Mohon tunggu...
Safiratul Hikmah
Safiratul Hikmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Kemandirian Dengan Sekolah Inklusi

5 November 2024   00:55 Diperbarui: 5 November 2024   07:02 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Safiratul Hikmah_Mahasiswa FKIP UNISSULA_34202200030

Artikel ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Matematika Inklusi yang diampu oleh Ibu Nila Ubaidah, M.Pd.

Mandiri adalah kemampuan seseorang untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan hidup, serta percaya terhadap ide-idenya , yang dapat diselesaikan dengan tuntas dengan kukuatan sendiri. Sehinga ketika seseorang berupaya untuk mencapai sesuatu tujuan, maka tidak akan pernah mengalami hilang kekuatan. Tidak hanya itu, mandiri juga membantu menyiapakan mereka untuk siap menghadapi tantangan dunia diluar.

Para ahli menyebutkan bahwa kemandirian merupakan salah satu jiwa wiraswasta yang tumbuh dan berkembang seiring dengan pemahaman dan konsep hidup, yang mengarah pada kemampuan, kemauan, keuletan, ketekunan dalam menekuni bidang yang digeluti

Anak berkebutuhan khusus memiliki keahlian tersendiri yakni kemandirian, karena mereka kesulitan untuk mengendalikan dirinya sendiri. Sehingga diperlukan proses belajar, latihan, dan pengulangan untuk menguasai kemampuan tersebut.

Proses belajar kemandirian pada anak berkubutuhan khusus membutuhkan waktu yang cukup lama dan jauh lebih menantang dibandingkan anak reguler, mereka membutuhkan intruksi dan arahan yang jelas saat belajar sesuatu kemampuan yang baru. 

Langkah pertama yang harus dilakukan orang tua kepada anaknya yang berkebutuhan khusus yaitu memberikan pendidikan sejak dini, sehingga mereka mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak regular meskipun mereka memiliki keterbatasan fisik atau kognitif. Sekolah inklusi merupakan salah satu solusi mereka untuk belajar.

Sekolah inklusi merupakan tempat dimana siswa berkumpul dengan latar belakang dan kebutuhan belajar dalam satu lingkungan. Pendidikan inklusif telah menjadi perhatian serius dunia internasional yang dipelopori oleh berbagai organisasi internasional. Banyak negara yang telah memiliki kebijakan perundang-undangan untuk pendidikan inklusif berdasarkan perjanjian hak asasi manusia internasional seperti Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi (UNESCO, 1994) dan Konvensi PBB tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas (United Nations, 2006).

Konsep pendidikan inklusif bertujuan untuk menerima anak berkebutuhan khusus dalam kelas regular, dimana guru harus menggunakan berbagai pendekatan pengajaran, bekerja secara kolaboratif, dan menggunakan berbagai metode penilaian. Keberhasilan penerapan pendidikan inklusif bergantung pada keberadaan sistem pendukung, yang meliputi pelatihan guru, sumber daya untuk sekolah, dukungan sosial, dan partisipasi masyarakat, di antaranya dengan mengembangkan hubungan kolaboratif di antara staf dan dengan orang tua, serta hubungan kolaboratif dengan organisasi yang terlibat dalam masyarakat (Kantavong, 2017).

Seorang guru harus bisa menciptakan suasana dimana mereka merasa aman untuk mencoba hal baru dan melakukan kesalahan. Dengan memberikan dorongan dan bimbingan yang tepat, sehingga mereka akan lebih berani untuk mengambil inisiatif dalam belajar.

Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu metode yang efektif yang dapat diterapakan pada sekolah inklusi. Melalui pembelajaran berbasis proyek ini, mereka dapat bekerja mandiri maupun bekerjasama dengan temannya yaitu dengan mengembangkan keterampilan sosial dan kolaboratif. pembelajaran ini juga memberi kesempatan kepada mereka untuk menuangkan ide-idenya dan belajar dari teman-temannya.

Tidak hanya itu, peran orang tua juga sangat penting dalam proses ini. orang tua dapat memberikan dukungan utama dalam membangun kemandirian anak yakni dengan membantu anak mengembangkan kebiasaan positif dan membangun kepercayaan diri.

Kemandirian juga dapat ditumbuhkan melalui kegiatan ekstrakulikuler. Dengan memberi ruang bagi mereka untuk mengeksplorasi minat mereka dan mengembangkan keterampilan baru. Dengan melibatkan mereka dalam kegiatan yang mereka sukai, mereka belajar untuk tanggung jawab atas pilihan mereka dan telah berkontribusi

Pentingnya komunikasi dalam membangun kemandirian tidak boleh diabaikan. Meraka perlu diajarkan bagaimana cara berkomunikasi yang baik,baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan komunikasi yang baik dapat memebantu mereka untuk menyampaikan ide dan pendapat mereka, serta menghargai dan mendengarkan pendapat orang lain.

Jadi membangun kemandirian di sekolah inklusi memerlukan kolaborasi antara guru dan orang tua. Dengan menciptakan ekosistem yang mendudukung, kita dapat membantu siswa untuk tumbuh menjadi individu yang maniri dan percaya diri. Kemandirian yang dibangun sejak dini akan membawa dampak positif bagi masa depan mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun