Mohon tunggu...
Safri Haliding
Safri Haliding Mohon Tunggu... -

adalah seorang pelancong yang sedang mencari kebenaran, manusia yang mencari petunjuk ditengah kerumunan manusia, rakyat yang mengidamkan kemuliaan negaranya, kebebasan, ketenangan dan kehidupan yang sejahtera dibawah naungan Islam. Saat ini sedang menempuh Master In Finance di IIUM dan menjadi salah satu INCEIF fellow for CIFP 2010. sejak kuliah s1 sudah aktif di organisasi kemahasiswan dan masyarakat Write something about yourself.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Inflasi Menurut Ulama Islam

21 April 2011   17:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:32 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilar utama bagi negara yang ingin mewujudkan kemajuan pembangunan ekonomi jangka panjangnya adalah terciptanya kestabilan ekonomi jangka pendek, sementara inflasi merupakan penyakit utama ekonomi semakin kompleks dan semakin sulit untuk dikendalikan. Di sisi lain inflasi merupakanhal umum yang terjadi dalam setiap negara dan usaha membuat inflasi pada tingkat nol merupakan hal yang mustahil. Berbagai kebijakan ekonomi konvensional kadang kala tidak ampuh lagi dan kurang tetap sasaran untuk menyelesaikan penyakit ekonomi ini.Fenomena inflasiyang sering melanda semua negara juga merupakanfenomena moneter karena mengakibatkan terjadinya penurunan nilai unit perhitungan meneter terhadap suatu komunitas atau merupakan kenaikan harga secara umum dari barang/ komoditas dan jasa selama periode waktu tertentu.

Ada beberapa rentetan peristiwa yang menjadiperhatian inflasi diawali dengan terjadinya malapetaka yang besar (the great depressions) pada tahun 1930-an, kemudian disusul dengan terjadinya krisis Amerika Latin pada dekade 1980-an, akhirnya muncul kembali pada krisis moneter di Asia pada pertengahan tahun 1997-an, dan yang terakhir krisis subprime mortgage yang terjadi di Amerika yang kemudianmengakibatkan krisis di beberapa belahan dunia, pengalaman ekonomi dunia dengan inflasi tingginya (hyper inflation) yang tidak hanya merusak sektor ekonomi namun kehidupan sosial masyarakat ikut terseret dalam kebuntuan.( Triono, 2010 )

Pengalaman krisis demi krisis yang menimpa ekonomi dunia dalam satu abad terakhir ini seharusnya telah menyadarkan kepada kita bahwa masalah inflasi telah berkembang menjadi persoalan yang semakin kompleks. Dari berbagai solusi yang ditawarkan dalam sistem ekonomi yang menjadi rujukan pemerintah ( konvensional ), maka mungkin kita terlebih dahulu harus kembali bertanya, mengapa pengendalian inflasi yang diberikan ekonomi konvensional senantiasa mengalami kebuntuan?,maka tidak berlebihan apabila jawabnya tidak lain adalah, bahwa kebijakan ekonomi yang disandarkan pada teori ekonomi konvesional belum memberikan penyelesaian yang bersifat tuntas. Bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, setiap solusi yang diberikan akan bersifat saling menegasikan antara satu kebijakan dengan kebijakan lainnya.

Sebagai gambaranapabila pemerintah ingin menurunkan tingkat inflasi dengan menggunakan kebijakan uang ketat (tight money policy), justru akan menimbulkan dampak meningkatnya angka pengangguran. Demikian sebaliknya, jika ingin menekan tingkat pengangguran, akan mendorong terjadinya inflasi yang tinggi dan seterusnya.

Ketika ekonomi dunia dilanda resesi hebat. Segenap kebijakan ekonomi telah dikerahkan, tetapi tidak banyak membantu mengatasi bencana ekonomi tersebut. Kebijakan untuk mengatasi inflasi telah menyebabkan terjadinya pengangguran yang lebih besar. Sementara itu, gerakan ekspansif untuk menciptakan lebih banyak pekerjaan telah menyebabkan terjadinya laju inflasi yang sangat tinggi bahkan bisa sampai mengarah pada stagflasi ekonomi. Suatu penyakit ekonomi baru yang lebih menakutkan. Ketidakberdayaan kebijakan ekonomi konvensional tersebut akhirnya menjadi semakin nyata ketika krisis moneter mendera kawasan Asia dan krisi 2008. Hampir seluruh kebijakan ekonomi menjadi lumpuh seketika.

Inflasi dalam islam

Islam tidak mengenal istilah inflasi, karena islam menganjurkan menggunakan mata uang yang lebih stabilyakni mata uang  dinar dan dirham. Meskipun penurunan nilai terhadap dinar dan dirham masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan, diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar, tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya, karena emas sendiri merupakan salah satu logam mulia yang berasal dalam perut bumi yang jumlah cukup terbatas.

Secara teori, inflasi tidak dapat dihapus dan dihentikan, namun laju inflasi dapat ditekan sedemikian rupa. Islam mempunyai solusi menekan laju inflasi seperti yang telah dikemukan oleh tokoh-tokoh ekonomi Islam klasik. Misalnya al-Ghazali (1058-1111) menyatakan, pemerintah bertanggung jawab menciptakan stabilitas nilai uang danbeliau mempunya pendapat mengizinkan penggunaan uang yang bukan berasal dari logam mulia seperti dinar dan dirham, tetapi dengan syarat pemerintah wajib menjaga stabilitas nilai tukarnya dan pemerintah memastikan tidak ada spekulasi dalam bentuk perdagangan uang yang merugikan orang banyak dan sendi kehidupan.
ulama lain yang berpendapat dan menaruh perhatian terhadap fenomena inflasi adalah Ibnu Taimiyah (1263-1328) juga mempunyai solusi terhadap inflasi ini. Ia sangat menentang keras terhadap terjadinya penurunan nilai mata uang dan percetakan uang yang berlebihan. Ia berpendapat pemerintah seharusnya mencetak uang harus sesuai dengan nilai yang adil atas transaksi masyarakat, tidak memunculkan kezaliman terhadap mereka. Ini berarti Ibnu Taimiyah menekankan bahwa percetakan uang harus seimbang dengan trasnsaksi pada sector riil. Uang sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal yang kecil.

Di samping itu ia juga menyatakan bahwa nilai intrinsik mata uang harus sesuai dengan daya beli masyarakat. Penciptaan mata uang dengan nilai nominal yang lebih besar dari pada nilai intrinsiknya akan menyebabkan penurunan nilai mata uang serta akan memunculkan inflasi. Ini berarti akibat dari rendahnya nilai intrinsik uang menjadi salah satu terjadinya inflasi. Begitu juga pemalsuan mata uang dan perdagangan mata uang di nilai ibnu Taimiyah sebagai bentuk kezaliman terhadap masyarakat dan bertentangan dengan kepentingan umum.( Rozalinda, 2010 )

Kemudian secara teknis Husain Shahathah menawarkan beberapa langkah untuk mengatasi inflasi kepada pemerintah dan para pelaku ekonomi yaitu ; 1). Reformasi terhadap system moneter yang ada sekarang dan menghubungkan antara kuantitas uang dengan kuantitas produksi. 2). Mengarahkan belanja dan melarang sikap berlebihan dan belanja yang tidak bermanfaat. 3). Larangan menyimpan (menimbun) harta dan mendorong untuk menginvestasikannya. 4). Meningkatkan produksi dengan memberikan dorongan kepada masyarakat secara materil dan moral. Menjaga pasokan barang kebutuhan pokok merupakan yang krusial untuk bias mengendalikan inflasi.

Setiap rangkain peristiwa krisis, inflasi menjadi penyakit utama dan menjadi masalah nomor wahid yang harus dihadapi oleh semua negara, sehingga bank sentral di berbagai negara mendapatkan amanah untuk mengawal perjalanan inflasi. Bank sentral suatu negara umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Selain itu bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar uang mata uang domestik. Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia termasuk Indonesia. Namun pemerintah harus melihat bahwa inflasi dapat disebabkan oleh human error inflation yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan manusia. Seperti korupsi dan buruknya administrasi, pajak yang tinggi, dan percetakan uang berlebihan. Sehingga apabila kita ingin melihat perekonomian yang lebih kokoh dan stabil oleh tekanan inflasi yang lebih terkendali, maka harus ada usaha dan terobosan untuk menghilangkan sumber penyebab utama dari Inflasi dari berbagai aspek. Wallahu A’lam

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun