterbukaan harus dilakukan secara sukarela, bukan karena tekanan dari orang lain. Jika seseorang merasa belum siap, lebih baik menunggu waktu yang tepat.