Aku mencintainya, aku menyayanginya dan aku menyukainya. Dia memang tak cantik seperti temannya yang lain. Tapi, dia manis dan mempunyai pesona tersendiri. Awalnya aku kagum dengannya, mendekatinya karena merasa penasaran. Tapi ternyata, sepertinya aku telah terjatuh kedalam pesonanya.
Aku mencarinya saat dia tak masuk sekolah, ternyata dia sakit pada saat itu. Ingin aku mengiriminya pesan dan bertanya tentang keadaannya. Namun, aku sadar jika aku mengiriminya pesan. Maka hubungan ini akan semakin rumit dan akan berakhir tak indah.
Aku terus beruasaha mendekatinya, terkadang dia terusik oleh tingkahku. Aku diusir, padahal aku tak pernah terusir oleh teman perempuan manapun. Rata-rata banyak teman perempuanku yang mencoba mendekatiku. Namun dia berbeda, dia tak pernah terlalu akrab dengan teman lelakinya.
Aku menginginkannya, namun tidak sekarang. Jika aku menjadikannya pacar, jika putus dan bagaimana cita-citaku dan cita-citanya yang harus digapai. Bagaimana masa depan kami. Aku ingin kita terus berhubungan baik sebagai teman, cukup hanya kita berdua yang mengetahui jika kita saling cinta dan saling sayang. Tak perlu ada hubungan yang mengikat, yang terpenting kita berdua saling mengerti dan saling menyemangati.
Banar, aku sudah tau jika dia membalas menyukaiku. Maka cinta ini tidak bertepuk sebelah tangan. Dia senyum padaku saat kami berselisih jalan. Dan aku salah tingkah dibuatnya. Betapa manisnya senyumnya itu, aku ingin berterima kasih pada ayah dan ibunya. Karena sudah melahirkan gadisnya yang manis dan baik ini. Bertahanlah, dan percayalah jika aku mencintaimu. Meski kamu banyak saingan dalam menyukaiku. Aku akan selalu memilihmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H