Mohon tunggu...
Safitri N
Safitri N Mohon Tunggu... Lainnya - Homo Ludens

Homo Ludens

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Membungkam Amarah

23 April 2018   18:46 Diperbarui: 23 April 2018   18:43 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku lihat amarah

Aku lihat api benci

Aku lihat gelap

menyergap seluruh nadi

Jiwa - jiwa suci terpinggirkan

Orang - orang terkapar, dibuang, diasingkan, dipersatukan dengan dendam

Begitulah perlahan kebencian itu terpupuk

Bagi mereka yang tak teguh

lalu terperangkap pada dendam

Memilih diam atau melawan

Benci bukan untuk dilawan

Diamkan ia hingga ia lelah

HIngga benci menyerah

Hingga benci berujung pada keputusasaan

Amarah bukan untuk dibalas

Diamkan ia hingga meredup

Hingga amarah memudar

Hingga menyerah untuk marah

Orang - orang bijak tertutup ego

Menyerang siapa saja mengungkap nyata

Mencari samsak sekenanya

Bagi mereka yang menjadi perisai kebenaran

Hanya keteguhan menjadi bekal

Hanya keyakinan menjadi senjata

Kepasrahan akan keadilan Illahi

Memang benar bahwa tak mudah untuk berjuang

Memang benar tak mudah untuk berdiam

Suatu saat, "pengadilan Tuhan" yang akan menjawab.

Sebuah kepasrahan, berujung pada keyakinan akan Tuhan.

Diam dalam doa - doa.

Diam dalam lantunan kepasrahan.

Diam dalam kasih Tuhan..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun