Mohon tunggu...
Safira Salsa
Safira Salsa Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Saya merupakan seseorang yang memiliki hobi menulis terkait lingkungan sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemukiman Masa Prasejarah, Evolusi Manusia, dan Kepercayaan Masa Prasejarah

13 November 2023   16:08 Diperbarui: 13 November 2023   16:19 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Merujuk pada kunjungan museum di Museum Sribaduga Bandung terdapat beberapa objek yang menjelaskan mengenai sejarah manusia baik itu secara budaya maupun aspek lainnya. Salah satu objek yang paling informasi dan menarik perhatian ialah terkait masa pra-sejarah.

Merujuk pada observasi yang telah dilakukan secara langsung pada Museum Sribaduga Bandung didapatkan hasil bahwa terkait objek museum yang berisikan informasi masa prasejarah telah memiliki kualitas yang bagus. Banyak pengunjung yang terik dengan objek tersebut. Tetapi masalahnya ialah saat ini museum belum bisa mengemas informasi secara informasi, interaktif juga menarik, padahal jika dapat dikemas dengan sedemikian rupa akan menjadi objek yang paling menarik perhatian pengunjung. Maka dari itu solusi seperti apakah yang dapat dilakukan oleh pihak museum selaku pengelola objek sejarah tersebut untuk dapat meningkatkan minat pengunjung ?

 Artikel ini akan mengupas terkait objek yang menjelasakan mengenai masa pra-sejarah, evolusi manusia juga kepercayaan pada masa pra-sejarah dengan tujuan untuk memberikan informasi secara terperinci juga artikel ini akan membahas menganai permasalahan juga solusi yang diberikan penulis merujuk pada hasil observasi.

Isi Artikel

Prasejarah merupakan periode panjang dalam sejarah manusia yang ditandai oleh kehidupan tanpa catatan tertulis. Fokus pada pemukiman masa prasejarah membuka pintu untuk memahami evolusi signifikan dalam cara manusia berinteraksi dengan lingkungan mereka. Pada masa ini, evolusi alat dan teknologi mengarah pada perubahan dari gaya hidup nomaden menjadi pemukiman tetap, membentuk dasar bagi masyarakat yang lebih kompleks. Selain itu, kepercayaan animisme dan dinamisme yang melibatkan keyakinan terhadap roh dan keberadaan spiritual di dalam benda-benda alam memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat prasejarah.

Manusia mesolitik sudah mulai mengembangkan alat batu yang lebih canggih dibandingkan dengan zaman Paleolitikum. Mereka menggunakan alat-alat untuk berburu, mengumpulkan makanan, dan membuat perkakas. Penelitian di bukit kerang menghasilkan banyak penemuan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Paleolithikum). Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble. Bentuk pebble dapat dikatakan sudah cukup sempurna dan buatannya agak halus. Hal ini membuktikan, bahwa alat-alat pada zaman mesolithikum merupakan pengembangan dari alat-alat zaman paleolithikum, dimana cara pembuatannya lebih baik dan lebih halus dari zaman paleolithikum. Beberapa gua Mesolitikum juga terkenal karena seni dinding gua mereka. Manusia Mesolitikum menciptakan lukisan dan gambar di dinding gua, yang memberikan wawasan tentang kehidupan, kepercayaan, dan kegiatan mereka. Selain itu mereka juga mulai becocok tanam secara sederhana. Terdapat bukti lubang penyimpanan di lantai bawah rumah mereka, tampak bahwa mereka menyimpan hasil tanaman.

Selain itu, dijelaskan pulai terkait evolusi manusia adalah proses panjang perubahan dan adaptasi yang melibatkan spesies manusia dari leluhur bersama dengan primata non-manusia hingga bentuk manusia modern. Tiga spesies manusia kuno yang signifikan dalam perjalanan evolusi ini adalah Homo erectus, Homo neanderthalensis (Neanderthal), dan Homo sapiens.

1. Homo erectus

Homo erectus muncul sekitar 2 juta tahun yang lalu dan bertahan hingga sekitar 140.000 hinggs 70.000 tahun yang lalu. Homo erectus memiliki tubuh yang lebih tinggi dan lebih ramping dibandingkan leluhur manusia sebelumnya. Mereka memiliki otak yang lebih besar dan bentuk tengkorak yang lebih modern. homo erectus tersebar di berbagai wilayah, termasuk Afrika, Asia, dan Eropa. Mereka dikenal karena kemampuan beradaptasi dengan berbagai lingkungan dengan berbagai kondisi iklim, hal ini menunjukkan homo erectus memiliki kemampuan adaptasi yang kuat.

2.Homo Neanderthalensi

Neanderthal hidup sekitar 400.000 hingga 40.000 tahun yang lalu. Neanderthal memiliki tubuh yang kekar dan kokoh dengan tulang yang kuat serta berotot. Postur tubuh Homo Neanderthalensi cenderung lebih pendek daripada homo sapiens modern. mereka memiliki bentuk tengkorak yang khas, dengan tengkorak yang lebih besar dan kuat daripada Homo sapiens. Mereka memiliki adaptasi fisik untuk iklim dingin, seperti tubuh yang berbulu.. Homo neanderthalensi memeiliki kemampuan pemburu dan pengumpul yang terampil. mereka bisa berburu mamalia besar dengan alat alat batu.

3.Homo sapiens

Homo sapiens, atau manusia modern, muncul sekitar 300.000 hingga 200.000 tahun yang lalu. Homo sapiens memiliki otak yang lebih besar, tubuh yang lebih ramping, dan kemampuan untuk berbicara dan menggunakan alat dengan lebih kompleks. Ciri-ciri ini membantu keberhasilan adaptasi mereka dalam berbagai lingkungan. Homo sapiens mengembangkan pertanian dan peradaban, mengarah pada perkembangan pemukiman tetap, pertanian, dan organisasi sosial yang kompleks.

Dan juga dijelaskan pula terkait dengan kepercayaan yang mulai muncul pada masa pra-sejarah. Adapun kepercayaan tersebut ialah anismisme juga dinamisme. Animisme adalah kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda, pohon, batu, sungai, gunung, dan sebagainya. Jhon R. Hinnells dalam The Penguin Dictionary of Religions mengartikan animisme sebagai wujud keyakinan terhadap roh dalam aspek lingkungan. Istilah ini dapat mencakup animatism, kepercayaan bahwa kehidupan, kekuasaan, dan perasaan semuanya meresap atau menyatu, bahkan di lingkungan fisik. Penganut aliran animism meyakini bahwa segala sesuatu, termasuk benda mati, memiliki roh. Pohon, batu, sungai, gunung, hewan bahkan objek buatan manusia seperti alat-alat, semuanya dianggap memiliki keberadaan spiritual dan mereka melakukan interaksi dengan roh tersebut. Interaksi dilakukan melalui ritual, doa, atau tindakan tertentu.

Istilah dinamisme, menurut pendapat Husainy Isma'il berasal dari bahasa Yunani, yaitu dynamis (dunamos), artinya kekuatan, kekuasaan, dan kegunaan. Dinamisme juga diartikan dengan suatu paham adanya kekuatan yang tidak dimiliki manusia, hewan dan benda-benda alam lainnya. Kekuatan tersebut disebut dengan 'mana'. Bila seseorang atau benda dikonstatir berisi kekuatan 'mana', maka ia memperoleh perhatian istimewa. Benda-benda yang dianggap ber-mana oleh manusia paling tidak memiliki dua substansi atau unsur meliputinya. Pertama, mengkultuskan dengan segala daya dan guna. Kedua, berusaha melumpuhkannya dengan berbagai penangkalnya. Samahalnya dengan anismisme, penganut dinamisme juga akan melibatkan diri dalam berbagai ritual atau upacara sebagai bentuk penghormatan kepada kekuatan spiritual dalam objek-objek tertentu. Ritual ini mungkin mencakup persembahan, doa, atau tindakan lain untuk merawat hubungan dengan kekuatan spiritual.

Adapun objek yang telah dipaparkan tersebut memiliki nilai secara ritual, social juga budaya. Karena objek tersebut memaparkan mengenai evolusi atau perkembangan manusia, kepercayaan yang dianut juga bagaimana masa pra-sejarah tersebut berkembangan.

Selain itu, jika dilihat dari nilai budaya juga relevansinya objek sejarah tersebut dengana masa kini ialah objek sejarah tersebut menjadi suatu warisan budaya yang dapat membentuk identitas masyarakat yang akan memberikan pengaruh terhadap cara berinteraksi, berpikir juga cara hidup. Serta hal ini dilihat sebagai sebuah peningkatan pemahaman dan penghormatan terhadap nilai budaya sehingga asyarakat dapat membangun fondasi yang kuat untuk merespons tantangan masa kini sambil menjaga keterhubungan dengan akar budaya mereka. Ini membantu menciptakan keseimbangan antara kontinuitas budaya dan adaptasi terhadap perubahan zaman.

Kesimpulan

Mengenai masalah yang telah dipaparkan pada bagaian pendahuluan terdapat pengembangan yang dapat dilakukan dengan mengemas informasi dalam sebuah video, mengemas dengan membuat suatu program tematik pada setiap objek sejarah, melakukan kolaborasi dengan komunitas atau pendidikan sehingga dapat meningkatkan pengunjung museum tersebut.

Dengan demikian, studi objek pra-sejarah bukan hanya tentang melihat ke belakang untuk memahami masa lalu, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan pada cara kita memahami dan menghargai keberagaman dan kompleksitas perjalanan manusia melalui zaman.

Referensi:

Bintarto,    Buku    Penuntun    Geografi    Sosial.    Yogyakarta: UP .Spring: 1977.

Hasan, Ridwan (2012). "Kepercayaan Animisme dan Dinamisme dalam Masyarakat Islam Aceh", MIQOT, Vol. XXXVI No. 2 Juli-Desembe, 282.

Hinnells, Jhon R. [ed.] (1984), The Penguin Dictionary of Religions [Dictionary, Penguin], New York: Penguins Books.

Isma'il,Husainy (1990). Burng: Suatu Analisis Historis Fenomenologis dan Hubungannya dengan Animisme, Dinamisme, dan Hinduisme dalam Masyarakat Islam Aceh, Jakarta: Erlangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun