Mohon tunggu...
safra Ulfa
safra Ulfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Syiah Kuala

Hobi saya membaca buku dan menonton film. Saya tertarik untuk menjadi penulis karena buku-buku yang sudah saya baca membuat saya terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Sejarah Bencana Pasca Tsunami Aceh dan Kaitannya dengan Psikologi

6 Desember 2023   20:35 Diperbarui: 6 Desember 2023   20:46 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

After Tsunami: What Psychology Can Do


Peristiwa tsunami Aceh yang terjadi di tahun 2004 silam merupakan salah satu bencana terbesar yang terjadi sepanjang sejarah. Peristiwa tsunami tersebut terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 pada pukul pukul 07.58 WIB dengan gempa yang berkekuatan 9.3 skala richter (SR). Gempa tersebut menyebabkan tsunami diberbagai daratan di sepanjang Samudra hindia tetapi Aceh yang paling terkena dampaknya. Tinggi ombak tsunami tersebut tercatat setinggi 20 sampai 30 meter. Kejadian tersebut juga telah memakan banyak korban jiwa yang angkanya mencapai 170.000 jiwa. Selain itu, banyak sekali bangunan dan infrastruktur yang rusak dan hancur akibat dari kejadian tersebut. Berikut ini adalah contoh gambar peninggalan benda atau bangunan yang terkena dampak tsunami :

Dampak bencana dapat memiliki efek psikososial yang signifikan pada individu dan masyarakat. Museum Tsunami Aceh berfungsi sebagai peringatan fisik dan ruang museum yang dapat mendorong pertumbuhan pascatrauma di seluruh komunitas setelah gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004. Pengunjung museum dapat mengalami berbagai reaksi emosional yang dipengaruhi oleh motivasi dan pengalaman mereka. Selain itu, museum tsunami cukup membuat kita paham bagaimana situasi yang dialami oleh korban. 

Dilansir dari artikel yang diterbitkan oleh Indonesiabaik.id, dampak psikososial yang muncul setelah terjadi bencana dapat berupa ketakutan dan kecemasan akut, Dampak emosional jangka pendek yang masih dapat dilihat dengan jelas meliputi rasa takut dan cemas yang akut. Hal ini dapat terjadi karena adanya ancaman yang dirasakan oleh korban bencana. Selain ketakutan dan kecemasan, korban bencana juga dapat merasakan rasa sedih dan bersalah yang kronis. Hal ini dapat terjadi karena adanya kehilangan yang dirasakan oleh korban bencana. 

Menurut artikel yang berjudul Psikologi Bencana yang diterbitkan oleh Ikatan Psikologi Sosial, Pada sebagian orang, dampak emosional bencana dapat berlangsung lebih lama berupa trauma. Trauma dapat mempengaruhi kehidupan personal, interpersonal, sosial, dan ekonomi pasca bencana. Gangguan stress pasca trauma (PTSD): PTSD merupakan salah satu dampak psikologis akibat bencana. PTSD dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik korban bencana. Depresi juga dapat menjadi dampak psikologis akibat bencana. Berikut adalah contoh foto yang diambil dari museum
tsunami yang menggambarkan kesedihan para korban :

Museum Tsunamai Aceh/Dokumen Pribadi
Museum Tsunamai Aceh/Dokumen Pribadi

Fase-fase dampak bencana yang berhubungan dengan artefak sejarah di museum dapat berupa fase pra-tsunami, fase dampak tsunami, dan pasca-tsunami. Fase pra-tsunami mengacu pada periode sebelum bencana terjadi. Dalam kasus Museum Tsunami Aceh, artefak sejarah dan pameran menampilkan sejarah dan budaya daerah sebelum bencana, terlihat di video yang ditampilkan bahwa sebelum tsunami dan gempa terjadi masyarakat Aceh menjalani aktivitas seperti biasa. Fase dampak tsunami mengacu pada segera setelah bencana. Pameran museum menampilkan dampak tsunami di wilayah tersebut dan upaya masyarakat setempat untuk membangun kembali dan memulihkannya. Berikut adalah beberapa gambar yang diambil setelah terjadinya bencana tsunami dan barang bekas peninggalan tsunami:

Museum Tsunamai Aceh/Dokumen Pribadi
Museum Tsunamai Aceh/Dokumen Pribadi
Museum Tsunamai Aceh/Dokumen Pribadi
Museum Tsunamai Aceh/Dokumen Pribadi

Fase selanjutnya adalah fase pasca-tsunami yang mengacu pada efek jangka panjang dari bencana pada individu dan masyarakat. Museum tsunami ini dapat berfungsi sebagai peringatan fisik dan ruang museum yang dapat mendorong pertumbuhan pascatrauma di seluruh komunitas setelah bencana. Selanjutnya saya akan menguraikan beberapa tindakan psikologi yang dapat dilakukan pasca tsunami.

Setelah terjadi bencana, tinjauan psikologi bencana menunjukkan bahwa pemulihan dan penanganan psikologis dapat membantu korban bencana mengatasi dampak psikologis yang dirasakan. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pemulihan dan penanganan psikologis pasca bencana tsunami yang pertama adalah pemberian dukungan sosial yaitu perlakuan segera yang dilakukan oleh orang sekitar korban yang dapat memberikan sarana seperti emosional, informasi dan wawasan luas sebagai bentuk dukungan yang diperlukan korban. Dukungan sosial dapat membantu korban bencana merasa didukung dan terhubung dengan orang lain. Hal ini dapat membantu korban bencana mengatasi rasa takut, cemas, dan kesepian yang dirasakan.

Tindakan lainnya adalah pelayanan konseling kesehatan mental. Pelayanan konseling kesehatan mental dapat membantu korban bencana mengatasi dampak psikologis yang dirasakan. Konseling dapat membantu korban bencana mengatasi rasa sedih, bersalah, trauma, PTSD, depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan penggunaan obat-obatan. Hal lain yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan tentang penanganan psikologis pasca bencana. Pendidikan tentang penanganan psikologis pasca bencana dapat membantu korban bencana memahami dampak psikologis yang dirasakan dan cara mengatasi dampak tersebut. Selain itu, kita juga dapat melakukan pengembangan kegiatan positif seperti olahraga, seni, dan kegiatan sosial dapat membantu korban bencana mengalihkan perhatian dari dampak psikologis yang dirasakan. Sebagai mahasiswi psikolog kita dapat memberikan bantuan tersebut kepada korban bencana, jika dampak psikologis yang dirasakan oleh korban bencana terlalu berat, kita dapat mengarahkan korban bencana untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun