Mohon tunggu...
AISYAH SAFITRI
AISYAH SAFITRI Mohon Tunggu... Guru -

Selanjutnya

Tutup

Nature

Berhentilah Melamun, Marilah Selamatkan Padang Lamun

29 Mei 2018   22:17 Diperbarui: 1 Juni 2018   00:04 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 200 Tahun 2004, tutupan padang lamun yang hanya 40 persen itu artinya kondisi padang lamun Indonesia kurang sehat. Dari keseluruhan lokasi yang divalidasi itu, hanya 5 persen yang kondisinya sehat seperti di Biak, Papua. Bahkan padang lamun yang ada di kawasan konservasi seperti Wakatobi dan Lombok juga kondisinya kurang sehat

Apa yang menyebabkan kondisi lamun kurang sehat? Berdasarkan data dari World Wild for Fund (WWF) menyatakan bahwa kerusakan ekosistem lamun, antara lain, disebakan karena adanya reklamasi dan pembangunan fisik di garis pantai, pencemaran, penangkapan ikan dengan cara destruktif (bom, sianida, pukat dasar), dan tangkap lebih (over-fishing).

Sekarang kita dapat berpikir dan mulai bertindak untuk menyelamatkan lamun. Karena lamun tidak akan menunggu. Jika lamun yang ada terbiarkan rusak, maka kepunahan yang ada padanya. Jika lamun punah, apakah ada dampak bagi spesies lain? Tentu saja. Terutama bagi dugong. Hal itu dapat kita ilustrasikan apabila manusia di Indonesia tidak dapat menemukan sumber makanan pokok lagi. 

Apakah masih bisa bertahan hidup? Tentu saja rasanya bertahan dalam keadaan terancam. Begitulah yang dirasakan oleh dugong apabila hidup tanpa lamun. Tidak hanya dugong yang stress hidup tanpa lamun. Tapi juga akan mengakibatkan laju carbondioksida meningkat di lautan karena lamun berperan sebagai blue carbon Indnesia.

Bukan hanya ketersediaan makanannya yang menipis, ada beberapa hal yang membuat laju populasinya terus menurun, yaitu dikarenakan secara alami dugong memiliki reproduksi yang lambat. Dibutuhkan waktu 10 tahun untuk menjadi dewasa dan 14 bulan untuk melahirkan satu individu baru pada interval 2,5-5 tahun. Ancaman lainnya yaitu tertangkapnya dugong secara tidak sengaja oleh alat tangkap perikanan (bycatch), perburuan masif untuk pemanfaatan daging, taring, serta air mata dugong yang disinyalir memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Jika kalian menyaksikan hal itu terjadi kepada duyung, kalian dapat melaporkannya ke Dugong and Seagrass Conservation Project Indonesia (DSCP Indonesia).

Oleh karena itu, marilah seluruh lapisan masyarakat berhenti melamun dan berkontribusi menyelamatkan padang lamun dan dugong. Apa yang bisa kita lakukan? Hal sederhana yang dapat kita lakukan adalah dengan tidak membeli produk yang berasal dari dugong, dengan begitu laju perburuannya di alam dapat ditekan. Ini kunci utama upaya pelestarian dugong beserta habitatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun