Tsunami Aceh adalah salah satu bencana alam yang terjadi di Indonesia hampir dua dekade lalu. Hingga saat ini seluruh rakyat Indonesia masih teringat masa berkabung pada peristiwa yang terjadi di tahun 2004. Gempa bumi yang memicu terjadinya Tsunami Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 menyebabkan kehancuran luar biasa pada segi infrastruktur serta mengakibatkan banyak korban jiwa, menurut catatan sekitar 125.996 korban yang meninggal dunia, dan 94.129 hilang.
Bencana ini terjadi diakibatkan tumbukan dua lempeng yaitu antara lempeng Eurasia dan Australia di Samudera Hindia. Aceh sebagai kota yang berdampak parah karena berada pada banyak patahan. Lokasi Aceh yang berdampingan dengan sumber gempa Megathrust (M9,1-9,2) menyebabkan provinsi Aceh memiliki seismik aktif.Â
Selain itu, Aceh berlokasi pada jalur segmen Seulimum dan segmen Semangko yang merupakan sesar aktif dengan magnitude mencapai 7,0. Setelah adanya tsunami Aceh 2004, perbaikan mitigasi bencana dikawasan tersebut dilakukan secara terus menerus. BMKG setempat telah memasang 22 sensor seismograf dan 41 alat pengingat dini bencana tsunami.
1. Dampak Tsunami Aceh 2004 di kecamatan Meuraxa
Tsunami di Aceh 2004 telah menyebabkan kerusakan dan memakan korban jiwa yang besar. Berdasarkan data Kementerian dan Keuangan Tahun 2018, kerugian akibat adanya tsunami Aceh tahun 2004 mencapai Rp. 3,1 Triliun atau sebesar USD 214. Kerusakan yang menyebabkan kerugian begitu besar terdapat pada sektor infrastruktur dan sektor produktif.
Selain kerugian yang besar akibat dampak dari bencana tsunami ini adalah jumlah korban jiwa yang banyak. Korban tsunami di kecamatan Meuraxa merupakan yang terbanyak dari seluruh korban di kota Banda Aceh yaitu 33,894 jiwa dengan uraian korban meninggal/hilang sebanyak 24.561 jiwa, korban luka parah 7.614 jiwa, dan korban luka sedang dan ringan 1.719 jiwa.
2. Pemulihan pembangunan pasca Tsunami Aceh di kecamatan Meuraxa
Dalam rentan waktu lima tahun kecamatan Meuraxa telah mengalami perubahan besar. lahan terbangun berkembang pesat dari 69 km2 di awal pasca tsunami menjadi 336 km2 di tahun 2009 diikuti juga dengan perkembangan pada tutupan lahan lain seperti jalan dan tambak yang terlihat pulih.Â
Pembangunan ini sangat cepat tak lepas dari banyak bantuan pihak mana bencana. Tsunami Aceh 2004 merupakan salah satu bencana terbesar yang tercatat dalam sejarah dengan kerusakan dan korban jiwa yang sangat banyak.
Hal menarik simpati dari banyak pihak tak terkecuali Lembaga Dunia dan negara-negara lain untuk turut membantu pasca tsunami. Bantuan yang diterima ialah pembangunan dan rehabilitas pada mata pencaharian korban tsunami dalam bentuk perahu dan jaring pancing dan masih banyak lagi bantuan lainnya.Â
Percepatan pemulihan pembangunan pasca Tsunami Aceh 2004 di kecamatan Meuraxa menunjukan keseriusan pemerintah dalam membangun kembali daerah terdampak bencana tersebut terbukti dengan berkembangnya berbagai infrastruktur secara masif. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H