Mohon tunggu...
Safitri Setyowati
Safitri Setyowati Mohon Tunggu... -

Safitri Setyowati, saat ini tertarik dengan hal-hal yang terkait dengan pendidikan dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penguatan Pembelajaran Digital dan Budaya Sejak Dini

20 April 2018   21:43 Diperbarui: 20 April 2018   21:59 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, dalam segi waktu penggunaan, anak-anak menggunakan gadget dengan beberapa kali pemakaian setiap harinya; sekali penggunaan gadget itu menghabiskan waktu lebih dari satu jam. Waktu penggunaannya itu sangat melebihi batas bagi anak-anak.

Penggunaan gadget telah disinggung oleh Asosiasi Dokter Anak Amerika Serikat dan Kanada yang memberikan waktu batasan penggunaan gadget kepada anak. Anak usia 0-2 tahun tidak boleh sama sekali menggunakan gadget. Anak di bawah 5 tahun karena syarafnya belum sempurna juga perlu dijauhkan dari gadget. Anak berumur 5 tahun boleh menggunakan gadget maksimal 1 jam. Usia 6-18 tahun boleh selama 2 jam menggunakan gadget. 

Namun pada kenyataannya anak-anak menggunakan gadget bisa lebih dari 4 kali sehari bahkan melebihi waktu yang dianjurkan ahli. Penggunaan yang berlebihan menjadikan munculnya dampak negatif gadget dengan turunnya wawasan yang konkret di dunia nyata dan berkurangnya kecerdasan anak. 

Oleh karena itu, gadget yang saat ini tidak bisa dihindari, harus dimanfaatkan sebaik mungkin dengan pembatasan penggunaan waktu untuk anak.

Beberapa permasalahan di atas, khususnya yang terjadi di kalangan anak-anak harus ditangani berbagai kalangan dengan saling bersinergi. Beberapa pihak yang dapat saling bersinergi ialah dari keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat, pemerintah sebagai penentu kebijakan, dan perusahaan digital atau teknologi. Gadget sebagai salah satu alat digital saat ini seharusnya dapat digunakan seoptimal mungkin. 

Budaya dan kearifan lokal pun dapat dioptimalkan untuk memperkuat karakter anak. Kearifan lokal negara ini dapat dilihat dari budaya yang masih ada di sebagian masyarakat. Misalnya, kehidupan yang mempertimbangkan kelestarian alam seperti suku baduy. Ada pula di lain daerah dengan adanya makanan pengganti nasi seperti ketela kukus atau olahan masakan ketela yang lain. 

Selain ketela ada juga sagu dan jagung. Pengganti nasi tersebut dapat dilakukan dari tumbuhan apa yang banyak dihasilkan di suatu daerah. Hal-hal seperti itu dapat diperkenalkan kepada anak-anak agar senantiasa memperhatikan keseimbangan alam dan kebutuhan manusia didalamnya.

Selanjutnya mengenai pendampingan penggunaan gadget, awalnya dapat dilakukan di keluarga dan didukung lingkungan masyarakatnya. Sekarang di setiap kampung atau lebih kecilnya di setiap RW (Rukun Warga) terdapat tim jam belajar masyarakat (JBM) yang dibentuk oleh pengurus RW setempat. Tim tersebut dapat memberikan sosialisasi kepada semua keluarga yang ada di lingkup wilayahnya tentang penggunaan gadget bagi anak. 

Sosialisasi di lingkungan masyarakat itu adalah tentang pengenalan gadget, penggunaan gadget yang tepat untuk anak, dampak positif dan negatif gadget, himbauan jam penggunaan gadget, larangan penggunaan gadget untuk balita karena sistem syaraf belum sempurna, dan rekomendasi beberapa aplikasi yang berisi edukasi. 

Mengenai himbauan jam penggunaan gadget dapat merunut pada Asosiasi Dokter Anak Amerika Serikat dan Kanada yang menyarankan bahwa anak usia 0-2 tahun dan balita tidak boleh sama sekali menggunakan gadget. 

Anak berumur 5 tahun penggunaan 1 jam dan usia 6-18 tahun selama 2 jam. Sosialisasi di masyarakat itu untuk pemahaman masyarakat dan keluarga agar anak bisa menggunakan gadget tanpa menimbulkan masalah jangka panjang. Pembatasan waktu dan konten penggunaan gadget menjadi titik penting yang menjadi kesadaran masyarakat dan orang tua di rumah untuk mendampingi anak menggunakan gadget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun