Mohon tunggu...
Safri Barung
Safri Barung Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMP NEGERI 3 NDOSO. Guru Penggerak Angkatan 7

Menyanyi, Memasak, Cari Kayu Ap. dll

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru adalah Petani (Refleksi Hardiknas 02 Mei 2024)

1 Mei 2024   11:13 Diperbarui: 1 Mei 2024   18:04 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar; Safri barung

Guru adalah tenaga pendidik profesional di bidangnya yang memiliki tugas utama dalam mendidik, mengajar, membimbing, memberi arahan, memberi pelatihan, memberi penilaian, dan mengadakan evaluasi kepada peserta didik yang menempuh pendidikannya sejak usia dini melalui jalur formal pemerintahan berupa Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah. (Undang Undang No 14 Tahun 2005)

Dalam KBBI Guru didefinisikan sebagai orang yang pekerjaannya atau profesinya mengajar 

Tidak jarang juga orang mengaitkan guru dengan pengandain-pengandaian berdasarkan pengalaman-pengalaman hidup mereka.

Dalam komunitas tertentu orang mengartikan guru sebagai orang yang patut diguguh dan ditiru. Ada juga yang mengartikan guru sebagai seorang penjual dan murid sebagai customer. Semuanya itu tergantung dari pengalaman hidup mereka.

Apakah benar demikian?

Kali ini penulis mencoba mengartikan guru berdasarkan pengalaman belajar penulis.

Sejak mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak begitu banyak pengalaman-pengalaman bermakna yang menggugah hati dan pikiran penulis.

Tidak jarang penulis menangis ketika menemukan materi yang menyentuh yang berkaitan dengan panggilan penulis sebagai seorang guru.

Satu hal yang menarik adalah bagaimana seorang Ki Hadjar Dewantara mengaitkan pekerjaan guru seperti seorang petani. Analogi ini sangat menyatu dengan pengalaman hidup saya sebagai anak seorang petani.

Bagiaman Ki Hadjar Dewantara menganalogikan Guru sebagai Seorang Petani?    

Esensi pendidikan menurut beliau yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat."

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu adalah sebuah "tuntunan" dalam hidup dan tumbuhnya anak-anak agar mereka hidup dan tumbuh menurut menurut kodratnya sendiri. Karena pada hakikatnya setiap anak itu memiliki keunikan tersendiri.

Selain itu, setiap anak juga memilki bakat dan minat yang berbeda-beda. sehingga sebagai seorang guru kita dipanggil untuk menuntun murid agar dapat tumbuh sesuai dengan bakat dan minat mereka.

Ki hajar Dewantara mencoba menganalogikan guru seperti seorang petani, dan murid seperti padi. Seorang petani hanya dapat menuntun tumbuhnya padi dengan menggemburkan tanah, memberi pupuk, serta membasmi tanaman pengganggu hingga dapat bertumbuh dengan baik.

Lebih lanjut beliau menjelaskan, meskipun padi dapat ditanam, dirawat, hingga dapat diketam tetapi petani tidak dapat mengubah kodratnya padi. Misalnya petani tidak bisa mengubah padi yang dirawatnya tumbuh menjadi jagung. Selain itu, petani juga tidak dapat merawat tanaman padi dengan cara merawat tanaman jagung.

Dalam konteks pendidikan guru tidak dapat mengubah murid sesuai keinginanya. Guru hanya dapat menuntun murid selaras dengan kekuatan kodrat yang ada pada mereka dalam hal ini bakat dan minatnya.    

Selain itu, sebagai seorang guru kita juga harus dapat mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid. Seperti yang diungkapkan Ki Hajar Dewantara, "Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta suatu hak, melaikan untuk berhamba pada sang anak."

Maksud dari ungkapan ini bahwa sebagai seorang guru kita harus melayani murid dengan tulus dan ikhlas. Kita harus memerdekakan mereka dari segala keterbelengguan serta menuntun mereka selaras dengan kekuatan kodrat mereka.

Apa pesannya?

Kita sepakat bahwa, komunitas belajar tempat menampung anak-anak dari berbagai latar belakang yang berbeda. Mereka memiliki potensi, keterampilan serta visi yang berbeda dalam hidupnya (Kodrat zaman). Mereka memiliki lingkungan yang berbeda (kodrat alam)

Bahkan sejak mereka lahir di bumi mereka sudah memiliki kodrat. Tugas kita, guru menjaga kekuatan kodrat itu agar dapat bertumbuh dengan subur.

Tentu dalam hal ini bukan terbatas pada definisi guru yang ada di sekolah tetapi semu orang termasuk orang tua sebagai guru pertama di rumah.

Kita semua berkewajiban menjaga kodrat setiap anak agar tetap terjaga dan tumbuh dengan subur.

Roh dari Pemikiran Ki Hadjar Dewantara menghatarkan pendidikan pada sebuah proses yang lebih merdeka. Kita, orang tua, lingkungan dan guru di sekolah tidak seharusnhya memaksa anak-anak untuk mengikuti keinginan kita. Setiap anak-anak memiliki kekuatan kodrat yang berbeda-beda: latar belakang, bakat dan minat. Kita hanya menjaga, merawat kekuatan tersebut.

Seperti seorang petani yang hanya bisa menaman padi, menyuburkan tanah dan merawat padi. Petani tidak boleh mengubah kodrat padi menjadi jagung, Atau merawat jagung seperti merawat padi. Seperti itulah tugas kita. Menuntun mereka selaras dengan kekuatan kodrat yang melekat pada diri mereka.

       

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun