Mohon tunggu...
Safrida Aulia Mardianah
Safrida Aulia Mardianah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta Program Studi Manajemen Pendidikan

Jika sesuatu yang kamu senangi tidak terjadi, maka senangilah yang terjadi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bullying Berkedok Bercanda

25 Oktober 2021   20:23 Diperbarui: 25 Oktober 2021   21:01 4962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa Itu Bullying?

Perundungan atau yang lebih sering dikenal dengan istilah bullying merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Fenomena bullying sering kali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekitar maupun dunia maya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying sendiri yaitu kepribadian, keluarga, pengalaman buruk seseorang, dan lingkungan sekitar.

Bullying dan Bercanda, Bedakan!

Perilaku bullying kerap kali disepelekan oleh pelakunya dengan dalih "bercanda" atau menganggap hal tersebut sebagai candaan untuk mencari jalan keluar dengan mudah dari pengintrogasian . Bullying tidak hanya sebatas kekerasan fisik saja tetapi juga bisa dilakukan secara verbal, seperti menghina, mencaci maki, dan mengejek. Terkadang perkataan yang kita anggap remeh dapat menyinggung perasaan orang lain dan berdampak pada kesehatan mental orang tersebut, bahkan tak jarang korban bullying memilih untuk mengakhiri hidup nya. Semengerikan itu dampak bullying. Apabila sudah sampai tahap menyebabkan gangguan psikologis bahkan bunuh diri, masih bisakah hal tersebut dianggap candaan?

Antara bullying dengan candaan tentunya memiliki batasan yang sangat jelas. Apabila yang dimaksud bercanda sesama teman, maka semua pihak seharusnya sama-sama merasa senang dan menikmati tanpa ada yang  merasa tersakiti. Jika yang disebut candaan tersebut terdapat pihak-pihak yang merasa  dirugikan baik secara emosianal ataupun fisik , maka itu yang harus dipertanyakan. Apakah sudah benar perilaku kita terhadap orang tersebut?

 Contoh Kasus-Kasus Bullying Dengan Dalih Bercanda

Salah satu kasus bullying yang belum lama ini terjadi dan sempat menggegerkan media massa adalah pelecehan dan bullying yang dialami seorang karyawan Komisi Penyiaran Indonesia( (KPI) oleh sesama rekan kerjannya di kantor. Dalam surat terbuka nya, korban inisial MS menceritakan kronologi yang menimpanya selama kurang lebih 10 tahun. Dihina, dicaci maki, disuruh-suruh selayaknya babu, bahkan sampai tahap dilecehkan, di mana korban mengatakan bahwa buah zakarnya dicoret-coret dengan spidol dan didokumentasikan oleh handphone salah satu pelaku. Tentunya hal tersebut membuat korban mengalami trauma dan depresi berkepanjangan hingga harus berkali-kali berkonsultasi ke psikolog. Tetapi saat diperiksa, terduga pelaku menyanggah laporan tersebut dengan dalih hanya bercanda dan juga tidak ada bukti konkrit terhadap pelecehan yang dialami korban. Kuasa hukum terduga pelaku pun mengatakan bahwa korban terlalu membawa perasaan sampai membawa permasalahan ini ke publik dan ranah hukum.

Kasus bullying yang menghebohkan media massa  juga pernah terjadi di tahun 2017, yang menimpa salah satu mahasiswa di Universitas Gunadharma oleh teman-teman seangkatannya. Dalam suatu video yang sempat viral, nampak korban diganggu oleh mahasiswa lain saat sedang berjalan. Tas korban ditarik-tarik oleh mahasiswa lain hingga menjadi sulit berjalan. Korban akhirnya bisa melepaskan diri setelah melemparkan tong sampah kepada para pelaku. Ironisnya mahasiswa-mahasiswa yang melihat hanya diam saja. Kemudian saat diperiksa untuk dimintai keterangan, para pelaku mengaku tidak bermaksud mem-bully, hanya bercanda.

Dari dua kasus diatas membuktikan bahwa bullying masih kerap disepelekan dan dianggap candaan. Mungkin ada yang secara tidak sadar melakukan hal tersebut dengan niat benar-benar bercanda, dan ada juga yang menjadikan alasan tersebut untuk mencari pembelaan saja. Tetapi bagaimana pun alasan nya, memanusiakan manusia adalah kewajiban semua orang. Karena jika tidak begitu, melakukan tindakan semena-mena terhadap orang lain itu  sama saja kita telah melanggar hak-hak orang tersebut. Pada sejatinya semua orang berhak mendapatkan kehidupan yang layak, kasih sayang, dan kebahagiaan. Itu merupakan kodrat manusia yang diberikan dari Tuhan yang tidak bisa kita rampas.

Kok Gitu Doang Baperan?

Pada dasarnya kita tidak bisa mengontrol bagaimana perasaan dan pemikiran orang terhadap apa yang kita lakukan. Bukan karena candaan kita yang dianggap serius oleh seseorang, lantas orang tersebut dikatakan baperan. Manusia mempunyai kesehatan mental berbeda-beda, dan candaan meiliki batas tidak bisa diklaim semena-mena. Seorang psikolog dari klinik Personal Growth, Veronica Adesla, mengatakan bahwa Perilaku yang menyakiti, melukai baik fisik dengan pukulan, tendangan, tamparan, maupun perasaan emosional dengan menghina, mengejek, mengeluarkan kata-kata kotor itu bukan bercanda, itu bullying.

 Mengatasi Bullying

Bullying adalah permasalahan yang tidak ada henti-hentinya menjadi topik yang ramai dibicarakan, terlebih kasus tersebut mayoritas di temukan pada usia anak-anak dan remaja. Organisation of Economic Co-operation and Development (OECD) dalam riset Programme for International Students Assessment (PISA) pada Tahun 2018 mengungkapkan, sebanyak 41,1 persen murid di Indonesia mengaku pernah mengalami perundungan. Hal tersebut tentunya  menjadi catatan bagi para orang tua, bahwa penanaman pendidikan karakter sejak dini sangat lah penting.  Dengan begitu seorang anak dapat membedakan mana hal-hal yang pantas dijadikan bahan candaan dan mana yang bukan. Mengenai kasus-kasus bullying yang terjadi, hendaklah memberikan sanksi yang tegas terhadap pelakunya untuk memberi efek jera, dan juga menjadi pelajaran bagi yang lain agar tidak berperilaku semena-mena terhadap orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun