Mohon tunggu...
Safitra
Safitra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pedagang kecil

Membaca lebih tepatnya membaca diri, dan ingin menulis sesuatu sebagai tanda sekaligus warisan dalam hidup.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Internet

5 Mei 2023   15:09 Diperbarui: 5 Mei 2023   15:23 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di zaman yang serba gila ini teknologi menjadi alternatif yang paling ampuh untuk memberi kemudahan pada manusia dalam membantu menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan. Sifatnya yang serba instan mampu membuat manusia di manjakan dengan berbagai macam pilihan di dalamnya. 

Separuh dari hidup hampir kita serahkan semua kepada teknologi, di mulai dari saat seseorang bangun tidur mungkin tindakan pertama yang kita lakukan adalah mencari handphone untuk sekedar mengintip waktu, tanpa kita sadari separuh waktu dalam hidup telah kita serahkan untuk sekadar mencari informasi melalui media sosial. coba mari kita merenung sejenak dan tanyakan pada sadarmu, berapa jam dalam sehari kamu menghabisakan waktumu dengan handphonemu.? Di mulai dari membuka media sosial semisal facebook,instagram twiter atapun tik tok.

 Data menunjukan bahwa orang indonesia rata-rata dalam sehari bisa menghabisakan waktunya 8 jam 36 menit untuk sekedar mejelajahi internet, dan perlu di ketahui dari 10 negara dengan jumlah pengguna internet tertinggi di dunia Indonesia berada di posisi ke 4. Na'asnya adalah kita sebagai manusia yang di beri akal budi justru tidak mampu untuk membendung datangnya zaman yang seperti ini, padahal telah kita ketahui bersama bahwa teknologi merupakan kecerdasan buatan yang di buat oleh bayangan kita sendiri.

Sialnya adalah kita dipermainkan oleh apa yang kita buat sendiri, kurangajarnya adalah kita menikmatinya. Manusia tak bisa lagi berempati secara total kepada manusia lainya, empati itu justru hadir melalui kotak yang sering kita simpan di saku, dan anehnya kita justru baru ngeh ketika sesuatu secara viral meledak kepublik, melalui informasi yang hadir di handphone kita, Artinya hilang kewarasan secara fisik untuk kemudian kita bisa merasakan empati secara langsung tanpa perantara, dunia nyata tak lagi menjadi prioritas segalanya tergantikan dengan dunia maya.

  Makin kesini zaman makin nai'f sesuatu yang terlihat mudah di konsumsi justru merampas nilai-nilai sosial dalam diri manusia semisal, di dunia maya entah itu facebook atau instagram, siapa saja bisa menjadi hakim atas orang lain menulis sesuka hati entah itu menyindir memfitnah atau sekadar curhat, bahkan berdoa dikiranya TUHAN punya facebook, ada yang lebih aneh permasalahan hidup pun di bawa-bawa ke media sosial seolah facebook adalah dewa sekaligus pengadilan dan menjadi sarana untuk bisa menyelesaiakan masalah. Di anggapanya media sosial bisa menyelamatkan mereka dari masalah, belum lagi yang berkomentar menambah panas pembicaraan didalam status yang di buat. 

Terlepas dari itu kita seperti berlomba ingin menjadi pembawa berita utama untuk sekedar menulis status, terlebih itu tentang kabar kematian kerabat dekat. Tidak di pungkiri seperti ada perasaan ingin di akui lewat tombol jempol yang di sediakan di papan satatus. Kebenaran berita tak lagi menjadi prioritas, segalanya di tentukan melalui tombol like dan dislike, sikap tabayun terhadap berita tak lagi di pakai, rasionalitas tak lagi di gunakan, segala informasi yang hadir di media sosial di telan mentah-mentah tanpa adanya filter. 

Kita tak bisa lagi membedakan mana hoax, mana yang nyata, dana mana yang kemudian bersifat abu-abu, segalanya di teruskan begitu saja tanpa mempertimbangkan baik buruknya, benar tidaknya berita yang di edarkan. Ini bisa menjadi malapetaka dalam kehidupan sosial nampaknya ini semua telah menjadi budaya dalam bermedia sosial, benar apa yang dikatakan musa asy'ari dalam bukunya manusia kotak '' budaya ada karena adanya manusia namun dalam perkembanganya manusia di bentuk oleh budaya".

 Harusnya dengan hadirnya internet bisa memberi kemudahan dalam berkehidupan, bukan sekadar menjadi akses untuk saling menggunjing,menyindir satu sama lain lewat media sosial. sepertinya hadirnya internet harus di barengi dengan ilmu komunikasi yang baik, atau penyuluhan dalam menggunakan internet, sebab internet telah menjadi candu untuk sekedar basa-basi. Kita perlu bertanya dalam diri, sudah optimalkah kita menggunakan internet dalam memenuhi kebutuhan hidup.?? Sejauh mana kita bisa memaksimalkan kecanggihan teknologi dalam hidup.?? atau jangan-jangan kita di perbudak oleh apa yang kita ciptakan sendiri, mari lebih bijak dalam bermedia sosial.

     AWAMAHUA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun