Mohon tunggu...
Safrina Wulandari
Safrina Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penggemar olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teknologi dan Kebangsaan : Musuh atau Kawan?

12 Januari 2025   10:28 Diperbarui: 12 Januari 2025   10:28 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknologi dan Kebangsaan: Musuh atau Kawan?

Di era globalisasi yang serba terhubung ini, teknologi telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Perkembangan teknologi, khususnya internet dan media sosial, telah mengubah cara masyarakat berkomunikasi, mengakses informasi, hingga berinteraksi dengan budaya global. Namun, di balik semua manfaat yang ditawarkan teknologi, ada kekhawatiran tentang bagaimana dampaknya terhadap rasa kebangsaan. Sebuah pertanyaan mendasar pun muncul: apakah teknologi menjadi ancaman yang mengikis identitas nasional, atau justru menjadi alat yang memperkuat rasa cinta pada tanah air? 

Teknologi sering kali dianggap sebagai musuh bagi kebangsaan karena kemampuannya membawa perubahan yang cepat dan radikal terhadap pola pikir masyarakat. Salah satu ancaman utama adalah tergerusnya identitas lokal di tengah derasnya arus budaya global. Melalui media sosial, generasi muda lebih mudah terpapar budaya pop internasional yang sering kali dianggap lebih modern dan menarik dibandingkan budaya tradisional. Akibatnya, nilai-nilai lokal dan kearifan budaya sering terpinggirkan. Selain itu, media sosial juga menjadi ladang subur bagi penyebaran hoaks dan disinformasi yang dapat memicu konflik sosial serta polarisasi di masyarakat. Tidak jarang, isu-isu sensitif yang beredar di media sosial merusak persatuan bangsa, bahkan mengikis rasa percaya antarwarga negara. 

Namun, menganggap teknologi semata-mata sebagai ancaman adalah sebuah kesalahan. Jika dimanfaatkan dengan bijak, teknologi dapat menjadi kawan yang kuat dalam memperkuat kebangsaan. Di era digital, promosi budaya lokal menjadi lebih mudah dan murah. Banyak anak muda Indonesia yang kini menggunakan platform seperti Instagram, YouTube, dan TikTok untuk memperkenalkan seni tradisional, bahasa daerah, hingga kuliner khas nusantara kepada dunia. Hal ini tidak hanya melestarikan budaya lokal tetapi juga membangun kebanggaan nasional. Selain itu, teknologi juga memungkinkan edukasi kebangsaan dilakukan dengan cara yang lebih kreatif dan menarik, misalnya melalui game edukasi bertema sejarah Indonesia atau aplikasi yang mengajarkan bahasa daerah dengan cara interaktif. 

Selain itu, teknologi memiliki kekuatan untuk menggalang solidaritas sosial dalam skala besar. Dalam beberapa tahun terakhir, kampanye digital seperti penggalangan dana untuk korban bencana, gerakan sosial untuk isu-isu lingkungan, hingga aksi gotong royong daring menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi sarana untuk memperkuat rasa persatuan di masyarakat. Dengan akses internet yang semakin luas, gerakan kebangsaan tidak lagi terbatas pada ruang fisik, tetapi juga dapat menjangkau komunitas yang lebih luas di dunia maya. 

Agar teknologi dapat menjadi kawan bagi kebangsaan, langkah strategis perlu diambil oleh berbagai pihak. Pendidikan literasi digital menjadi kunci utama. Generasi muda harus diajarkan cara menggunakan teknologi dengan bijak, termasuk memilah informasi yang valid dan memahami dampak sosial dari penggunaan media sosial. Pemerintah dan komunitas juga perlu menciptakan konten digital yang mengedukasi masyarakat tentang sejarah, budaya, dan nilai kebangsaan secara menarik. Misalnya, digitalisasi cerita rakyat, pembuatan film animasi tentang tokoh pahlawan nasional, atau kampanye nasionalisme kreatif di media sosial. 

Pada akhirnya, teknologi adalah alat. Apakah ia menjadi musuh atau kawan kebangsaan sepenuhnya bergantung pada bagaimana kita memanfaatkannya. Jika kita mampu mengelola teknologi dengan bijak, ia dapat menjadi kekuatan besar yang mendukung rasa kebangsaan di tengah arus globalisasi. Generasi muda, sebagai pengguna utama teknologi, memiliki peran strategis dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan di dunia digital. Maka, pertanyaannya bukan lagi apakah teknologi akan mengancam kebangsaan, melainkan bagaimana kita dapat menjadikannya sebagai alat untuk memperkuat cinta dan kebanggaan pada tanah air. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun