"Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Q.S An-Nuur : 22).
Ayat di atas seolah menegaskan pada kita untuk saling bermaaf-maafan dan berlapang dada untuk menerima serta mengakui kesalahan.Â
Jika salah, maka ucapkanlah "maaf". Jika mendapat bantuan, ucapkanlah "terima kasih". Jangan segan mengucapkan kedua kata tersebut.Â
Momen lebaran selalu identik dengan bermaaf-maafan atau bersalam-salaman. Meski sebenarnya meminta maaf tidak hanya dilakukan saat itu. Meminta maaf, wajib hukumnya bagi orang yang berbuat suatu kesalahan.Â
Meminta maaf saat lebaran merupakan suatu kebiasaan yang turun menurun. Mazhab mengenai bermaaf-maafan saat Idul Fitri pun banyak dikaji dan diperdebatkan. Namun secara keseluruhan, mereka berpendapat bahwa tidak mengapa melakukan tradisi tersebut karena segala sesuatu yang bersifat baik (berkata baik) boleh dilakukan dan bahkan dianjurkan. Â Â
Naah...Â
Karena sudah menjadi kebiasaan, maka setiap tahun setelah shalat Ied dan bermaafan dengan keluarga inti, maka kami akan berkeliling Kota Bengkulu untuk mengunjungi sanak kelurga.Â
Mulanya kami yang didatangi, karena Ayah termasuk yang di tuakan dan punya banyak keponakan.Â
Setelahnya, giliran kami yang mengunjungi satu persatu rumah mereka yang di tuakan. Terkadang, tanpa disengaja kami bertemu di satu rumah.Â
Bagi mereka yang sudah dewasa, berkeliling mengunjungi sanak keluarga dan saling bermaaf-maafan merupakan suatu momen yang berharga sekaligus bersilaturahmi. Namun bagi anak-anak yang sekedar mengikuti kemauan orang dewasa, itu adalah momen untuk bermain, mencicipi kue lebaran, dan bahkan sebagai ajang meminta THR kepada setiap orang yang mereka jumpai.Â
Kembali ke topik.Â
Ada 2 kalimat yang selalu diucapkan dari setiap momen bersalam-salaman tersebut :
Minal 'aidin wal faizin. Mohon maaf lahir dan bathin.Â
Kedua kalimat ini juga sering digunakan pada pesan berantai yang dikirim menjelang lebaran.Â
Saat berkeliling Kota Bengkulu mengunjungi sanak keluarga untuk bermaaf-maafan, saya mendapatkan 3 pengalaman penting :
1. Lebih mengenal
Biasanya dalam satu keluarga besar, ada yang tak saling mengenal karena tak pernah bertemu. Disaat berkunjung yang hanya dilakukan sekali dalam setahun inilah saya dapat mengenali siapa saja nama anak dari paman, siapa saja yang menjadi sepupu, dimana sepupu saya bersekolah, dimana rumahnya, apa pekerjaan paman, dan sebagainya.Â
2. Tak kenal maka tak sayang
Jika sudah saling mengenal, bisa jadi nanti akan akrab. Jika sudah akrab, maka berbagai topik pembicaraan akan dibahas. Tak jarang beberapa fakta terungkap, ternyata kamu satu sekolah dengan sepupumu atau ternyata mantan kekasih kalian sama.Â
Terkadang saudara yang jarang kita temui dan tak saling mengenal, kerap muncul perasaan canggung saat bertemu.
3. Lebih mengetahui jalanan Kota Bengkulu
Karena saya termasuk orang yang malas keluar rumah dan jarang bepergian. Maka jangan heran, ketika ditanya dan disuruh menunjukkan jalan menuju Tapak Paderi, Pasir Putih, dan Sungai Suci (red : daerah wisata di Bengkulu) saya akan menjawab tidak tahu. Jadi bagi saya, kegiatan berkeliling mengunjungi rumah sanak keluarga saat lebaran itu adalah ajang untuk menghafal jalanan di Kota Bengkulu.Â
Bagaimana dengan pengalaman bermaaf-maafanmu?Â
Selamat menyongsong Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Jangan lupa siapkan hidangan terbaikmu untuk keluarga tercinta. Rendangnya jangan lupa. Hehe
***$y
22 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H