Mohon tunggu...
Safniyeti
Safniyeti Mohon Tunggu... Dosen - THE SUN IS NEW EVERYDAY

THE SUN IS NEW EVERYDAY (Dream it, Wish it, Do it)

Selanjutnya

Tutup

Kurma

"Hari Raya Enam" Tradisi Masyarakat Kampar Saat Lebaran Idul Fitri

18 Mei 2020   23:53 Diperbarui: 18 Mei 2020   23:57 2020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Hari Raya Enam" Tradisi Masyarakat Kampar saat Lebaran Idul Fitri (Sumber : us.toluna.com)

"Hari Raya Enam besok kita ke Bangkinang Seberang ya, makan lomang srikayo". 

Dulu, waktu kecil paman saya selalu mengajak keliling Bangkinang saat Hari Raya Enam, agar saya dapat mencicipi berbagai makanan tradisional dan THR dari setiap rumah yang dikunjungi. 

Meskipun saya bukan asli "ughang ocu", sebutan untuk orang asli Kampar. Namun saya lahir dan besar di kota Bangkinang. 

Bangkinang merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar. Hampir seluruh kecamatan di kabupaten Kampar melaksanakan tradisi Hari Raya Enam. 

Saya tidak tahu kenapa si paman selalu mengajak merayakan Hari Raya Enam di Bangkinang Seberang, Langgini, Salo, Kuok, dan daerah lainnya yang saya sendiri sudah lupa. Kata paman saya waktu itu, karena disana adatnya masih kental (penduduk asli) dan banyak kenalan yang tinggal disana. Tapi menurut saya karena daerah tersebut dekat dari rumah kami.

Hari Raya Enam atau Aghi Gyaho Onam merupakan hari raya yang dilakukan setelah puasa enam dibulan Syawal, tepatnya pada tanggal 7 Syawal. Biasanya masyarakat Kampar akan pulang ke kampung halaman dihari tersebut. Bagi mereka bahkan lebih penting pulang di Hari Raya Enam dibanding hari Raya Idul Fitri. Berikut beberapa tradisi di Hari Raya Enam :

1. Aghi Ghayo Zorah

Aghi Ghayo Zorah atau Hari Raya Ziarah merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan. Sedari pagi setelah selesai shalat Subuh, masyarakat Kampar berbondong-bondong ke makam sanak keluarga untuk berziarah kubur. 

Mereka yang tinggal di luar kota maupun yang tinggal di daerah akan datang untuk mengikuti ritual ini. Mendoakan sanak saudara yang telah mendahului mereka. Kegiatan ziarah kubur ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, bahkan anak-anak pun turut serta.  

Saat berziarah kubur, sesama masyarakat akan bertemu di jalan menuju pemakaman (biasanya mereka akan berjalan kaki). Saat bertemu itulah menjadi momen untuk saling bermaaf-maafan dan bercengkrama. 

2. Makan Bajambau

Makan Bajambau atau makan bersama biasanya dilakukan sebelum shalat Zuhur di Masjid atau Mushola. Kegiatan ini diharapkan untuk memperat hubungan kekerabatan antar masyarakat dan saling mengenal satu sama lain. Karena beberapa ada yang hidup diperantauan jadi jarang bertemu dan bahkan ada yang tidak saling mengenal. 

3. Silahturahmi dengan sanak keluarga dan kawan lama

Sebelum dan sesudah shalat Zuhur, masyarakat akan saling mengunjungi satu sama lain. Mereka akan kedatangan tamu baik dari keluarga dekat, kerabat, teman, atau tamu lainnya yang ingin berkunjung. 

4. Sajian aneka makanan tradisional

Saat berkunjung, aneka makanan tradisional akan tersaji. Setiap rumah akan menghidangkan lomang srikayo, lomang tapai, kue jalo, kue palito daun, kelamai dan lainnya. Datangi setiap rumah, perut kenyang dan kantong terisi karena ada THR nya. Itulah yang ditunggu saat Hari Raya Enam waktu kecil. 

Sebenarnya sehari menjelang Bulan Suci Ramadan, ada tradisi lainnya yang tak kalah meriahnya di Kabupaten Kampar yakni Balimau Kasai. 

Balimau kasai bertujuan untuk mensucikan diri menjelang Ramadan dengan cara mandi. Kegiatan mandi balimau kasai ini terdiri dari campuran bunga rampai, akar-akaran, dan irisan jeruk purut yang nantinya akan dicampur dengan air secukupnya. 

Kegiatan balimau kasai ini biasanya dilakukan disepanjang aliran sungai Kampar. Masyarakat akan mandi balimau kasai di pinggiran sungai ini, ada yang membawa pelampung dan perahu karet. Terkadang ada pula yang membawa bekal makanan untuk dimakan setelah selesai mandi. 

Hal yang paling saya nanti saat tradisi balimau kasai adalah 'sampan hias'. Sepanjang aliran sungai Kampar akan berlayar sampan-sampan yang dihias sedekimian bagusnya. Saya lupa persisnya, tapi sepertinya setiap sampan mewakili daerah yang ada di kabupaten Kampar. 

Semoga bermanfaat dan menambah sedikit pengetahuan tentang tradisi masyarakat Indonesia (khususnya Kampar) dalam menyambut bulan suci Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.

***$y

18 Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun