Mohon tunggu...
Safitri A.N.D
Safitri A.N.D Mohon Tunggu... -

"Start writing, whatever happens, the water will not flow before the tap is opened"---Louis L'amour

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menulis Itu dari Hati Bukan Hanya Sekedar Menuangkan Diksi

21 Maret 2014   23:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:39 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_299988" align="aligncenter" width="259" caption="Sumber: Koleksi Pribadi"][/caption]

Kemana ide-ide itu berlari...

menari-nari tak mau hinggap di kepala..

Pikiran-pikiran menerawang jenuh...

Seketika tangan ini berhenti...

tak ingin menulis lagi...

Akalku hilang begitu saja.....

***

Sebagai seorang Penulis awal atau amatiran, tentu memulai untuk menulis itu bukan suatu hal yang mudah. Menentukan judul, menetapkan tema ataupun topik tulisan terkadang membutuhkan waktu yang cukup lama baru bisa tertuang dalam sebuah tulisan. Ditambah lagi jika mood lagi tak baik atau lelah, maka menulis akan menjadi aktivitas yang sangat menjenuhkan. Saya sendiri suka menulis sejak duduk di bangku SMP, sangat menyukai pelajaran Bahasa Indonesia kala itu apalagi untuk pelajaran mengarang cerita. Kesukaan tersebut membuat menulis menjadi kegiatan yang cukup menyenangkan. Selain itu, menulis juga bisa menjadi aktivitas untuk menikmati keheningan disaat dimana lagi menyukai yang namanya kesendirian, dan saat itu pula ide-ide dalam tulisan akan muncul dengan sendirinya. Waktu SMP tulisan yang paling disukai adalah membuat cerpen. Buku harian menjadi alat untuk menuliskan cerpen tersebut. Hal yang cukup aneh yang juga sering dilakukan dulu, setelah menonton film saya suka sekali menuliskan kembali sinopsisnya di dalam buku harian yang kadang dibaca oleh teman-teman saya.

Semangat menulis selanjutnya membuat saya termotivasi untuk mengirimkan sebuah cerpen ke majalah BOBO, yang merupakan majalah anak-anak yang masih populer hingga saat ini. Karena masih begitu amatirannya saya menulisnya hanya dengan tulisan tangan di atas kertas HVS saja. Tentu saja itu menjadi awal perjalanan tulisan saya ditolak untuk dimuat di majalah tersebut. Namun,hal tersebut tak membuat serta merta berputus asa untuk tidak menulis lagi. Meski sudah tak lagi menulis cerpen, saya suka menulis hal-hal menarik di buku harian dan membuat koleksi buku harian saya cukup banyak di kala SMP. Namun, sejak masuk ke bangku SMA kegiatan tulis menulis menjadi sedikit ditinggalkan karena lebih banyak berkutat dengan kegiatan sekolah sampai ke tingkat kuliah pun saya masih berada pada lingkaran kejenuhan untuk kembali menulis. Namun, ketika memasuki dunia awal kerja, saya sempat bersama beberapa orang kawan yang juga memiliki hobi menulis membentuk komunitas penulis muda dengan capaian kegiatan akan menghasilkan dokumentasi kompilasi tulisan dengan berbagai tema terutama yang berkaitan dengan dunia Perempuan dan Kekerasan berbasis Gender yang memang sudah saya dan kawan-kawan geluti sebagai Aktivis Perempuan.

Hal yang ingin saya tuangkan disini tentu saja bukan sebuah catatan harian pribadi tetapi bagaimana memulai sebuah perjalanan untuk menulis. Menulis memiliki makna tersendiri bagi masing-masing orang, ada yang hanya sekedar hobi, cita-cita, ataupun sekedar mengisi waktu luang. Makna yang beragam tersebut tentunya memunculkan motivasi yang beragama bagi si Penulis sendiri, salah satunya dalam menentukan apa yang ingin ditulis. Berbagai macam tulisan saat ini pun semakin berkembang, ada dalam bentuk puisi, karya ilmiah, catatan harian, berita, cerpen, novel, dokumentasi kegiatan, dan berbagai jenis tulisan lainnya. Meskipun kiprah seorang Penulis tak sepopuler penyanyi ataupun pemain sinetron, namun ia merupakan aktor perubahan yang memberikan dampak besar terhadap perkembangan sastra diberbagai negeri ini lewat tulisan-tulisannya yang membangun. Hal tersebut juga yang memotivasi saya untuk terus menulis dan menulis meskipun masih amatarin dengan peminat pembaca yang masih sangat terbatas.

Masih banyak kendala atau ragam masalah dalam diri ketika menulis, terutama memikirkan apakah tulisan yang dituangkan tersebut akan diminati atau tidak. Secara psikologis, hal tersebut tentunya masih mengganggu kepercayaan diri ketika ingin memulai untuk menulis. Namun, dalam perjalanan untuk menjadi seorang Penulis yang paling utama dan terutama sekali yang juga selalu diingatkan oleh beberapa kawan yang ahli bahwa jadikan menulis itu bagian dari jiwa, sehingga ketika menulis akan membawa hati untuk menuangkannya. Menulis dengan hati akan menimbulkan kenyamanan bagi diri kita sendiri sehingga dengan mudah ide-ide itu akan muncul di kepala kita. Tentu tak mudah menulis dari hati karena masih terbiasa menuangkan tulisan-tulisan begitu saja yang terkadang menghasilkan suatu tulisan yang abstrak yang mana tulisan itu hanya secara subjektif dipahami oleh Penulisnya daripada si Pembaca. Salah satu tulisan yang sebenarnya merupakan bentukan dari perasaan, keadaan ataupun isi hati dari seorang Penulis adalah Puisi. Meskipun puisi merupakan jenis tulisan fiksi, tetapi bisa saja menjadi ungkapan jiwa dari Penulisnya sendiri. Melalui puisi tersebut, akan tampak apakah si Penulis menuangkannya dengan segenap hatinya yang membuat si Pembaca turut hanyut dalam setiap kata perkata atau kalimat yang dituangkannya.

Untuk menjadi seorang Penulis yang baik, modal utama yang meski dimiliki adalah hati bukan keterampilan. Keterampilan menulis justru akan berproses ketika Kita semakin sering menulis bahkan tak pernah berhenti untuk menulis, ditambah dengan bakat untuk memperkuat substansi tulisan. Bakat juga tidak perlu wajib selama Kita mau belajar dan terus belajar. Pesan seorang kawan, dengan sering menulis maka kamu akan menemukan sendiri diksi-diksi yang tepat untuk dituangkan dalam tulisan yang akan dibuat, serta semakin terus belajar untuk meningkatkan kualitas tulisan tersebut. Pilihan untuk menulis juga banyak, bisa dengan puisi, cerpen, karya ilmiah ataupun opini, tergantung yang mana yang mudah untuk Kita tuangkan atau minati. Tentunya dalam membuat tulisan tersebut harus mampu menjadi agen perubahan yang membangun. Tulisan yang baik adalah tulisan yang tak hanya sekedar mengandung kritikan tetapi juga menuangkan solusi atau ide-ide kreatif di dalamnya, salah satunya tulisan dalam bentuk karya ilmiah atau opini. Hal tersebut akan membuat pembaca semakin tergugah bahkan tergerak untuk melakukan suatu perubahan yang membangun. Jadi, mari Kita mulai menulis dan menulis dari hati yang tak sekedar menuangkan diksi, sehingga bisa menjadi agen perubahan yang baik yang setidaknya mengubah pola pikir atau cara pandang si Pembaca tentang maksud tulisan yang ingin Kita sampaikan yang tentu itu positif. (SA)



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun