Arsitektur vernakular adalah kepandaian kaum "budak" yang membangun untuk diri dan kelompoknya. Secara mudah, arsitektur vernakular yang tercipta tidak dari hasil rancangan arsitek. Ini menyebabkan bangunan yang dibangun oleh kelompok tersebut tidak mungkin berlebihan, karena ia dibangun spontan sesuai kebutuhan (tidak berdasarkan keinginan dengan dana yang tidak terbatas) dengan menggunakan bahan yang tersedia di sekitar mereka, dan mampu diperoleh, tanpa bantuan tenaga ahli.
Lalu apa hubungan antara domestikasi dengan arsitektur vernakular? Domestikasi telah memaksa individu atau kelompok untuk memanfaatkan ruang yang mereka punya semaksimal mungkin. Ruang yang digunakan tidak hanya di dalam rumah, tapi juga di luar rumah (halaman dan jalan di depan rumah). Arsitektur vernakular dibangun secara spontan oleh kelompok yang tertindas untuk memenuhi kebutuhannya. Ini merupakan dampak dari ancaman dan tekanan lingkungan, sehingga muncul kerja sama dan saling membantu.
Mereka secara kreatif menggunakan ruang-ruang yang ada di dalam rumah ataupun di luar rumah untuk berbagai kegiatan yang terkadang fungsinya tidak sesuai (multifungsi) dengan fungsi awal pembentukan ruang, misalnya ruang makan menjadi ruang kerja. Dapur, ruang makan, dan ruang keluarga menjadi ruang produksi makanan/minuman (untuk dijual), dan taman atau teras rumah menjadi tempat menanam sayur-sayuran atau beternak ikan (urban farming). Di berbagai kampung, jalur jalan perumahan beralih fungsi menjadi tempat Salat Idul Fitri dan ruang berkumpul bagi warga (antara lain untuk rapat RT/RW).
Sampai kapan pandemi berakhir? Tidak ada yang mampu menjawab, tetapi secara perlahan akan terjadi perubahan pada bentukan ruang dalam skala rumah dan kota. Bangunan harus dirancang dengan multifungsi, atau sewaktu-waktu dapat beralih fungsi (industri rumahan tumbuh) sesuai dengan kebutuhan terkini. Ruang produksi dan gudang bertambah, sebaliknya kantor dan pusat perbelanjaan menyusut, karena produsen langsung memasarkan produknya ke konsumen. Lalu lintas jejaring akan semakin besar dan ini berdampak pada lalu lintas kendaraan (jalan raya) yang tidak akan banyak lagi dilalui pengendara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H