"Hilal telah tampak!.."
Besok kita lebaran!!. Ucap Citra kegirangan..
"Huumm.. Apa bedanya bagiku? Lebaran atau tidak, toh besok aku hanya di kosan aja. Sholat Ied pun disini dan tak akan kemana-mana. Tak ada opor ayam, tak ada ketupat apalagi rendang. Tak ada yang spesial!". Ucapku dalam hati.
Sepanjang hari aku hanya termenung. Begitu terasa perbedaan tahun ini dan tahun lalu.Â
Tahun lalu meski tanpa nenek, lebaran masihlah tetap lebaran.Â
Ada keluarga yang saling menghangatkan, ada banyak hidangan di meja makan dan di ruang tamu aneka kue terhidang.
Sekarang hanya berteman kesepian. Jauh dari keramaian, berbalut kerinduan.
Tak berselang lama.Â
"Assalamualaikum"... "Waalaikumsalam"...Â
"Siapa??" Jawabku.. Salah satu teman bergegas membuka pintu. "Temannya si Anne, Sri". Sahutnya..Â
"Ann, ada temanmu Sri". Panggilku.
Akhirnya terjadilah pertemuan kedua teman tersebut..Â
"Aku dikirimin ketupat dan rendang dari teman kerjaku nih. Kasian katanya nggak bisa pulang". Ucap Riska..Â
"Waaah".. Ucapku berbarengan dengan Citra, Risa dan Kiana..Â
10 menit kemudian Anne masuk dengan membawa ketupat dan rendang.Â
"Niih, dari temanku".. Ucap Anne..Â
"Alhamdulillah.. Ada lagi, buat buka puasa hari ini".. Sahut Citra..Â
Menjelang Adzan, Ibu Sarah masuk ke kosan sembari membawa 6 ketupat lengkap dengan gulai tauco. Kebetulan kami yang tersisa dikosan hanya 6 orang.Â
"Ada lagi dong" Terima kasih Ibu, tahu aja sama anak kos".. Jawabku.. Â
Risa tetiba berucap, "Si Ika dapat THR 1 Kg daging, buat rendang yuk!". (Ika merupakan penghuni kosan yang lainnya yang sudah mudik).
Akhirnya selesai berbuka puasa dan shalat Magrib kami berburu bahan masakan untuk membuat rendang... (red : rendang pemberian sebagian sudah habis di santap saat berbuka puasa).
Kami silih berganti mengaduk adonan rendang tersebut, karena untuk membuat rendang itu membutuhkan waktu 4-5 jam.Â
Ketika diluar sana suara beduk dan takbiran bergema, kami memilih untuk menyibukkan diri dengan memasak rendang. Penghiburan dan pengalihan perasaan yang sedang bersedih karena jauh dari keluarga dan jauh dari kampung halaman.
Sejenak kami mampu melupakan kesedihan itu. Kemudian bersiap menyambut datangnya hari kemenangan esok hari. Benar. Ketika perasaanmu sedang tidak karuan, memasak (red: makanan) adalah cara jitu untuk melupakan kesedihan. (Sebelumnya, menjelang Shalat Magrib, salah satu dari kami menangis karena mendengar suara takbir).Â
Makanan yang sudah terhidang, membuat apapun mampu dilupakan, karena perut sudah kenyang terisi. Nikmat mana lagi yang kamu dustakan? Apalagi begitu bertubi-tubi yang memberi. Lebaran belum tiba, tapi ketupat dan rendang sudah tersedia.Â
Kami begitu terharu hari ini. Masih ada orang yang mengingat keberadaan kami yang tak pulang karena pandemi.Â
Kini...
Sepiring ketupat dan sepotong rendang sudah siap disantap di hari Raya Idul Fitri.. Â
Dari kami yang terkena dampak pandemi..Â
*$y
23 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H