Kewirausahaan dan Gen Z: Menjawab Paradoks
Kita tentu sudah tidak asing dengan seruan bahwa Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang melimpah. Namun, pada saat yang bersamaan pula kita juga masing sering mendengar ironi bahwa tingkat pengangguran masih tinggi.  Dua pernyataan tersebut menciptakan pertanyaan paradoks: mengapa dengan sumber daya sebanyak itu kita belum mampu mengoptimalkan potensi ekonomi? Sementara itu, negara-negara yang potensi sumber daya alamnya yang relatif lebih rendah seperti China, Korea, dan Singapura telah berhasil menjadi pemimpin ekonomi global. Fakta ini menunjukkan bahwa ketersediaan sumber daya alam perlu dibarengi dengan pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam kewirausahaan  untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baru-baru ini, ramai konten di sosial media bertajuk "POV: Gen Z menguasai dunia". Meskipun dalam konteks lelucon, berbagai konten tersebut menunjukkan kreativitas dan inisiatif Gen Z di berbagai aspek kemasyarakatan. Sebagai generasi dengan populasi terbesar yakni 26,4% dari populasi Indonesia di Tahun 2020, apakah Gen Z Indonesia dapat benar-benar dapat berkontribusi positif? Tentu bisa, salah satunya dengan bekal kewirausahaan (BPS, 2020) .
Mengapa Harus Berwirausaha?
Pada Februari 2024, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat sebesar 4,82% dari 149,38 juta total angkatan kerja yang mengalami peningkatan sebesar 2,76 juta dibandingkan tahun sebelumnya (BPS, 2024). Angka tersebut akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Kondisi ini berpotensi menurunkan kapasitas ekonomi yang berimplikasi pada timbulnya berbagai permasalahan sosial seperti kemiskinan dan kriminalitas.
Salah satu tantangan utama dalam mengatasi masalah melonjaknya TPT di Indonesia adalah pola pikir dari angkatan kerja yang cenderung memilih menjadi karyawan daripada berwirausaha. Hal ini didukung oleh data dari Kementerian Koperasi dan UKM yang menyebutkan bahwa jumlah wirausahawan di Indonesia baru mencapai 3,47%, sedangkan standar minimum untuk menjadi negara maju adalah minimal 4%. Timbulnya pola pikir tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal seperti pendanaan dan keterampilan teknis (Astiti et al., 2014). Â Â
Untuk mendalami faktor-faktor tersebut, penulis melakukan pendalaman terhadap 3 responden sebagai representatif gen Z dengan hasil sebagai berikut.
Dari hasil wawancara tersebut ditemukan bahwa motivasi gen Z untuk berwirausaha dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tawaran fleksibilitas dalam bekerja, profit yang relatif lebih baik, dan keinginan untuk mengaplikasikan pengetahuan atau skill yang telah dimiliki sebelumnya. Di sisi lain, beberapa aspek yang menjadi concern gen Z dalam berwirausaha adalah risiko yang cukup tinggi dari aspek pemodalan dan keterampilan teknis sehingga membuat mereka lebih memilih pekerjaan yang stabil seperti karyawan atau sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dari berbagai pain points tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
Dari keseluruhan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa sebenarnya terdapat motivasi yang kuat dari Gen Z untuk berwirausaha, namun membutuhkan pewadahan dalam aspek pendanaan (funding) , pelatihan (training), dan pendampingan (mentoring).
Inisiatif yang Telah Dilakukan untuk Mendorong Tumbuhnya Wirausahawan
Sebelumnya telah terdapat berbagai program yang bertujuan untuk membangun minat wirausaha di Indonesia, baik yang terkait dengan pemerintah maupun nonpemerintah. Program yang disediakan pemerintah seperti Wira Desa yang befokus untuk pengembangan kewirausahaan tingkat desa, Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW), pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan lain sebagainya. Selain itu, program yang bersumber dari nonpemerintah dapat berupa venture capital atau dana Corporate Social Responsibility (CSR). Berbagai inisiatif tersebut berhasil mendorong tumbuhnya berbagai startup yang diprakarsai generasi muda Indonesia seperti Gojek, Bukalapak, Traveloka, Chickin, dan 2.566 startup lainnya yang tercatat dalam Kementerian Perindustrian Tahun 2024. Pesatnya pertumbuhan tersebut menjadi bukti bahwa anak muda Indonesia dapat berwirausaha dengan adanya pewadahan yang tepat.
Wiramuda (Wirausaha Muda): Program Katalis Wirausaha bagi Gen Z
Memunculkan minat berwirausaha bukan perkara mudah, tetapi bukan hal yang tidak memungkinkan dilakukan. Dengan optimalisasi #UangKita melalui inisiatif bertajuk Wiramuda Indonesia (Wirausahawan Muda Indonesia) memiliki visi untuk menumbuhkan minat wirausaha pada Gen Z. Inisiatif ini terdiri atas tiga program utama yakni 3W yang terdiri atas Wiradana (Pendanaan Usaha), Wiralatih (Pelatihan Teknis Wirausaha), dan Wirabina (Pendampingan Wirausaha Berkelanjutan).
Program ini akan ditargetkan untuk Gen Z yakni masyarakakat dengan usia 18 hingga 27 tahun. Terdapat dua skema yang disediakan pada program ini, yakni Wiratumbuh dan Wirakembang. Wirakembang merupakan kategori untuk calon wirausahawan yang telah memiliki ide bisnis dan sudah/ belum memiliki anggota tim sedangkan Wiratumbuh menargetkan calon wirausahawan yang belum memiliki ide bisnis. Proses rekrutmen akan dilakukan secara berkeadilan dengan skema berikut.
Calon wirausaha yang belum memiliki ide dan tim akan mengikuti seleksi administrasi. Setelah dinyatakan lulus dilanjutkan dengan tes motivasi dan dasar wirausaha yang menguji kepribadian dan pengetahuan dasar user terkait wirausaha. User yang dinyatakan lulus ambang batas akan dikelompokkan sesuai dengan hasil tes dan minat segmen usaha. Berbeda dengan calon wirausahawan yang telah memiliki ide, secara komunal akan mengikuti tahapan pitching dengan panelis untuk menilai kelayakan dari ide bisnis yang dibawakan. Setelah dinyatakan lulus dapat langsung mengikuti program pelatihan.
Skema Inkubasi Wiramuda melibatkan Proses Belajar end to end
Peserta Wiramuda yang telah dinyatakan lulus akan mengikuti tiga tahapan kegiatan seperti pada skema berikut.
Tahapan pertama yakni Wiralatih yakni program pelatihan wirausaha yang terdiri atas modul wirausaha, assesment, dan penyusunan proposal bisnis untuk peserta yang terdaftar sebagai Wiratumbuh. Program ini akan berjalan selama 3 bulan dimana pada akhir pelatihan akan terdapat pitching dengan panelis untuk menentukan fisibilitas dari masing-masing ide bisnis. Ide bisnis yang dinyatakan feasible akan lanjut ke tahapan Wiradana atau proses pendanaan. Pada tahapan ini, #UangKita akan berperan sebagai dana hibah untuk mendorong implementasi dari berbagai ide bisnis tersebut. Setelah diberikan pendanaan, para wirausahawan muda akan tetap mendapatkan fasilitas pendampingan dari mentor yakni praktisi bisnis. Dengan mentoring tersebut, Kementerian Keuangan melalui tim verifikator yang bekerja sama dengan mentor dapat melakukan montoring dan evaluasi perkembangan setiap ide bisnis yang didanai.
Apa yang membedakan program Wiramuda  dengan program inkubasi lain
Pertama, Inklusivitas dengan dua skema yang ada. Wiramuda berisifat inklusif dalam memberikan kesempatan yang adil untuk seluruh Gen Z baik yang sudah ataupun belum memiliki ide bisnis. Kedua, program pelatihan berorintasi pada pengembangan kapasitas wirausaha. Dengan Modul komprehensif yang berfokus membahas keterampilan praktis melalui study case wirausa dapat membantu calon wirausaha mengenal, mengidentifikasi permasalahan, dan manajemen risiko bisnis. Kemudian adanya assesment dapat memastikan pemerataan pengetahuan dan keterampilan dari seluruh peserta pelatihan. Ketiga, program mentoring yang berkelanjutan. Dengan pendampingan yang dilakukan secara kontinu dapat memastikan bahwa setiap unit bisnis berjalan sesuai dengan rencana. Keempat, pengembangan bisnis berfokus pada kearifan lokal. Ide bisnis yang dibawakan dalam program ini diharuskan mengangkat kearifan lokal yang menginisiasi timbulnya upaya hilirisasi sumber daya lokal yang ada di masing-masing daerah.
Wiramuda untuk Akselerasi Gen Z untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Maka dari itu, dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang memadai melalui program Wiramuda, Gen Z Indonesia dapat berkontribusi dalam mengelola sumber daya alam Indonesia. Program ini tidak hanya mendukung Gen Z dalam merintis usaha tetapi juga memfasilitas tumbuhnya pemimpin masa depan yang dapat menginspirasi berbagai perubahan positif. Penulis menyadari bahwa realisasi gagasan ini tentu memerlukan dukungan sinergis dari berbagai pihak dalam aspek regulasi yang mendukung perizinan usaha, insentif pajak, dan perlindungan hukum bagi para inovator muda.
Pada akhirnya, jika seluruh elemen tersebut dapat berjalan dengan sinergis, penulis sangat yakin bahwa dengan program Wiramuda dapat meningkatkan kepercayaan diri dari Gen Z untuk mulai berwirausaha.  Semakin banyak Gen Z yang berani mulai untuk berwirausaha, semakin cepat pula Indonesia mencapai bahkan melampaui target 4% wirausahawan nasional. Pada akhirnya, dilema terkait kapasitas sumber daya manusia Indonesia secara khusus Gen Z dapat menjawab paradoks pemanfaatan sumber daya alam Indonesia dan realisasi potensi Gen Z dalam perekonomian nasional. Dengan Wiramuda, tercipta optimalisasi #UangKita untuk Masa Depan Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H