Mohon tunggu...
Gadis Shafira
Gadis Shafira Mohon Tunggu... Freelancer - live and learn

dont forget to live your life and learn the journey guys 💕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

My First Hero

22 November 2019   23:14 Diperbarui: 23 November 2019   00:19 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" every son quotes his father, in words and in deeds" - Terri Guillements

Jika dalam artikel sebelumnya ayah adalah sesosok yang menjadi first love bagi anak perempuannya, sekarang saatnya membahas tentang figur ayah di mata anak lelakinya. 

Yup.... Our first hero, daddy.

Pahlawan sejati kita, ayah.

Tidak dapat dipungkiri bahwasannya orang dewasa pertama yang dikenal oleh anak adalah ibu. Dengan berbagai macam kebiasaan rutin dari kecil seperti menyusui yang membuat terbentuknya suatu ikatan emosi yang kuat antar anak laki-laki  dengan ibunya. Hal ini yang menjadikan bahwasanya penting untuk anak laki-laki kita yang pastinya berbeda gender dengan ibunya untuk mengetahui, melihat, dan merasakan kehadiran sesosok ayah yang memiliki persamaan gender denganya. yang bertujuan agar ia memiliki sosok yang bisa dijadikan sebagai role model bagi kehidupannya baik sekarang maupun selanjutnya.

Karna itu, ayah perlu mengerti bahwa ayah adalah panutan pertama bagi anak laki-lakinya.

Apa aja sih yang perlu diperhatikan dalam peran "role-model" ini ?

1. Hati-hati dengan semua perkataan.

Seorang professor psikologi di Stanford University, Amerika Serikat, Albert Bandura, menyatakan bahwasannya anak-anak cenderung meniru orang dewasa yang memilliki persamaan gender dengannya. Memang secara fisik anak laki-laki cenderung memiiki sifat yang lebih agresif ketimbang anak-anak perempuan, akan tetapi tidak dengan perilaku verbalnya. Yang mana perlaku verbal anak biasanya ditentukan oleh role modelnya.

Jadi, jika anak sering berkata yang tidak baik, mengeluarkann kata-kata kasar, ayah juga perlu untuk introspeksi diri, apakah hal itu juga dilakukan oleh ayah ???? sesering itukah mengatakan hal tesebut hingga anak bisa hapal dan menirukannya ??

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun