Mohon tunggu...
Gadis Shafira
Gadis Shafira Mohon Tunggu... Freelancer - live and learn

dont forget to live your life and learn the journey guys 💕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

5 Cara Baik Mengkritik Anak

17 Februari 2018   10:28 Diperbarui: 17 Februari 2018   10:50 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PIC BY KUMPARAN.COM

Anak usia balita kerap meakukan berbagai hal yang dalam pandangan orang dewasa sifatnya negative. Seperti berteriak, mencoret coret tembok, memporak porandakan seisi rumah atau bahkan memanjat ke berbagai tempat tinggi yang berbahaya.

Untuk mengatasi hal tersebut, sebaikya bunda tidak menggunakan kata "jangan". Sebab menurut berbegai penelitian, penggunaan kata jangan yang terlalu sering dapat berdampak negative bagi  balita dan membuat balita tumbuh menjadi pribadi yang kurang percaya diri sekaligus takut untuk bereksplorasi.

Kritik akan menjadi pengalaman belajar yang efektif bila disampaikan dengan cara yang tepat pada anak, adapun berikut cara-cara penyampaian kritik yg baik untuk anak :

1. sampaikan spesifik kesalahannya, bukan pada pribadinya 

"mainanmu berantakan, nak" bukan "males banget sih kamu"

2. dengarkan dan terima pesan anak 

"setelah kecapekan bermain, berat ya harus merapikan maianan"

3. gunakan "seandaian...." Atau "ibu berharap...."

Untuk menunjukan efek positif pada anak sebagai contoh "seandainya kamu merpikan mainanmu sehabis main, pasti lebih gampang mencarinya pas   mau pakai lagi"

4. Fokus pada perilaku dan situasi yang dapat diubah, bukan kesalahan.

Sebagai contoh "kita bisa cari dan pakai kotak bekas untuk menyimpan legomu" bukan "kamu selalu menghilangkan banyak legomu"

5. Bantu anak untuk memahami : kesalahan itu harus diakui bukan dihindari; bisa diperbaiki bukan menetap; berguna untuk belajar bukan merugikan.

"mama dan bude dulu suka berantem kalo maianan hilang. Terus kita gambarin kotak maianannya supaya bisa membedakan mana punya mama dan mana punya bude. Karena bagus, mama sama bude akhirnya jadi suka ngerapihin mainannya, akhirnya tuh sampai sekrang masih ada mainannya^^"

Semoga bermanfaat ^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun