Untuk apa aku harus memperjuangkanmu?
padahal kau enggan sedikitpun menoleh padaku
Ah sudahlah
Untuk apa aku harus sebodoh ini hanya berharap perihal dirimu
Berharap senyum tipismu
Tatapan binar matamu
Atau ku harap sapaanmu
Hah
Sepertinya itu mustahil
Pasti hanyalah khayalan nihil
Nyatanya kita berjarak ratusan mil
Yang tak mungkin saling memanggil
Ku lihat dirimu
Tertawa lepas dengan bahagia
Memadu padakan jengah ditengah belantara
Yang sedang ku rasa
Sadar!!
"Untuk apa kau berharap dia?"
"Untuk apa kau masih menaruh rasa peduli, saat ia hanya mengacuhkan tanpa mengerti"
Lamunanku tersadar
Saat wanita berkerudung panjang itu disampingmu
Sangat dekat denganmu
Ya, Hal itu sangatlah menamparku
Ratusan jarum menusuk miliyaran sel otakku
Cukup puas kau lihat aku yang jengah menantimu
Merobek ratusan sel kulit menembus darah nadiku
Silakan kau nanti
Sebab karma sedang berproses pada hatimu yang mati
Selamat menanti hari
Sebab aku takkan peduli lagi
- Safitri Lestari -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H